Chapter 11 (Bertemu Lagi)

Action Series 1626

Hari berikutnya, Silvax belum kunjung dapat misi itu, sepertinya Klien masih belum memintanya untuk melakukan tugasnya. "(Sampai kapan aku akan menunggu?)" Ia bingung menatap layar ponsel nya dengan rasa bosan duduk di sofanya, kemudian ada pemikiran untuk membuat nya ingin keluar dan berjalan jalan melihat kota London yang kuno itu. Dia lalu berdiri dan bersiap berjalan jalan.

"(Mungkin aku harus mengambil sisi menguntungkan di sini, aku bisa berjalan jalan sampai aku puas....)" Pikirnya sambil berjalan melihat sekitar, menikmati pemandangan yang sangat tenang di antara bangunan yang enak dilihat, dia juga bisa melihat gedung jam London yang agak jauh dari tempatnya hingga ia berhenti di pinggir sungai besar di pagar besinya, dia menatap matahari yang tenggelam. Sudah sangat lama sepertinya dia berjalan. "(Sepertinya, aku tak sadar kalau sudah sangat lama.... Kota ini indah, aku menyukai nya, apalagi burung burung yang sangat enak dilihat, mereka mendekat tanpa takut berpikir aku membawa makanan, padahal aku tidak membawa makanan untuk mereka)" Ia berpikir sejenak menatap burung burung merpati itu yang turun ke bagian jalanan untuk memakan makanan yang kebetulan saat itu di berikan oleh seseorang, karena ada segemgam makanan merpati bertaburan membuat banyak nya merpati itu mendekat dengan cepat, wajah Silvax terdiam ketika di antara merpati yang turun bersamaan, pandangan nya yang lurus menjadi melihat seseorang yang tidak asing kemarin. Yakni Lelaki kemarin yang mendekat dan meminta berkenalan dengan nya, tatapan nya sangat pas dan Silvax tahu bahwa dia yang menebarkan makanan merpati itu, kemudian Lelaki itu berjalan mendekat membuat semua merpati yang perlahan ia lewati terbang menghindar, sampai di pandangan Silvax.

Dia memanggil dengan senyuman manis dan ramahnya. "Nona Kecil, kita bertemu lagi"

Silvax hanya terdiam, dia tak mempedulikan nya dan bahkan dia bersikap dingin dengan menatap ke arah lain, tapi Lelaki itu seperti punya cara lain untuk mendekati Silvax. "Bukankah ini suatu kebetulan, sebenarnya tidak... Aku berusaha menunggu mu dari pagi di sini, tempat yang kemarin kita kebetulan bertemu, dan sekarang, aku merasa beruntung, mungkin kau bertanya tanya kenapa aku menunggu mu, karena aku ingin melihat lebih lama lagi wajah manis mu" Kata kata yang manis dan begitu tulus sambil memberikan sewadah kecil makanan merpati membuat Silvax menatap, kemudian Lelaki itu menambah perkataan nya. "Aku yakin kamu ingin memberi makan mereka, tak apa, lakukan lah"

Hal itu membuat Silvax mem paku kan pandangan padanya, kemudian mengangkat tangan nya dan mengambil segenggam kecil makanan merpati itu dan melemparkan nya ke jalanan membuat merpati itu mendekat padanya, Silvax menjadi tersenyum kecil menatap mereka yang sangat cepat datang untuk memakan makanan itu, Lelaki itu juga sepertinya menyukai senyuman kecilnya hingga dia memberitahukan nama nya. "Aku Alfavian, siapa nama mu?"

Silvax terdiam, lalu membalas lain. "Kenapa aku harus memberitahukan nama ku?" Tatapan nya datar dan membosankan tapi berbeda dengan Lelaki yang menyebutkan dirinya sebagai Alfavian itu, dia malah tersenyum ramah dan begitu lembut. "Sebab, gadis semanis dirimu pasti memiliki sebuah nama yang sangat indah dan aku ingin mengetahui itu" Dia mengucapkan kalimat manis lagi membuat Silvax memberitahukan nama nya. "Nama ku Silvax, mungkin itu tidak mencerminkan apa yang tadi kau katakan"

"Oh, tentu saja tidak, nama mu sangat indah" Alfavian mulai membuat kalimat manis lagi. "Aku suka nama mu, maukah kamu, berteman dengan ku?" Dia menunjukan kualitas perkataan yang bagus dan juga, dia seperti merayu Silvax dengan cara yang mudah.

Silvax menjadi tersenyum kecil. "(Lelaki ini benar benar lucu...) Aku bukan asal sini, kita tak bisa lebih dekat"

"Oh, kita bisa menggunakan teknologi, jika kamu pergi, kita bisa membuat kenang kenangan indah, paling tidak, biarkan aku yang menjadi seseorang yang ingin sekali berteman dengan mu, bisa menghabiskan waktu ku dengan mu di sini" Tatapnya sekali lagi.

Itu membuat Silvax tak berpikir dua kali. "(Itu benar juga, misi ku tidak akan tahu kapan akan di mulai, jika tak ada sesuatu untuk dinikmati, aku mungkin bosan, jadi, apakah aku harus membiarkan dia mendekati ku? Apakah itu akan membosankan... Atau, aku coba dulu....) Baiklah, ini baik baik saja, sepertinya...." Tatapnya.

Seketika Alfavian tersenyum senang. "Kalau begitu bisa kita mulai membicarakan, atau mengobrol sambil berjalan jalan?" Tatapnya.

"Apa kau tahu daerah sini? Aku ingin sekali jalan jalan lebih jauh, tapi aku takut tersesat" Tatap Silvax.

"Tentu, aku bisa membantu mu, lewat sini dan pegang tangan ku" Alfavian mengulurkan tangan membuat Silvax terdiam. "Kenapa aku harus melakukan nya?"

"Sebab, gadis secantik dirimu tak bisa di pegang sembarang orang, juga, aku tak ingin terpisah nantinya" Tatapnya, dia pandai mencari kata kata yang bagus membuat Silvax terhibur dengan kalimat yang selalu dia ucapkan, lalu Silvax memegang tangan nya dan mereka seperti pasangan yang bergandengan tangan.

Di jalan, Alfavian mulai mengobrol. "Hari ini akan ada bintang yang sangat banyak, sebelum malam hari tiba, kita pasti bisa melihat bintang yang sudah muncul duluan sekalipun... Ngomong ngomong, apa kesukaan mu, Silvax?" Tatapnya.

"Kesukaan ku?" Silvax terdiam berpikir dengan kalimat itu.

"Ya, kesukaan mu, seperti apa makanan kesukaan mu, atau apa yang kau suka saat sedang ada waktu luang?"

"Makanan kesukaan? (Sebenarnya jika jujur, aku suka masakan Lelaki Idola itu.... Rasanya enak, tapi mie instan tetap nomor satu....) Aku suka mie instan, lebih praktis dari apapun" Silvax menjawab dengan datar, jawaban itu membuat Alfavian terdiam kaku, karena jawaban yang sangat aneh. "E.... Bagaimana jika kesukaan mu saat ada waktu luang?"

". . . Mungkin, menulis...."

"Menulis?..... Apakah itu semacam berimajinasi kemudian menciptakan cerita yang terdengar hidup?" Tatap Alfavian.

"Ya, bisa di katakan begitu... Mungkin"

"Oh, pas sekali, aku juga suka melakukan itu, tapi aku bagian menggambar..."

"Menggambar?" Silvax menatap tertarik.

"Ya, menggambar, dimana kamu bisa berimajinasi dengan menciptakan bentuk tiada tara, sebuah warna yang bisa di kuaskan, sebuah bentuk yang bisa di deskripsikan, dan sebuah garis yang tak pernah putus" Kata Alfavian, dan seketika, baru kali ini, silvax memasang wajah tak percaya mendengar hal itu. Mungkin karena perkataan Alfavian yang luar biasa.

"Aku yakin kamu tak percaya bahwa aku bisa menggambar lebih baik dari apapun" Alfavian menatap, lalu dia merogoh saku di mantelnya membuat Silvax terdiam menatap, detik berikut nya, Alfavian mengeluarkan sebuah buku gambar yang begitu kecil, dia menunjukan nya pada Silvax, juga memberikan nya.

Silvax terdiam sejenak hingga dia menerima buku gambar itu dan membukanya satu lembar, hal pertama yang dia lihat adalah hal yang sangat luar biasa cantiknya, itu hanyalah gambar seekor kupu kupu dengan corak sayap yang sangat cantik, perpaduan warna yang begitu unik, kemudian lembar berikutnya adalah merpati dengan warna yang sangat lembut, di sana adalah gambar dengan abstrak yang begitu bagus. "Bagaimana caramu mewarnai dengan warna yang begitu soft?" Silvax menatap.

"Hanya teknik sederhana, aku mengirit warna dan itu yang terjadi, aku selalu menggambar pada apa yang aku lihat, sesuatu yang bernyawa dan begitu indah bergerak, apapun yang ada di pandangan ku, jika itu bagus, aku juga akan langsung menggambarnya... Aku yakin, kau juga begitu, tidak lain dari menulis, jika kau melihat sesuatu dalam jalan mu, kamu pasti menjadikan nya sebagai referensi sebuah cerita"

"Ya.... Aku melakukan nya" Silvax menatap tertarik dengan obrolan nya, seperti nya itu pertama kalinya dia mulai tertarik dengan sebuah pembicaraan. "Aku selalu berpikir, imajinasi harus di tuntut.... Aku harus menciptakan banyak kata, aku harus melakukan semuanya, tak peduli apakah ceritaku jelek atau bagus... Tapi, apakah itu baik baik saja?" Silvax menatap, dia ingin mendapatkan saran dari Alfavian.

"Hm... Mungkin itu terlalu buruk jika dilakukan, kita berimajinasi, kita butuh waktu, imajinasi bukan sekedar membuat kejadian yang sangat kreatif, tetapi juga perlu adanya niat yang mendalam, jika kau hanya memanfaatkan target yakni menciptakan banyak kata dalam waktu singkat, itu mungkin sangat buruk dan mengubah imajinasi mu, kau hanya akan terbawa arus strees untuk menciptakan konflik yang sama di setiap kalimat... Aku juga pernah mengalaminya, aku ingin membuat gambar orang, aku berhasil membuat sketsa yang indah, dan seharusnya aku puas, tapi aku malah ingin menambah sesuatu pada gambar ku, yakni warna atau apapun itu, tapi setelah hal yang tidak karuan itu, aku sadar, aku malah merusak karya ku sendiri.... Mungkin kita tak akan puas jika sesuatu tidak di selesaikan sampai akhir, tapi sesuatu yang sudah selesai sebelum akhir, terkadang juga sudah baik" Kata Alfavian membuat Silvax terdiam kaku dengan perkataan itu, dia jadi ingat tugas yang di berikan Dosen itu padanya. "(Mungkin memang benar, aku terlalu memaksa diriku sendiri.... Aku akan mulai merevisi bagian ku.....)" Pikirnya dengan khawatir.

Lalu dia mendengar Alfavian bicara lagi. "Silvax, apa kamu tidak pernah berpikir bahwa aku ingin menggambar sesuatu lagi" Tatapnya membuat Sikvax kembali menatapnya dengan bingung. "Ada apa memang nya?"

"Tidakkah kau mengerti apa yang aku katakan tadi, aku terkadang menggambar pada sesuatu yang sangat indah dan begitu bernyawa, dan sekarang, aku sudah menemukan objek berikutnya" Alfavian mengatakan itu sambil memegang pelan dagu Silvax sambil membungkuk mendekat membuat mata Silvax gemetar kemana mana apalagi karena mendengar itu, tapi pandangan nya terkejut ketika melihat ke atas langit, langit sudah mulai gelap dan yang paling indah adalah dia melihat bintang yang sangat banyak, pandangan Silvax yang terpaku pada langit membuat Alfavian menatap langit juga. "Oh, bintang sudah terlihat...." Dia juga menatap bintang, kemudian memulai dengan kalimatnya lagi. "Meskipun bintang hanya di gambarkan sebagai dua warna, putih dan biru tua pada langitnya, tapi makna yang mendalam tersimpan di sana membuat gambar yang di buat tampak indah jika ada gambaran langit berbintang..." Dia berhenti sejenak kemudian menatap Silvax yang juga menatapnya, lalu melanjutkan perkataan nya. "Kata kata yang bisa di simpulkan dalam kalimat yang terukir adalah, bintang adalah hal yang paling terang di antara langit malam, hati yang baik juga akan bisa membuat sekitarnya menjadi lebih baik"

Silvax yang kembali mendengar itu menjadi tak percaya, dan dia berpikir sesuatu. "(Kupikir, aku sudah mulai jatuh cinta dengan kalimatnya....)"

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience