Rahman menepuk - nepuk lembut bahu Mateen lalu dia memuncungkan bibirnya ke arah luar jalan, menunjuk ke arah Alesa yang sedang berjogging keliling padang tidak jauh dari situ.
Dia senyum gembira. Ini untuk kau Alesa sebab buat hati aku sakit.
BUK!
Tepat bola ke kepala Atilia. Alesa mengerang kesakitan. Digosok - gosok kepalanya yang dirasakan bengkak itu. Beberapa orang rakan Atilia terkejut dengan apa yang baru sahaja berlaku tetapi masing - masing tidak berani masuk campur.
" Siapa yang baling ni?" Alesa lihat bola yang bergolek tidak jauh darinya.
" Atilia!! Bawa bola tu sini!" Panggil Mateen yang sudah bercekak pinggang. Alesa geram melihat lelaki itu. Ya Allah, kenapalah malang sangat nasib aku ni?
" Oi, kau tak puas hati apa dengan aku hah?!" Alesa berang, dia sudah laju menuju ke arah Mateen yang sudah ketawa berdekah - dekah itu. Jaraknya antara Mateen tidak lebih dari dua langkah.
" Uuuu, takutnya... Haha, aku ingat tiang gol tadi." Jawab Mateen sambil tangannya meminta bola dari tangan Atilia.
" Tiang gol-lah! Tong sampah-lah! Macam - macam! Aku ni manusia tahu, manusia! Aku ada perasaan! Kepala aku ni ada ilmu!" Alesa menangis teresak - esak. Mateen terdiam, rasa serba salah menyelubungi dirinya. Mahu sahaja dia memaki - maki dirinya saat itu.
"Ak-aku-aku benci kau Mateen Fahmi!!" Tangan Alesa sudah diangkat ke udara bersama bola yang dibaling Mateen tadi. Niat Alesa dia mahu membaling bola itu ke muka Mateen tetapi entah kenapa bola itu tiba - tiba jatuh dikaki Mateen. Alesa berlari menuju ke arah asrama perempuan. Mateen diam seribu bahasa.
Share this novel