Maya

Young Adult Series 2039

Setelah selesai jalan-jalan di taman kota, Rio, Heri, dan Yayan menemani Ella berjalan pulang sampai ke rumahnya dan membawakan barang-barang nya. Sampai di depan rumah Ella, mereka semua berhenti.

Rio: "Yaudah, udah sampe, Ella. Thanks for today ya..."

Ella: "Iya.. thanks juga ya kalian."

Heri: "Yaudah, Ella . Kalo ada apa-apa, kabarin kita."

Yayan: "Iya, kabarin kita. Jangan lupa balas chat kita ya!"

Ella: "Oke, pasti. Bye guys!"

Setelah itu, Ella masuk ke dalam rumah dan menutup pintunya. Dia melihat jam dan ternyata sudah lumayan sore. Dia merasa sangat senang hari ini bisa jalan-jalan dengan teman-temannya. Ella duduk di sofa, mengingat-ingat kenangan hari ini.

Kemudian orang tua Ella muncul dari kamar, melihat Ella yang baru datang.

Ayah: "Ella, seharian gak pulang kemana tuh.. kenapa gak kasih kabar? Kamu nginep di rumah si Rio pasti ya? ayah khawatir takut kamu lakuin hal gak pantes sama temen laki-laki mu, inget ya kamu kan sekarang cewek."

Ella tersenyum kecut mendengar pertanyaan dari ayahnya. Ia mengerti bahwa ayahnya pasti khawatir karena Ella menginap di rumah teman laki-laki. Namun Ella tidak ingin membohongi ayahnya.

Ella: "Iya ayah, Ella nginep sama teman-teman di rumah Rio. Tapi tenang aja, kita nggak lakuin aneh-aneh kok. Kita cuma nonton film bareng abis itu jalan-jalan di taman kota. Maaf ya Ella lupa kabarin."

Ayah: "Oke, kalo gitu ayah tenang. Kamu jangan sampai keluyuran semalaman ya, kamu itu bukan Elpan lagi... Kalo ada apa-apa, bilang aja sama ayah dan Mama."

Ella tersenyum lega mendengar kata-kata ayahnya. Ia merasa terharu karena masih mendapatkan dukungan dari orang tua meskipun ia sudah berbeda dari sebelumnya.

Ella: "Makasih, ayah. Setelah ini Ella bakal selalu ngasih kabar dan gak keluyuran tengah malem."

Mama: "Oiya Ella, kamu udah makan belum? Mau makan apa?."

Ella: "Iya, Ella udah makan tadi. Mama tenang aja. Ella capek mau istirahat dulu."

Mama: "Oh iya, kalau gitu istirahat dulu ya. Mama masak makanan yang enak buat kamu malam ini."

Ella tersenyum dan mengangguk. Ia merasa bersyukur memiliki orang tua yang selalu baik padanya. Setelah itu, Ella pun masuk ke kamarnya dan istirahat sejenak sebelum makan malam.

Tiba-tiba, ponselnya berbunyi. Dia melihat dan ternyata chat dari Rio.

Rio: "Ella gimana, dimarain ortu gak? Seneng banget tadi bisa seharian baremg hehe. Kapan-kapan gitu lagi yaa?"

Ella tersenyum membaca chat Rio.

Ella: "Santai, ortu gua gak marah kok...iya kapan-kapan kita gitu lagi.. gua seneng kok... See u later Rio."

Rio: "See u, Ella."

Setelah selesai chatting dengan Rio, Ella merenung sejenak. Dia merasa ada perasaan yang aneh terhadap Rio, perasaan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Dia tidak tahu apakah itu hanya karena Rio adalah teman baiknya, atau ada sesuatu yang lebih dari itu.

Ella menghela nafas, berpikir bahwa mungkin dia terlalu berlebihan memikirkan hal-hal seperti itu. Dia kemudian bangkit dari sofa dan memutuskan untuk menonton film sebelum tidur. Dia berharap bisa tidur nyenyak dan bangun dengan perasaan yang lebih baik esok hari.

______

Besok hari nya, Ella berangkat ke sekolah dengan semangat. Di sekolah, saat jam istirahat, Maya tiba-tiba mengajak Ella untuk bicara, Maya mengajak untuk ke tempat yang lebih sepi. Sepertinya ada hal serius yang ingin dibicarakan Maya pada Ella.

Maya melangkah menuju ke tempat sepi di belakang sekolah, diikuti oleh Ella yang merasa tegang. Setelah sampai di sana, Maya menatap Ella dengan tatapan penuh harap.

Maya: "Ella, gua udah beberapa hari ini ngerasa ada yang aneh sama lo. Gua tuh rasanya kayak gak bisa ngeliat lo tanpa kepikiran Elpan. Lo ngerti gak maksud gua? Ya, lo pasti ngerti yang gua maksud.. Jadi, lo bisa cerita gak sih apa yang sebenarnya terjadi? jujur aja deh Ella."

Ella merasa terjebak dalam situasi yang rumit. Ia merasa kasihan pada Maya, namun ia juga tidak ingin mengungkapkan kebenarannya.

Ella: "Maaf, Maya. Ada apa ya?."

Maya merasa semakin kecewa dan frustrasi. Ia merasa bahwa Ella tidak jujur padanya dan semakin yakin bahwa ada sesuatu yang disembunyikan dari dirinya.

Maya melanjutkan pembicaraannya.
Maya: "Kenapa lo tiba-tiba deket sama Rio, Heri, Yayan padahal lo siswi baru san satu-satunya cewek diantara mereka bertiga. Mereka kan temen akrabnya Elpan sebelum dia ilang. Dan gua liat tingkah lo mirip sama Elpan waktu interaksi dengan mereka.. hmm.. ada apa sebenarnya? gua penasaran."

Ella merasa cemas ketika Maya mulai bertanya tentang perubahan dalam dirinya dan pergaulannya dengan teman-teman Elpan. Ia tahu bahwa Maya masih mencintai Elpan dan tidak ingin membuatnya kecewa. Namun, ia juga merasa tidak nyaman dalam menyembunyikan identitasnya yang sebenarnya.

Ella: "Gua... gua beneran gak tau apa yang lo omongin Maya. Gua cuma temenan sama mereka aja, gak ada apapun yang spesial."

Maya menatap Ea tajam, mencoba mencari tahu kebenaran di balik kemiripan antara Ella dan Elpan.

Maya: "Ella, Jangan bohong deh...Gua udah lama suka sama Elpan, gua tau persis ciri khas dia. Dan juga satu hal, gua tau ini gak masuk akal tapi insting gua mengatakan kalo lo itu Elpan, ya kan?. Elpan.. Gua masih cinta sama lo. serius.. gua kangenn.."

Ella terkejut dan tidak tahu harus berkata apa. Ia merasa terjebak dan tidak bisa berbohong lagi.

Ella: "Okelah gua gak bisa sembunyi lagi.... Gua memang Elpan. Jadi gini, beberapa minggu lalu gua tiba-tiba berubah jadi cewek pas bangun tidur. Gua juga gak tau kejadian ini terjadi sama gua, dokter bilang karena gua punya kelainan. Dan gua berusaha sembunyiin hal ini dari semua orang, termasuk dari mereka bertiga dan lo. Tapi mereka sekarang udah tau dan terima gua.. gua harap lo bisa terima keadaan gua sekarang ya Maya."

Maya terdiam sejenak, mencerna informasi yang baru saja ia dengar. Ia merasa sedih dan terkejut, namun juga merasa lega karena akhirnya mengetahui kebenaran di balik hilangnya Elpan.

Maya: "Gua gak tau mau ngomong apa lagi. Gua Kangen sama lo Elpan." Maya pun memeluk Ella sambil menangis.

"Gua seneng lo ada disini...Gak peduli, gua kangen sama lo.. makasih udah jujur." Tambah Maya.

Ella merasa lega karena akhirnya bisa berbicara jujur dengan Maya. Ia merasa lebih dekat dengan teman lamanya itu daripada sebelumnya.

Ella: "Iya, Maya. Gua harap lo bisa paham sama situasi gua."

Maya melanjutkan pembicaraannya.
Maya: "Elpan.. eh Ella.. lo cantik banget sekarang. Tapi bisa gak lo jadi Elpan lagi??... Gua cinta lo Elpan!"

Ella merasa hatinya berdebar kencang. Ia tidak tahu harus merespons perkataan Maya. Ella berusaha mencari kata-kata yang tepat untuk memberikan jawaban pada Maya yang sedang menghadapinya.

Ella: "Maya, gua... gua nggak bisa jadi Elpan lagi. Aku udah secara alami jadi Ella. Gua... gua juga sekarang gak bisa balas perasaanmu, Maya. Kita sesama cewek sekarang. Maaf."

Maya tampak terkejut dan kecewa dengan jawaban Ella. Ia menghela napasnya lalu menatap Ella dengan wajah penuh harap.

Maya: "Lo yakin gak bisa jadi Elpan lagi? Bisa kan, Ella? Lo pasti bisa. Dan... tentang perasaan gua, Ella... gua nggak bisa hapus perasaan ini. Gua cinta banget sama lo, Elpan atau Ella. Gua tahu ini egois, tapi gua... gua nggak bisa hentiin perasaan ini."

Ella merasa tersentuh dengan perasaan Maya. Namun, ia tidak bisa memaksakan dirinya menjadi Elpan lagi. Ia ingin menjadi dirinya yang sekarang, yaitu Ella.

Kemudian Ella menjelaskan lagi. "Perubahan fisik ini karena kejadian alami, Maya. bukan keputusan gua untuk jadi cewek. Gua udah terima takdir yang sekarang . Dokter bahkan berkata gua udah jadi cewek sejati yang punya rahim jadi gua bisa hamil dan melahirkan suatu saat, kayak lo. Jadi maaf ya gua bener-bener gak bisa bales perasaan lo , kita sama sama cewek sekarang."

Maya terdiam sejenak mendengar penjelasan Ella. Ia kemudian menatap Ella dengan air mata di matanya.

Maya: "Oke gua paham. Maaf kalo gua terlalu egois. Gua cuma kangen Elpan, diri lo yang dulu, dan rasanya gua masih susah terima perubahan yang lo alami. Tapi gua bakal berusaha untuk menerima dan mendukung lo sebagai teman sejati." kata Maya sambil menghapus air mata yang mengalir di pipinya.

Ella tersenyum lega mendengar kata-kata Maya. Ia merasa lega bahwa Maya akhirnya bisa menerima dirinya apa adanya.

Ella: "Thanks, Maya. Gua juga hargai perasaan lo. Dan gua yakin, lo bakal dapetin cowok yang baik untuk lo." jawab Ella sambil menghapus air mata Maya dan meletakkan tangannya di pundak Maya.

Maya tersenyum kecil mendengar kata-kata Ella. Ia merasa lega dan merasa bahwa persahabatan mereka semakin erat.

Maya: "Thanks Ella. Gua bakal selalu ada untuk lo." kata Maya sambil memeluk Ella lagi.

Ella merasa hangat di dalam hatinya. Ia merasa senang memiliki teman sejati seperti Maya yang selalu mendukungnya.

Ella membalas pelukan Maya dengan erat.
Mereka berdua tersenyum dan merasa lega setelah mengungkapkan perasaan mereka. Mereka berdua merasa bahwa persahabatan mereka semakin kuat dan erat.

Maya dan Ella kemudian melepas pelukan. Mereka tersenyum pada satu sama lain dan memutuskan untuk kembali ke kelas. Maya memutuskan untuk menerima takdirnya sebagai teman baik Ella dan berharap Ella menemukan kebahagiaannya sebagai seorang wanita.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience