Chapter 9

Other Series 2484

Tangannya yang berdarah sedikit akibat digigit abangnya itu dibalut dengan kain. Baju miliknya diambil dari almari dalam bilik. Dia tukarkan baju abangnya yang tampak lusuh. Kasihan sungguh dia melihat abangnya.

"Abang lapar tak? Nak adik ambilkan makanan ker?"

"Tak payah susah-susah sebab aku. Leave me alone here," keras sahaja suara Adrean.

"Okay...pap," bunyi pintu tertutup masih tidak dapat mengalih perhatiannya. Dia masih duduk di atas katil merenung lantai. Masih termenung. Entah apa yang dimenungkan Adrean.

"Aaaarghhhh!" dinding di hadapannya ditumbuk berkali-kali. Setitik darah menitik. Mukanya diraup kasar berkali-kali. Dia tidak mengerti.

Brean yang berada di luar pintu bilik usang itu menahan air matanya dari jatuh. Dia berjanji pada dirinya, bahawa mereka berdua akan keluar selama-lamanya dari rumah ini. Dia sudah tidak sanggup melihat abangnya menjadi begitu.

"Brean! What are you doing there?! I said no one came to this level nor this room. Don't you hear me?!" suara itu yang ditakutkannya selama ini. Tidur malamnya juga ditemani dengan air mata.

"I'm so-sorry mummy." bergetar-getar suara itu menjawab.

"Siapa mummy kau hah?! Don't you dare to call me mummy!"

"B-but w-why?" hanya menunggu masa untuk air matanya menurun.

"Don't you know, sweetheart? Hahaha..so~sad..Untuk pengetahuan kau! I'm not your mother," rambut anak kecil itu ditarik sambil kata-kata itu dilontarkan dengan penuh kebencian.

"It's h-hurt mummy...tsk tsk," meraung Brean akibat kesakitan yang tak mampu ditahannya itu.

"Do you think I care about it? In your dream...huh."

"You jerk!!! Leave him alone you b*tch!" Adrean yang terdengar suara jerkahan dari dalam bilik terus keluar dan menarik tangan wanita itu dari mencengkam rambut adiknya.

"How dare you!"

"What?! Do you want to mess with me? So..come on and try, if you can..heh," matanya merenung muka wanita yang mereka gelar mummy itu.

Tiba-tiba satu perasaan takut menjalar ke dalam adrenalinnya. Cecilia pantas menuruni anak tangga untuk sampai ke bawah. Gerun dia melihat mata anak tirinya yang berubah menjadi warna hitam pekat.

"Kenapa dengan awak, Cilia? Did something happened?" tanya Johnny merangkap bapa mereka.

"T-they just attacked me. I-i am scared. Look at my hand, Adrean did it just now," Cecilia menunjukkan tangannya yang ditarik oleh Adrean sebentar tadi. Huh..manja betul.

"Tch..how dare them~" dia tidak mampu menyambung kata-katanya kerana terlampau marah. Kakinya menuju ke level yang menempatkan bilik Adrean.

_________________________

"Are you okay, bro?" Adrean berkata sambil melihat ke dalam anak mata adiknya. Kepala Brean diusap penuh kasih. Siapa cakap dia tak sayang adik dia.

"I'm okay la. Brean kan laki. Mestilah kuat." Brean bangun dan terus membuat gaya pembina badan.

"Toktoktoktoktok," ketukan pintu yang bertalu-talu mengejutkan mereka.

"Ab-abang...Rean takut," katanya sambil menyorok di belakang badan Adrean.

"Jangan risau. Tak ada apa-apa yang akan berlaku," tangan itu naik menugusap kepala adiknya.

"Brean, can you do what I ask you for this time? Go and hid in the wardrobe, okay?"

Brean terus lari menuju almari pakaian Adrean.

"ADREAN! Come and open this door!"

"Yes...what can I help you, daddy? Is there any problem?" suaranya kedengaran lembut pada pendengaran semua tapi nampak sangat sinis pada Cecilia.

Mata Adrean merenung muka Cecilia tanpa mempamerkan riak wajahnya. Kosong dan beku.

"How dare you to do this to your mom! Apologize! Now!"

"Am I misheard what did she say just now to Brean?"

"What did she say?"

"You won't believe me even I am telling the truth..so nevermind~"

Adrean dengan bersahaja kalih ke belakang untuk memasuki biliknya.

"You're so rude!" Adrean terkejut apabila mukanya di'hadiah'kan dengan penampar daddynya.

Keadaan menjadi sunyi seketika.

Annyeong-haseyoo..readers! Okay, new chapter has been published..so~enjoy it okayy? Luv youu

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience