Chapter 12 (Mulai Jatuh Cinta)

Action Series 1626

"Baiklah, seperti nya sudah malam, apakah mau aku antar?" Tatap Alfavian.

"Sepertinya tidak perlu, kita berpisah di sini saja" Kata Silvax.

"Tapi, bagaimana jika aku ingin bertemu lagi besok? Apakah kita bisa tentukan tempatnya?" Alfavian menatap.

Lalu Silvax tersenyum kecil dan berbalik, kemudian menoleh padanya dengan tatapan kecil. "Pikirkan dengan baik, Tuan Pengukir Kata" Kata dia yang berjalan pergi.

Kalimat itu membuat Alfavian terdiam, lalu menjadi tersenyum kecil, dia menutup mata perlahan dan membukanya untuk menatap langit malam. "Kau bernyawa... Tapi mata milik mu kosong, kau tak punya sebuah pemikiran, tetapi kau bermimpi menjadi penulis, apakah itu adalah angan angan yang juga kosong? Tetap saja, kau bisa menjadi bernyawa di antara banyak nya orang yang sudah lebih dulu memiliki jiwa yang sadar....."

---
Tak lama kemudian, Alfavian tampak duduk di bus, dia juga terlihat memegang buku gambar kecilnya. Ia ingat pada Silvax dan akan selalu ingat di setiap perjalanan nya kemanapun itu.

"(Gadis itu, dia menyukaimu nya, dan aku suka ketika dia menyukai nya.... Apakah dia mulai menyukai perkataan ku, ini membuat ku sangat tertarik padanya.... Bukankah ini pertama kalinya orang seperti ku jatuh cinta....)" Pikirnya dengan senyum sendiri.

Lalu terpikirkan untuk menggambarkan di suasana bus yang sore dan penumpang yang sepi.

Dia membuka buku gambarnya dan menyiapkan pensilnya, dia menggambar sesuatu yang fokus pada buku gambarnya.

Ketika selesai, dia terdiam, rupanya dia menggambar seorang Pria yang sedang berdiri dengan pakaian rapi jas tuksedo nya.

Hal itu membuatnya memasang wajah kecewa. "(Bukankah aku mulai berpikir semua ini tidaklah bernyawa....)" Ia berpikir bahwa dunia orang dewasa memang tidak bernyawa. Lalu kembali memikirkan Silvax. "(Aku tidak pernah menggambar seseorang lagi, karena terakhir kali.... Aku merasa, gambaran ku menjadi tak bernyawa.... Tapi, kenapa rasanya aku ingin sekali menggambar wajah Silvax, wajah nya begitu manis, muda dan juga bersih.... Seperti Gadis Gadis kecil dalam masa cerianya.... Tapi, apakah itu akan bernyawa....)" Dia berpikir ingin menggambar wajah Silvax, tapi dia takut akan menghancurkan gambarnya hanya karena bimbang.

Tapi ada yang terlihat lebih berwarna, yakni Gadis kecil yang menatapnya dari hadapan bus membuat Alfavian terdiam.

Gadis itu juga memegang buku gambar kecil, dia tampak menatap Alfavian lalu melukis nya membuat Alfavian berpikir bahwa Gadis itu sedang menggambar dirinya.

"(Apakah itu Gadis kecil, itu sungguh sangat manis... Aku suka hal imut)" Ia tersenyum sendiri. Rupanya Alfavian memang suka hal imut meskipun wajahnya bisa di bilang dewasa. Termasuk menyukai Silvax yang merupakan Gadis yang terlihat manis.

Gadis itu menggambar dan ibunya yang duduk di samping nya sedang sibuk berbicara di telepon, jika dilihat, ibunya pekerja kantoran yang sibuk dan itu sama sekali tidak bernyawa.

Setelah selesai, Gadis kecil itu mencoba menarik perhatian ibunya untuk melihat karya yang dia buat, tetapi ibunya menolak nya dan lebih berbicara di ponsel membuat Alfavian yang melihat itu menjadi terdiam dan menggenggam erat pensilnya.

Gadis kecil itu tampak kecewa, dia lalu lebih memilih melanjutkan menggambarnya. Tetapi siapa sangka, bus yang mereka tumpangi telah melewati jalan tidak rata membuat Gadis itu terkejut dan pensil yang dia gunakan menjadi keluar garis dan jatuh.

Alfavian yang melihat itu menjadi terkejut juga. "(Oh, kasihan sekali....)"

Gadis itu tampak kecewa dan diam di tempatnya. Lalu bis pemberhentian milik Alfavian sudah dekat membuat Alfavian berdiri. Tapi sebelum dia pergi, dia juga harus memberikan perasaan pada Gadis kecil yang sudah kecewa.

Tak di sangka, dia berlutut di depan gadis kecil itu dan mengambil pensil Gadis kecil itu. Dia memberikan nya padanya membuat Gadis itu terdiam.

Lalu Alfavian mengatakan sesuatu. "Dunia orang dewasa memang tidak bernyawa, tapi kau terlihat berwarna, jangan menggunakan pensil tapi gunakan crayon" Kata Alfavian membuat Gadis itu menjadi terdiam mendengarnya, tapu detik berikutnya dia menjadi tersenyum manis.

Lalu Alfavian merobek kertas gambar yang ia gambar tadi dan memberikan nya pada gadis itu, kemudian Alfavian berjalan pergi sambil melambai dan Gadis itu juga melambai kecil.

Setelah Alfavian turun, Gadis itu menatap gambar avi dan rupanya, Alfavian menggambar Gadis kecil itu.

Tampak nyata dan begitu manis. Padahal hanya menggunakan pensil saja dan seperti nya Gadis kecil itu begitu menyukai nya.

Sementara itu, Silvax berada di apartemen nya duduk di sofa menatap ke arah laptop yang ia pangku, dia menatap setiap revisi kalimatnya. "Menggunakan imajinasi, dan tak perlu memaksa target.... Imajinasi memiliki waktu..." Dia terus mengucapkan kata kata itu beberapa kali untuk membuat ceritanya tampak lebih menarik, dia sekarang tak akan mengandalkan berapa dia membuat kata, melainkan sudah berkali kali dia membuat beberapa kalimat yang indah di setiap cantuman ceritanya dan hasilnya, ceritanya memang berkurang katanya, tapi dia puas dengan hasilnya. "Kupikir itu menarik" Dia tampak senang lalu menutup laptopnya, kemudian berpikir sejenak, dia memegang pipi dan bibirnya. "(Ini pertama kalinya aku menikmati cerita yang aku buat, apakah ini karena dia..... Perkataan nya yang sangat menyentuh, aku tersadar jika mendengar di setiap kalimat nya yang begitu nyata.... Aku ingin bertemu dengan nya lagi dan mendengar setiap kalimat indahnya....)" Sepertinya dia tertarik dengan Alfavian, kemudian segera beranjak dari sofa dan langsung ke ranjang untuk tidur cepat. "(Aku harap, misi itu di tunda dulu..... Aku ingin menikmati hari ku di sini dulu....)" Pikirnya, lalu menutup mata untuk tertidur lelap.

Hingga hari berikutnya, dia langsung terbangun sebelum jam alarm membangunkan nya, ketika dia membuka mata, jam alarm di ponsel nya juga berbunyi, membuatnya mematikan nya langsung kemudian menyiapkan diri, membuat dirinya tampak lebih fresh dan mencoba untuk tidak memasang aura dingin.

Di jam yang begitu cepat, dia berjalan keluar dari apartemen dan menutup pintu, tak lupa menghirup napas lalu membuang nya dengan senyuman pagi, kemudian berjalan untuk ke tempat dimana dia menyebutnya sebagai tempat pertemuan, yakni tempat kemarin, dia berjalan ke pagar sungai, menatap matahari yang hampir sepenuhnya bisa naik ke atas di antara gedung tinggi yang terlihat kuno di sana.

Ini pertama kalinya dia bisa menikmati pemandangan seperti itu. "(Aku menyukai nya, meskipun aku tak bisa memainkan biola ku di saat saat ini, kenapa hal ini membuat ku ingin kembali ke tempatku dan memainkan biola ku, mendengar di setiap melody yang tak akan pernah berantakan.... Tapi, di sisi lain, aku ingin di sini....)" Ia tampak bimbang, tapi ada yang memanggil pelan. "Silvax" Dengan suara lembut membuat Silvax menoleh menatap yang rupanya adalah Alfavian, mereka telah resmi melakukan dan menepati janji di sana untuk bertemu lagi.

Lalu Alfavian berjalan mendekat. "Kamu sangat manis hari ini" Tatapnya langsung membuat Silvax tersenyum kecil mendengar nya, tapi ia terdiam ketika melihat tangan Alfavian memegang sebuah kertas, ia memberikan nya pada Silvax, yang rupanya itu adalah gambar yang sangat soft dengan bentuk wajah Silvax, rambut yang lembut, wajah yang sangat cantik dan begitu sempurna membuat Silvax menatap tak percaya. "K.... Kau membuat.... Ini?!" Bahkan untuk memastikan, dia menatap ke Alfavian yang mengangguk menjawab pertanyaan nya. "Aku harap kamu suka...."

"Aku sudah menyukai nya...." Silvax menatap suka, ini pertama kalinya Gadis yang dingin itu memasang wajah suka membuat Alfavian puas. "Syukurlah.... Tak sia sia aku membuat nya.... Terima kasih sudah menyukai nya" Dia menatap lembut membuat Silvax mulai nyaman dengan wajah yang di berikan Alfavian, hubungan mereka menjadi dekat, tapi ada satu hal yang tidak di ketahui Silvax di antara mereka berdua.

Yakni ketika Alfavian sendirian di sebuah lorong gelap, dia mengambil sesuatu dari balik lorong dan menariknya dengan keras, sebuah kotak kontainer yang kecil namun berat ia ambil begitu saja dan ketika di buka, isinya adalah senjata pembunuhan jarak dekat, yakni pisau dan berbagai jenis pisau yang tersusun rapi, tak hanya itu, di sana juga ada satu sniper besar, tatapan matanya menjadi dingin dan sangat menerkam. Lalu mengambil salah satu pisau itu sambil mengangkat panggilan ponsel yang berbunyi, ia menerimanya lalu mengatur sesuatu. "Jadi, aku diminta melakukan nya di sini? Kebetulan aku sedang di bagian London, aku akan melakukan nya" Dia hanya mengatakan itu kemudian menutupnya, lalu menatap sebuah gambar foto seseorang di ponsel nya.

Hanya dengan melihat, dia sudah mengenali nya kemudian menyimpan ponsel nya dan berjalan pergi dari tempat itu, berjalan di tempat yang sangat terang terangan, berjalan layaknya orang sekitar di sana, kemudian di hadapan nya akan ada seseorang yang sama seperti yang ia lihat di ponsel itu, kemudian dia berjalan mendekat, dan melewati orang itu begitu saja, tapi menit berikutnya, orang yang dilewati oleh Alfavian menjadi merasakan hal aneh pada perutnya, dia bahkan langsung muntah darah dan memegang perutnya yang rupanya berdarah dan itu sudah jelas di tusuk. Alfavian yang melakukan nya terang-terangan dan bahkan target itu sudah mati begitu saja begitu banyak orang sudah berkerubun, dengan begitu beraninya Alfavian membunuh dengan terang terangan bahkan tanpa adanya orang tahu. Tapi sisi yang harus di ketahui adalah, Alfavian juga seorang pembunuh dan dia di sebut sebagai Avi, pembunuh bayaran yang terkenal di bagian lain, dia sama seperti Silvax, tapi ia lebih banyak menggunakan pisau untuk membunuh terang terangan, berbeda dengan Silvax yang lebih mengutamakan membunuh jarak jauh.

Padahal hubungan mereka sama sama baik jika membahas apa itu imajinasi dalam sebuah karya yang berbeda, bahkan sekarang, Silvax menjadi nyaman dengan kalimat nya itu, Alfavian memiliki seribu kalimat yang begitu manis dan lembut untuk dikatakan membuat Silvax berpikir dia hanyalah Lelaki biasa, begitu juga Alfavian yang menganggap Silvax gadis biasa, tapi di sisi yang mereka tidak ketahui, mereka hanyalah sepasang pembunuh yang akan saling melukai.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience