sania memutuskan untuk menyewa kamar sampai hatinya membaik karena diperlakukan seenaknya saja dengan hendra.
"san cepat cari sania" hendra menyuruh sandi
"hey sayang sudah pulang maaf aku terlambat" suara clara dari balik pintu "kau cari sapa sayang" timbal clara
"tidak tidak ada sayang" segera mendarat ciuman mesra dari hendra untuk clara padahal hendra tau dia tadi siang pasti sudah melakukan adegan eksotis di kamar hotel yang berhasil anak buah hendra tangkap
"bagaiman belanjamu" suara hendra sok tidak tau apa apa
" banyak banget sayang terimakasih sebelum pulang aku kau manjakan" suara seksi clara
"bagaimana jika hari ini kita... " belum selesai bicara hendra sudah dipotong oleh clara
"sayang aku capek besok saja ya" suara clara..
hendra yakin clara sudah bermain beberapa ronde dengan teman kuliah sania itu.
'sialan aku dikalahkan oleh bocah ingusan' gumam hendra
"baiklah mandi lalu tidurlah" ekpresi hendra berubah datar.
"ya aku mandi dulu saya bye bye" suara clara sambil meninggalkan hendra di ruang tengah lantai 2
"bagaimana san" suara hendra pada sandi
"dia tidur di penginapan pak" jelasnya sandi
"dengan siapa" suara hendra agak terkejut
"sendiri bos" ucap sandi
"sendiri? " dengan ekpresi bingung.. "cepat kirim alamatnya" suara hendra
---25menit hendra segera melajukan mobilnya setelah berpamitan pada clara ada urusan mendadak clara tanpa ada rasa curigapun mengiyakan apa yang kekasihnya bilang
"itu bos" tunjuk sandi pada penginapan sederhana
"gadis bodoh kamu boleh pulang sand" perintah hendra
sania masih berjalan pelan menuju kamarnya dia merasa depresi karena diperlakukan tidak adil oleh hendra
'iya iya aku hanya istri hutangnya bukan istri yang dicintainya ayolah sania tidak usah baper' semangat sania yang sekarang sudah agak enakan
saat hendra mau menginjakan kaki di penginapan itu sania segera berlari dan mengembalikan kunci kamarnya pada resepsionis hendra yang melihat itu segera die bersembunyi di bilik mana saja agar tidak terlihat oleh sania.
"mbak aku tidak jadi menginap disini aku lupa bahwa aku punya rumah" lontar sania
hendra yang melihat itu menahan tawanya
segera sania peri kerumah ayahnya.
sesampai dipagar pintu ada tulisan yang membuatnya tercengang "RUMAH DISITA"
kemana lalu ayahnya??
memang ayahnya tidak pernah mengunjungi terakhir bertemu ayahnya saat pernikahan.
Share this novel