Ella keluar dari kamarnya dan merasa ngilu yang sama seperti sebelumnya kembali datang menghampirinya, membuatnya merintih kesakitan. Dia merasa kebingungan karena obat yang diberikan oleh Maya belum efektif untuk mengurangi rasa sakitnya.
"Eh, kenapa nih?" tanya Mama yang melihat Ella merintih kesakitan di ruang tamu.
"Ngilu lagi, Mak," jawab Ella sambil menekan perutnya dengan tangannya.
"Oh, tunggu bentar ya. Mama punya obatnya," ucap Mama sambil pergi ke dapur.
Ella duduk di sofa, menahan sakitnya dengan susah payah. Dia merenung dan memikirkan kejadian pagi tadi, ketika Maya memberinya obat untuk meredakan nyeri haidnya.
"Aghh obat yang di uks kok kayak gak guna amat, gak ngefek..." gumam Ella dalam hati.
Mama kembali dengan segelas air dan obat lain untuk mengurangi rasa sakit Ella. Ella minum obat itu dengan cepat dan berharap ngilu yang ia rasakan bisa segera berkurang.
Tiba-tiba ponsel Ella berdering. Ella mengambil ponselnya yang berdering dengan cepat. Ternyata panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal. Ella ragu-ragu untuk mengangkatnya, tapi akhirnya ia memutuskan untuk menjawabnya.
"Ella Sayang, ini Rio," suara Rio terdengar lembut di seberang telepon.
"Oh, Rio.. tadi gak masuk sekolah kok gak ngabarin gua?" tanya Ella, masih dengan suara yang agak kesal.
Kemudian Rio menjelaskan. "Sayang, maaf ya. Jadi gini, samalem abis anterin lo pulang, gua tabrakan. Hp gua ancur, dan ini hp cadangan gua. Kaki gua luka, sakit jadi gak bisa masuk sekolah dulu. Maaf ya Ella sayang kalo aku baru ngasih kabar."
Ella merasa sedikit lega dan khawatir mendengar penjelasan Rio. Namun tetap saja, rasa kesal masih tersisa dalam hatinya. "Ehh, lo gak apa-apa kan sayang? Btw kenapa ga langsung bilang tadi pagi? Gua udah ngira-ngira macam-macam loh," kata Ella dengan nada kesal.
Rio mengerti perasaan Ella, ia merasa bersalah karena baru memberi tahu sekarang. "Maaf ya sayang, sebenarnya gua juga ga mau bikin lo khawatir. Tapi tadi pagi kondisinya parah, gua harus ke rumah sakit dulu. Sekarang udah agak enakan sih, jadi gua langsung kasih tahu lo," jawab Rio dengan lembut.
Ella merasa sedikit tersentuh dengan penjelasan Rio. Dia mulai merasa bersalah karena hampir menghapus nomor Rio tadi. "Maafin gua ya Rio, tadi gua emosi sampe sempat berpikir mau hapus nomor lo. Gua gak seharusnya mikir kayak gitu," kata Ella dengan suara pelan.
Rio tersenyum, "Udah, gak perlu minta maaf. Gua juga ngerti kok perasaan lo. Tapi sekarang gimana, lo gapapa kan?" tanya Rio dengan penuh perhatian.
Ella mengangguk, "Iya, cuma lagi pms aja. Jadi emosinya agak labil gitu."
Rio mengerti, ia pernah mendengar tentang itu dari teman-temannya. "Ah, gitu ya. Nanti gua beliin coklat biar mood lo jadi bagus lagi deh," kata Rio sambil tersenyum.
Ella menjawab Rio: "Ah lo baik banget deh sayang, tapi kan lo lagi sakit juga, jadi jangan beliin juga gapapa gua ngerti kok, semoga lo cepet sembuh ya sayang
gua habis ini kesana ya..."
Rio tersenyum lega mendengar jawaban Ella, "Iya sayang, makasih udah ngertiin gua. Jangan lupa nanti bawain buah ya hehe," kata Rio sambil tersenyum.
Ella juga ikut tersenyum, "Iya, nanti gua beliin buah kesukaan lo, biar cepet sembuh." Setelah itu, mereka berdua mengobrol sejenak sebelum akhirnya menutup telepon.
Ella merasa lega karena bisa mendengar penjelasan dari Rio dan mengerti situasinya. Namun, ngilu di perutnya semakin terasa. Ia pun memutuskan untuk pergi ke dokter.
Ia meminta izin pada ibunya untuk ke dokter, lalu segera pergi ke klinik terdekat. Dokter yang memeriksanya mengatakan bahwa ia mengalami kram perut akibat menstruasi dan memberikan resep obat untuk meredakan rasa sakitnya.
Ella merasa lega setelah mendapat obat dan kembali ke rumah. Ia berjanji akan menjaga kesehatannya dengan lebih baik lagi. Sembari menunggu obatnya berefek, ia memutuskan untuk membaca buku favoritnya dan menenangkan diri.
Setelah dapat obat pereda ngilu menstruasi dari dokter, Ella menyimpannya di dalam tas kecilnya. Kemudian Ella ke toko buah dan menuju rumah Rio untuk menjenguk kondisinya.
Ella menunggu di depan rumah Rio, dengan membawa kantong berisi buah-buahan. Tak lama kemudian, pintu rumah terbuka dan Orang tua Rio muncul lalu membawa Ella ke kamarnya Rio.
"Eh, Ella dateng," tanya Rio dengan senyum lebar.
"Iya, Gua datang. Lo sakit banget ya, sayang?" jawab Ella sambil menghampiri Rio.
"Iya, ini kaki gua masih sakit banget," jawab Rio sambil mengerang kesakitan.
Ella memberikan tasnya pada Rio dan membantunya duduk di sofa. Kemudian Ella mengeluarkan beberapa buah-buahan dari tasnya dan memberikannya pada Rio.
"Sayang, makan ini biar cepet sembuh. Buah-buahan enak lho," kata Ella.
"Makasih, sayang.," kata Rio dengan senyum mengembang.
Rio kemudian melihat obat-obatan di tas Ella yang terbuka, Rio terlihat terkejut. "Lo juga sakit, sayang? Kenapa lo gak bilang-bilang sama gua?"
Ella tersenyum. "Gapapa, gua udah ke dokter dan udah dikasih obat. Lo yang harus istirahat dan sembuh dulu."
Ella dan Rio berpelukan, Rio yang terbaring di ranjang nya dengan kaki yang dibalut dengan perban. Rio tersenyum dan mengelus rambut Ella. "Makasih udah dateng, sayang. Maaf gua gak bisa ngabarin lo tadi. Lo jadi kesel ya.." tanya Rio.
Ella menggelengkan kepalanya dan menjawab dengan lembut, "Gak kesel lagi kok, sayang. Gua paham sama kondisi lo."
Rio menarik Ella mendekat dan menciumnya. "I miss you Ella," ucap Rio.
Ella tersenyum dan membalas ciuman Rio. "I miss you too Rio," ucap Ella.
Tak lama kemudian, Heri dan Yayan akhirnya tiba di rumah Rio. Mereka berjalan masuk ke kamar Rio dan melihat Ella yang sedang duduk di samping ranjang Rio. "Hai Ell, gimana Rio?" tanya Yayan.
Ella menjawab dengan senyum, "Gini lah kondisinya.. luka di kakinya agak serius."
Heri menepuk pundak Rio dan berkata, "Jangan-jangan kecelakaan karena terlalu mikirin lo Ella...hehe."
Rio tertawa kecil dan menjawab, "Bisa jadi juga sih, Heri, haha...."
Kemudian, mereka duduk bersama di kamar Rio dan bercerita tentang apa yang terjadi sejak mereka terakhir bertemu.
Ella menceritakan tentang dirinya yang mengalami menstruasi pertama sejak berubah jadi wanita dan merasakan sakit yang dirasakan wanita pada umumnya, itu membuat Heri dan Yayan terkejut. "Kok enggak bilang-bilang, Ell? Kita kan bisa antar lo ke dokter kalau lo ngerasa sakit," ucap Yayan.
Ella tersenyum dan menjawab, "Iya, makasih Ya, tapi udah ke dokter kok. Sekarang udah dikasih obat, jadi gak apa-apa."
Mereka terus mengobrol, tertawa, dan saling bercanda. Rio berbaring di ranjang sambil memperhatikan teman-temannya. Dia merasa beruntung punya teman-teman yang bisa menghiburnya di saat dia sedang terbaring sakit.
Hari pun sudah malam, Heri dan Yayan pulang duluan, Ella merasa berat untuk pulang karena ingin menemani Rio. orang tuanya Rio melihat Ella yang begitu perhatian.
"Ella, kamu udah makan malam belum?" tanya Mama nya Rio yang memperhatikan Ella.
"Belum Bu, Ella masih mau nemenin Rio dulu," jawab Ella sambil tersenyum.
"Iya deh, kamu makan dulu disini sebelum pulang. Jangan kelamaan di sini, nanti orang tua kamu khawatir. Kamu masih harus berangkat sekolah besok," kata Ayah Rio.
"Iya Pak, Makasih ya tawarannya, Ella nanti pulang kok abis makan malam disini. Terima kasih," jawab Ella.
Kemudian Mama Rio pun mempersiapkan makan malam untuk Ella. Setelah makan, Ella pun mengucapkan terima kasih dan pamit untuk pulang.
"Rio, gua pulang ya. Lo istirahat yang banyak dan semoga cepat sembuh," ucap Ella sambil menggenggam tangan Rio.
"Okey sayang, Makasih ya udah nemenin gua sampe malem gini. Gua merasa bakal cepet nih sembuhnya kalo begini," jawab Rio sambil tersenyum.
Ella pun pergi dengan hati yang lega karena bisa menemani Rio dan juga mendapat restu dari keluarga Rio.
To be Continued
Share this novel