sampainya Amel di depan gerbang, Amel menengok kanan kiri, namun Amel tidak melihat sebuah mobil yang terparkir, kemudian Amel mengambil telefon di sakunya untuk menelfon Siska.
yah siska adalah kakaknya Amel yang pagi itu menghantar Amel ke sekolah.
"halo kak, kaka dimana" tanya Amel
"ini kaka lagi di jalan dek, kamu tungguin aja yah" jawab di balik telfon
"siap kak"
hanya 20 menit Amel menunggu sang kaka tercinta menjemputnya, dari kejauhan dan suara mobil khas yang di miliki keluarga Amel, sontak Amel melihat dari arah kiri, mobil kaka nya yang melaju ke arahnya.
mobil Siska pun sampai di hadapan Amel dan bila.
sang kaka pun membuka kaca mobil yang kaget melihat wajah adik nya dan temanya yang memar keliahatan abis di tonjok seseorang, lantas sang kaka bertanya pada adik nya
"kamu kenapa sayang bisa memar begitu"
Amel pun tak menjawab, ia hanya membuka pintu mobil belakang lalu mengajak sahabatnya untuk masuk juga.
"dek kamu di apain wajah kamu sampai memar" tanya Siska kembali pada adiknya.
"nanti aku ceritain kak di rumah, masalah kejadianya" jawab Amel lembut
"yudh kalau gitu"
Siska langsung menginjak gas mobil, untuk pulang ke rumah.
"kamu mau langsung pulang bil" tanya Amel pada bila
"hmm, boleh gak aku mampir bentar ke rumah kamu" jawab bila dengan merasa tidak enak pada kakanya
"boleh kan kak, teman aku mampir dulu ke rumah" tanya Amel pada kaka Siska
"iya boleh kok" jawab Siska menganggukan kepalanya pertanda setuju.
Siska melanjutkan mengendarai mobilnya dengan kecepatan sewajarnya
sebelum mereka bertiga sampai ke rumah, Siska pun tersentak dalam pikiranya kalau Siska ingin mampir dulu untuk ke apotik, membeli beberapa obat buat menyembuhkan wajah memar adik dan temanya.
"nanti sebelum ke rumah kaka mau mampir ke apotik dulu yah dek" ucap Siska pada adiknya
"mau beli apa kak" Amel bertanya kembali pada kakanya
"mau beli obat untuk kalian"
"hmm, yudh"
sampainya mereka di apotik, Siska segera turun dari mobil dan berjalan menuju ke dalam apotik.
"dek tunggu di dalem dulu yah, kaka masuk ke apotik sebentar" perintah Siska
"hmm"
yang di dalam mobil pun sedang bercakap membahas kejadian tadi sekolah, bahkan amel sangat kesal terhadap perempuan centil, walaupun bila sudah melarang agar tidak usah di tanggapi, lantaran bagaimana Amel tidak berkutik akan sahabatnya yang sudah dia anggap sebagai keluarganya sendiri walaupun abang dan kakaknya belum tau akan kedekatan mereka berdua.
"ehh kaka dah selesai belinya" sontak kaget melihat kak Siska yang sudah membuka pintu mobil.
"iya udah dek"
"Mel, kaka kamu denger gak yah soal percakapan tadi" bisik bila pada Amel.
"gak tau deh"
sampailah mereka di rumah, jarak apotik dengan rumah memang tidak begitu jauh, bahkan di bilang melewati laut untuk pulang pun tidak, ketemu lampu merah saja tidak ada.
ketika Siska hendak turun untuk membuka gerbangnya, sontak Amel langsung menawarkan diri turun dari mobil untuk membuka gerbangnya.
"biar adek aja kak yang buka gerbangnya"
"ok deh"
"benar-benar adek yang berbakti yah Kak siska, udah cantik, pinter lagi"
ucap pujian bila pada adik nya Siska, Siska pun menjawab "iya" sambil tersenyum manisnya.
sebuah mobil melaju ke garansi rumahnya, kemudian gerbang di tutup kembali oleh Amel yang melihat mobil sudah melewati pintu gerbang.
Amel pun menghampiri sahabtnya itu untuk mengajak masuk ke dalam rumah.
"kak pintunya di kunci yah" tanya Amel yang udah mengetahui pintunya terkunci, dengan bibir yang di manyunkan prilaku manjanya udah di mulai.
"iya dek, lagian gak nanya dulu sama kaka" jawab Siska yang menghampiri Amel dan bila
"abisnya.. "
"udah udah, gak malu emang sama temenya" Siska memotong pembicaraan Amel.
amel pun melirik bila, bahkan bila melirik Amel yang di iringi senyum kecilnya.
"lucu juga kamu Mel, kalo lagi merajuk"
"isshhh" jawab sebel Amel
"yudh jangan ribut, pintunya dah ke buka, yok masuk" perintah kaka Siska.
kemudian mereka bertiga masuk ke dalam, bila pun terkejut akan rumahnya Amel yang begitu megah beda dari lain yang telah bila lihat di sekitar komplek perumahan.
saking terkejutnya bila tidak tersadar bahwa ia sudah memasuki ruangan dapur yang di dapur sedang ada kakanya Amel, kemudian bila menabrak kak Siska.
kak Siska yang di buat kaget oleh bila, kak Siska pun menolehnya, "loh kamu ngapain ke sini" tanya kak Siska pada bila.
"ehh kak maaf, tadi itu anu, aku lagi liat-liat rumah kaka, eh Tau-tau nya dah sampai dapur, sekali lagi maaf kak" jawab bila meminta maaf akan perlakuan yang aneh itu
"iya gak apa-kok" jawab kak Siska
"yudh kalo gitu aku kedepan lagi kak"
"iya " jawab kak Siska kembali dengan tersenyum manis.
bila pun melangkah ke arah ruang tamu kembali.
"gimana" tanya Amel
"gimana apanya" jawab bila yang kebingungan
"yah itu"
"ohh, hehe"
"dih malah ketawa"
"abisnya sih kamu gak narik aku buat duduk atau apa ke" ucap bila dengan rasa malu
"gak apa-apa kok, aku juga sengaja gk maksa kamu buat duduk, soalnya gak mau ganggu akan kebahagiaan seseorang" kata Amel dengan senyuman yang manis
"yudh sini duduk sambil nunggu kaka aku kembali"
sambil nunggu kaka Siska yang sedang siap-siap untuk peralatan obatnya, bila dan Amel berbincang mengenai keluarga dan sekitar rumahnya.
yah bgtulah seorang bila, dengan sikap kepoan.
"dek mau makan dulu atau kaka obatin wajah kalian" tanya kak Siska yang sudah di hadapan mereka berdua
"hemm, makan dulu deh kak soalnya aku laper, dari tadi di sekolah pun aku pesen makanan tapi makananya belum abis"
"yudh sekalian tuh ajak temen kamu, eh tapi kaka belum kenal nama kamu dek siapa" tanya kak Siska pada bila
"nama aku PUTRI NABILA kak" jawab bila dengan ramah
"terus kaka panggil kamu apa"
"boleh bila juga boleh putri kak"
"yudh kaka panggil bila aja yah"
"iya kak"
"yudh sana kalian berdua makan dulu"
"iya kak, Terima kasih kak ngerepotin" jawab bila dengan ramah
"gak apa-apa kok, anggap aja rumah sendiri"
ketika bila dan Amel menyantap makanan siangnya, terdengar suara pintu depan ke buka.
"kak, Rendi pulang"ucap Rendi pada Siska
" tumben dek kamu pulang cepet"tanya Siska
"iya ni kak, pelajaran kuliahnya lagi kosong"
"ohh gitu"
"yudh kak aku mau makan dulu, kaka dah makan belum" tanya Rendi pada kakanya
"kamu duluan aja"
"ok kak"
Rendi melangkahkan kaki menuju dapur, sebelum Rendi melangkah lebih dekat dengan dapur, kak Siska memanggilnya kembali, karna kak Siska tahu, sikap Rendi bagaimana melihat sosok adik bungsunya yang tidak Baik-baik saja.
"ren" panggil sang kaka
"iya kenapa kak" sontak Rendi yang mendengar panggilan kakanya, Rendi pun menoleh kak Siska
"sini dek, kaka mau ngomong sama kamu sesuatu"
Rendi pun menghampiri sang kaka.
di tempat Amel dan bila, Amel sontak mendengar teriakan kak Siska memanggil Rendi, ya itu abangnya Amel anak ketiga dari almarhum orang tuanya.
"waduh gimana nih kalau sampai bang Rendi tau aku begini" gumam Amel dalam hati dengan rasa panik
bila yang melihat sahabatnya dengan wajah yang panik seperti orang yang ingini di ciduk oleh lentenir akan di tagih hutangnya sebesar 500 perak belum di bayar selama satu tahun
"kamu kenapa sih Mel, kaya orang lagi keciduk narkoba aja"
"sssttt kamu jangan berisik" titah Amel pada bila"
di tempat kak Siska dan Rendi berada, Siska masih menjelaskan ucapan yang di sampaikan kepada Rendi, kak Siska pun mengingat akan adik bungsunya pasti ia kepikiran akan wajah panik adik bungsunya, maka dari itu kak Siska bilang ke Rendi akan mengambil kan minuman terlebih dahulu pada Rendi
"dek kaka ambilkan minum dulu yah, supaya kita mengobrolnya lebih santay"
"boleh tuh kak, hehe"
sebenarnya hanya alasan kak Siska saja, karna kak Siska punya rencana agar adik bungsunya segera masuk ke kamar nya, biar Rendi tidak mengetahui adik bungsunya sedang tidak Baik-baik aja.
"yudh kaka ke dapur dulu yah"
"iya kak" jawab Rendi
kak Siska pun berjalan menuju dapur untuk menemui Amel sekaligus mengambil minum untuk Rendi
"kakak" panggil Amel
"sssttt diem, nanti abang kamu denger "
Amel pun menjawab dengan anggukan.
"kaka punya rencana supaya kalian berdua tidak ketahuan bang Rendi"
"gimana kak" tanya Amel
kemudian kak Siska memberitahukan rencananya, mereka berdua pun mengerti akan rencana kak Siska yang di berikan.
"hmm, yudh kaka balik lagi ke ruang tamu, ini juga mau ambil minum sebagai alasan doang buat kaka bisa ngasih tau kamu rencana"
"ok kak makasih" jawab keduanya
sesuai rencana yang di berikan kepada kaka Siska, rencana itu berhasil sampai menjelang pagi pun tiba
kringg, kringg, kringg
suara alarm yang di ruangan rendi pun berbunyi tepatnya pada pukul 05:40 wib.
Rendi sengaja membunyikan sebelum jam 6 kurang karna dia ingin ada waktu luang untuk dia olahraga dan bersantay sebelum pergi ke kuliahnya.
Rendi bergegas ke dapur untuk meminum air putih, agar tenggorokan yang kering bisa normal kembali, sebelum Rendi ke dapur, Rendi menuju kamar atas untuk mengecek bahwa kakanya sudah bangun atau belum.
ketika membuka pintu kamar sang kaka, terdapat kamar sudah kosong,"pasti kaka dah bangun" dalam pikiran si Rendi
Rendi sengaja tidak membuka kamar adik bungsunya, karna dia tau pasti adiknya akan kesal di bangunin sebelum jam 06 tepat.
di ruangan dapur sudah terdapat kak Siska yang sedang memasak sambil vidio call dengan abang nya dan adiknya yang kedua, abangnya yang bernama andi dan adik keduanya bernama Riska.
"dek, maaf yah abang sama Riska belom sempat pulang ke rumah" ucap bang andi pada Siska
"maaf juga yah kak, hehe" ucap Riska pada kaka Satu-satunya yang Riska sayangi.
"iyah gak apa-apa yang penting kalian sehat-sehat aja, abang sama adek ya"
yah andi dan Riska memang tidak di dalam 1 rumah bersama Siska dan adik bungsunya itu, karna mereka berdua harus menjaga kontrakan, sengkan andi kerja sebagai nahkoda yang kemungkinan hanya bisa pulang pergi ke sebuah kontrakan saja, karna jarak kontrakan sama tempat kerja andi tidak terlalu jauh.
ketika mereka bertiga sedang mengobrol melalu vidio call, datang lah Rendi, dan terkejut melihat sang abang dan adik pertamanya.
sungguh bahagia sekali, Rendi melihat kedua sodara nya yang begitu lamanya tidak berjumpa.
saking bahagianya Rendi, Rendi pun menghampiri kak Siska dan mengambil telefon Siska.
Di ruangan Amel berada, Amel sudah terbangun ntah terjadi apa, kebisingan atau yang lain sehingga Amel bisa terbangun sebelum di bangunkan.
Amel kemudian, membangunkan sahabatnya yang masih tertidur.
"bil, bangun bil udah jam enam nih" ucap Amel menggerakan badan bila.
"iya iya" jawab bila.
kemudian mereka keluar kamar untuk menuju kamar mandi, Amel belum sadar kalau di rumah ada bang Rendi.
ketika Amel hingga menuju kamar mandi, di balik telefon terdapat suara bang andi yang memanggilnya, "adek Amel" panggil andi di balik telefon.
kak Siska dan Rendi pun sontak kaget andi yang telah memanggilnya, kemudian mereka berdua berbalik arah, terdapat Amel yang sedang melihat arah dapur.
dengan rasa panik Amel menutupi wajahnya dengan handuk, begitu pula Rendi yang heran dengan Amel yang tidak biasanya seperti itu.
Rendi pun menghampiri adik bungsunya itu
"dek, kenapa wajahnya di tutupi pake handuk, ini bang andi sama kak Riska loh, masa takut" ucap Rendi pada Amel yang mengarahkan kamera depan pada amel.
sebelum Amel jujur kepada abangnya, dan kakanya, Amel sedikit meminta maaf dan meminta untuk tidak memarahinya.
"maaf bang, kak, tolong jangan marahin Amel yah " dengan nada yang ingin menangis Amel meminta mohon pada semuanya.
"iya dek, emang kenapa " ucap andi pada Amel.
dengan kepercayaan Amel pada abang andi selalu abang pertama, Amel pun berani untuk membukanya.
Amel pun membukanya, sontak mereka pun tercengang melihat wajah Amel yang pada biru.
"yah ampun dek, siapa yang berani bikin kamu kaya gini, jawab" bentak Rendi pada Amel.
"tenang ren tenang" kak Siska pun menenangkan adiknya untuk tidak gegabah.
di posisi lain Amel hanya menangis mendengar nada suara bang Rendi.
di posisi Riska juga hanya bisa terdiam tidak bisa berkata apa-apa melihat adek Satu-satunya bisa seperti itu.
dan di posisi bila yang belum turun dari tangga, hanya bisa terdiam melihat seorang keluarga yang begitu menampilkan beberapa wajah, ada yang kesal ada yang terdiam ada yang memenangkan keluarganya.
"gwa gak bisa tenang kak, liat adek bungsu gwa di apa-apain sama orang" ucap Rendi dengan nada sendu.
"iya iya kaka paham" jawab kak Siska
"dek cepet ceritain masalahnya kenapa kamu bisa kaya gini" tanya kembali pada Amel.
"sebenarnya hikss,hiksss A-aku gak sen-sendiran, te-teman ku juga kena" jawab Amel dengan nada suara yang tersedak-sedak karna tangisan.
"terus mana teman kamu" tanya Rendi kembali"
Amel pun menunjuk jarinya ke arah tangga, yang di sana pun terdapat bila sedang berdiri lesu akan ketakutan kepada abang dan kakaknya Amel.
Rendi yang melihat bila wajahnya biru juga, sontak Rendi pun kaget terdiam memandangi wajah teman Amel.
"sini-sini kamu dek bila" perintah kak Siska pada bila.
bila yang mendapat perintah untuk turun, bila pun menuruni tangga dan menghampiri keluarga nya Amel.
"kak, kok kaka dah tau nama temanya Amel, apa kaka udah tau semua masalah ini, kenapa kaka menyembunyikan ini semua" tanya Rendi pada kak Siska dan memandangi dengan kesal karna udah nyembunyiin ini semua.
"ssssttttt, kaka hanya tau nama temanya juga baru kemarin waktu Amel pulang, tetapi masalah Amel bisa terjadi seperti ini kaka belum tau, bahkan dek Amel dan bila belum sempat cerita, keburu datengnya kamu" jelas kak Siska pada Rendi.
"tapi kaka kenapa.."
pranggg, pranggg, pranggg
terdengar suara piring pecah di balik telefon yang di pegang Rendi, sehingga ucapan Rendi terpotong.
sontak Amel, Siska, Rendi, dan bila di kagetkan suara piring pecah di balik telefon tersebut.
rendi pun yang memegang telefon tersebut mengarahkan layarnya di hadapan wajah Rendi.
"sekali lagi lu dengan nada bentak-bentak gwa patahin leher lu" bentak andi pada Rendi.
gimana andi tidak marah, nada suara Rendi aja selalu dengan nada bentak, bahkan Siska sebagai seorang kakanya juga di bentak, untung kak Siska wanita yang tegar tidak mudah cengeng.
"yudh besok gwa balik ke rumah sama Riska, kalian mau nitip apa" tanya andi pada ke empat adiknya.
namun tidak ada satu pun yang menjawab, akan tetapi andi sebagai abang dan anak pertama, andi sudah paham betul akan makanan kesukaan ke empat adiknya.
"coba ren, HP nya kasih ke temen Amel" perintah andi.
"mau buat apa bang anak orang" jawab Rendi
"udah kasih aja"
Rendi pun memberikan telefon pada bila, bgtu pula bila menerima dengan sopan.
"dek bila" sapa andi di balik telefon.
"iya kak" jawab bila dengan sopan.
"makanan kesukaan kamu apa" jawab andi kembali.
bila pun ragu menjawab pertanyaan dari bang andi, sehingga bila melihat Amel, kak Siska, dan bang Rendi minta persetujuan dan saran dari mereka.
kemudian mereka bertiga pun mengangguk pelan tanda setuju atau Terima aja.
"kenapa kamu ngeliatin yang lain" tanya andi dengan senyum manisnya.
"hehe, gak apa-apa kak" jawab bila dengan malu.
"yudh sekarang kasih tau aja makanan kesukaan kamu apa, biar sekalian.
kemudian bila pun meberi tahukan makanan kesukaannya.
" nah gitu dong dari tadi, masa mau nyebut makanan kesukaannya aja , sampai ngelirik mereka bertiga, kaya minta restu dari orang tua aja"ucap andi dengan candaanya
mereka pun tertawa dengan tingkah malunya bila yang di bilang andi
Share this novel