Emosi

Young Adult Series 2039

Pagi hari tiba, alarm membangunkan Ella pukul 6 pagi. Ella terkejut ketika merasakan kebasahan di bagian bawahnya saat terbangun dari tidur. Ia meraba-raba dan merasakan ada darah yang keluar. Ella pun menjadi panik, ia tidak tahu apa yang terjadi pada tubuhnya.

"Ella, kenapa?" tanya Mama nya yang mendengar kehebohan di kamar Ella.

"Mama,.. ada darah," jawab Ella dengan suara bergetar.

Mama pun tersenyum dan bilang. "Oh, itu menstruasi. Wahh, pertama kali nih berarti sejak kamu berubah jadi cewek. Yaudah sini mama ajarin cara ngurusnya..."

"Mama gak pernah kasih tau sih... Ella kira menstruasi tuh pas mau kencing aja," ujar Ella dengan rasa sedih.

Mama mengelus rambut Ella dan berkata, "Mama kira kamu gak bakal ngalamin menstruasi, ternyata bisa juga ya. Tenang aja, kamu anak perempuan kesayangan mama jadi mama bakal ajarin kamu kok."

Ella merasa lega mendengar ucapan Mama. Ia merasa lebih dekat dengan ibunya dan merasa dihargai. Setelah mendapat penjelasan dari Mama, Ella merasa lebih siap menghadapi masa-masa menstruasi selanjutnya.

"Hmm...makasih ya, Mak," ujar Ella sambil tersenyum.

Mama kemudian mengambilkan pembalut yang telah mama stok, kemudian memberikannya pada Ella.

Ella merasa sedikit malu dan canggung saat Mama memberikan pembalut kepadanya, namun Mama merasa senang bisa membantu dan mendampingi putrinya yang sudah tumbuh menjadi wanita.

Mama berkata, "Ini, dia... pembalut yang harus kamu pake. Kamu harus ganti setiap 4-6 jam, ya. Kalo lebih dari itu, nanti kotor, bisa infeksi."

Ella memerhatikan dengan seksama saat Mama membuka kotak tersebut dan mengeluarkan pembalut. "Nih liat ya.., ini cara pake nya," kata Mama sambil menunjukkan cara memasang pembalut pada bagian dalam celana dalam.

Ella sedikit kikuk dan merasa agak sulit memasang pembalut tersebut. "Mak.., rasanya aneh ya.., kalo lepas gimana?" tanya Ella cemas.

Mama tersenyum lembut dan berkata, "Tenang. Kamu bakal terbiasa kok. Kalo lepas ya tinggal pake lagi yang baru. Kalo ada apa-apa bilang mama ya... nanti biar mama bantu."

Ella merasa lega mendengar kata-kata Mama dan berterima kasih karena Mama selalu ada untuknya. Setelah itu, Mama memberikan beberapa tips dan saran kepada Ella tentang bagaimana menjaga kebersihan selama menstruasi.

"Mak makasih ya.. Ella bakal turutin ajaran mama," kata Ella dengan senyum di wajahnya.

Mama memeluk Ella dan berkata, "Sama-sama, Ella. Mama selalu siap bantu kamu. Sekarang siap-siap berangkat sekolah."

Ella merasa lega karena Mama selalu ada untuknya dan memberikan dukungan selama masa-masa sulit seperti ini. Dia berjanji akan berusaha lebih baik dan menjaga kebersihan dirinya selama menstruasi.

______

Ella pun berangkat sekolah. Tapi ketika dia tiba di gerbang sekolah, dia merasakan ngilu.

Ella memegang perutnya yang terasa sakit dan menggerutu dalam hati, "Ah, jadi ini yang dirasain cewek pas mens ya?" pikirnya dalam hati.

Dia terus berjalan menuju kelasnya sambil mencoba menghilangkan rasa sakit yang terus berdenyut.

Ketika sampai di kelas, Ella duduk di bangku dan merasa tidak nyaman. Dia mengalihkan perhatiannya ke teman-temannya dan melihat beberapa di antaranya sedang membicarakan sesuatu. "Gaes, Rio gak masuk ya?" tanya salah satu temannya.

Ella merasa sedikit cemburu dan memilih untuk tidak bergabung dalam pembicaraan mereka. Dia merasakan sakit yang semakin parah dan ingin segera pulang. Namun, ketika dia berdiri untuk pergi, guru masuk ke kelas dan memberi tahu mereka akan ada ulangan hari ini.

Ella menjadi gelisah dan merasa tidak mampu berkonsentrasi karena rasa sakitnya yang semakin parah. Dia merasa ingin menangis, tetapi mencoba untuk menahan air matanya.

Ketika jam istirahat pertama, Ella segera berlari menuju toilet. Dia memeriksa pembalutnya dan melihat bahwa ada sedikit bercak darah yang membuatnya merasa khawatir. "Kalo kek gini normal gak sih?" pikirnya dalam hati.

Dia mencoba untuk tidak panik dan mengikuti saran Mama, yaitu mengganti pembalut secara teratur dan menjaga kebersihan. Setelah mengganti pembalutnya, dia merasa sedikit lega dan merasa lebih baik.

Ella kembali ke kelas dan melanjutkan kegiatan belajarnya dengan rasa sakit yang masih ada tetapi sudah tidak separah sebelumnya. Dia berusaha untuk tetap fokus pada pelajaran dan memikirkan hal-hal positif, seperti hari pertama dia dan Rio menjadi sepasang kekasih.

Dia tahu bahwa masa pubertas dan menstruasi tidaklah mudah, tetapi dia percaya bahwa dia akan mampu menghadapi semua ini.

Maya memerhatikan Ella dan berkata: "Ella, lo sakit ya?"

Ella menjawab dengan suara yang pelan dan cemas, "Iya, ngilu banget. Ini pertama kalinya gua rasain ini."

Maya mengerti dan memperhatikan Ella dengan penuh kasih sayang. "Oh, gua paham, lo pasti lagi mens ya? Tenang, ini hal yang wajar dan pasti dialami oleh setiap perempuan. Lo udah pake pembalut?"

Ella mengangguk, "Udah, tapi masih sakit dan ngilu."

Maya tersenyum, "Oh gitu.. tenang aja Ella, Nanti pas istirahat kedua, gua temenin ke uks, ada obat pereda nyeri disana. Lo juga bisa minum air hangat atau pijat bagian perut biar nyeri nya reda."

Ella merasa lega mendengar itu, "Makasih ya Maya."

Maya tersenyum, "Gak perlu bilang Makasih. Kita temen, udah seharusnya gua bantuin lo."

Ella merasa sangat beruntung memiliki teman seperti Maya. Dia merasa lega karena sudah bisa membagikan masalahnya dengan seseorang dan merasa tidak sendirian.

Jam istirahat kedua mulai, Maya menggandeng tangan Ella sambil berjalan ke UKS. Di sana, mereka bertemu dengan Bu Dian, perawat sekolah yang sedang bertugas.

"Ada apa, Maya? Ella kenapa?" tanya Bu Dian.

"Ella sakit, Bu. Katanya ngilu.. lagi mens dia bu," jawab Maya.

Bu Dian kemudian memberikan obat pereda nyeri. "Kamu harus minum ini, Ella. Ini bakal meredakan rasa sakitmu," ujar Bu Dian sambil memberikan obat.

Ella mengambil obat dari tangan Bu Dian dan menelannya. Setelah itu, Bu Dian memberikan beberapa tips dan saran untuk merawat diri saat menstruasi.

"Kamu harus menjaga kebersihan diri, Ella. Ganti pembalut secara teratur dan cuci tangan sebelum dan setelah mengganti pembalut," kata Bu Dian.

Ella mengangguk dan berterima kasih pada Bu Dian. Maya kemudian menggandeng tangan Ella lagi, mereka berjalan ke kantin sekolah untuk makan siang.

"Ella, jangan khawatir ya. Ini pertama kali lo mens, tapi nanti pasti lebih mudah kok," ujar Maya.

Ella tersenyum kecil, "Makasih udah nolongin gua ya Maya."

Mereka berdua kemudian duduk di kantin sekolah sambil makan siang dan bercerita. Meskipun Ella masih merasakan ngilu, namun kehadiran Maya membuatnya merasa lebih baik.

Saat sedang makan di kantin, Ella bertanya pada Maya. "Eh maya, lo tau gak Rio kemana? kok dia gak masuk sekolah ya hari ini."

Maya mengangguk dan menjawab, "Entahlah, sakit kali atau ada urusan."

Ella mengangguk dan berkata, "Oh, gitu ya. Moga aja gapapa."

Mereka melanjutkan makan siang sambil berbincang-bincang tentang pelajaran dan hobi mereka. Namun, Ella masih merasa cemas tentang keberadaan Rio. Setelah makan siang, dia memutuskan untuk mencoba menghubungi Rio.

Ella mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Rio. Namun, nomor telepon Rio tidak aktif. Ella mencoba menghubungi beberapa kali lagi, tetapi hasilnya tetap sama.

"Eh, malah gak aktif nomor si Rio," kata Ella pada Maya.

Maya menggelengkan kepala, "Gua juga gak tau, mungkin dia ganti nomor atau hp nya rusak."

Ella mengangguk dan mencoba tidak terlalu khawatir. Namun, di dalam hatinya, dia merasa gelisah dan berharap Rio baik-baik saja.

______

Jam pulang sekolah pun tiba, Ella pulang dari sekolah dengan perasaan yang kurang enak karena efek pms. Itu membuat dia merasa kesal karena Rio tak memberitahukan alasan ketidakhadirannya di sekolah hari itu.

Di rumah, Ella pun memutuskan untuk menghubungi Rio melalui pesan WhatsApp.

"Rio, kenapa tadi lo gak masuk sekolah? lo gak bilang apa-apa, gua jadi khawatir," tulis Ella di pesan WhatsApp.

Namun, hingga beberapa menit berlalu, Rio tak memberikan balasan. Ella merasa semakin kesal dan tak sabar menunggu. Dia merasa seakan-akan Rio tak menghargainya.

"Kok lama banget sih lo balesnya? Lo sibuk apa sih? Gua kan jadi khawatir," tulis Ella kembali.

Namun, setelah beberapa saat, Rio belum juga membalas pesannya. Ella semakin merasa kesal dan kesal. Dia merasa Rio tak peduli dengan perasaannya.

"Eh, kok dia gak bales gua sih? Gak peduli atau apaaa...," ujar Ella dalam hati.

Ella duduk di atas tempat tidurnya, menggenggam ponselnya dengan wajah yang penuh kebingungan. Dia memandang nomor Rio yang tertera di layar ponselnya dan mulai berpikir.

"Ishh....kenapa gua.. rasanya kayak emosi banget, ahh gua harus berpikir jernih," gumam Ella dalam hati sambil menghela nafas.

"Semalam kita habis jalan-jalan bareng, romantis deh pokoknya. Pagi nya dia malah gak masuk sekolah."

Ella merenung sejenak, mencoba mengingat-ingat kembali momen-momen indah bersama Rio semalam. Dia mengenang senyum manis Rio ketika memeluknya di atas motor, bagaimana dia merasa aman dan nyaman di dalam pelukan Rio.

Namun, meskipun teringat dengan momen indah tersebut, Ella masih merasa kesal pada Rio yang tidak memberi tahu alasan ketidakhadirannya di sekolah. Dia semakin emosi dan memutuskan untuk menghapus nomor Rio dari daftar kontak ponselnya.

Namun, sebelum menghapus nomor tersebut, Ella berpikir untuk mencoba memahami situasi Rio. Dia berusaha untuk berpikir jernih dan tidak terlalu emosional.

"Kenapa Rio gak masuk sekolah hari ini? Ah mungkin dia sakit? atau ada acara?," kata Ella dalam hati sambil merenung.

"Huh... gua gak bisa terlalu cepat ambil kesimpulan, harus coba pahamin situasi dulu."

Ella memutuskan untuk menunda menghapus nomor Rio dari daftar kontak ponselnya, setidaknya sampai dia mengetahui alasan ketidakhadiran Rio di sekolah hari ini. Dia merasa lebih tenang setelah mengambil keputusan tersebut dan memutuskan untuk menunggu hingga Rio memberikan penjelasan.

To be Continued

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience