Chapter 9 (Dosen Penahan)

Action Series 1626

Kemudian, ponsel Silvax berbunyi dari Klien nya. Dia kebetulan sedang mengetik naskah di laptopnya. Tapi sebelumnya, dia menatap ke jam di laptopnya menunjukan pukul 9.

"(Satu jam lagi, aku harus ke kampus...)" Pikirnya, seperti nya pelajaran kampus nya dimulai pada jam 10.

Lalu ia mengangkat panggilan tadi di ponselnya.

Kemudian Klien langsung bicara. "Silvax, aku sudah membuat jadwal penerbangan mu, besok pagi, harus sudah di bandara"

". . . Yah, aku mengerti..."

"Ingatlah, aku akan memberikan perintah di bandara, jika sudah sampai sana, kabari aku" Kata Klien nya.

"Yah, aku mengerti..." Silvax membalas lagi lalu menutup ponsel nya dan juga mengakhiri mengetik naskah nya untuk bersiap siap ke kampus.

Hari ini dia tidak membawa peralatan apapun karena untuk sementara, dia sudah di sewa Klien nya itu hingga beberapa hari kedepan, jadi dia tak membuka sewaan untuk orang lain.

Di tas Ransel nya, dia hanya membawa laptop dan peralatan kampus lain nya seperti buku tebal untuk mempelajari sesuatu.

Setelah dirasa cukup, dia berjalan ke kampus.
"(Hari ini, akan menjadi hari yang sungguh melelahkan, belum lagi, aku mungkin harus meminta izin pada dosen untuk melakukan perjalanan jauh....)" Pikirnya sambil berjalan di pinggiran kota yang ramai itu, kemudian sampai di kampusnya dan berjalan masuk ke sana.

Ketika akan ke kelas, Silvax tak sengaja melihat Dosen yang bernama Delmar yang tampak menatap ponsel nya sambil terlihat menunggu seseorang hingga ia kebetulan melihat Silvax dan langsung memanggil. "Silvax!"

Hal itu membuat Silvax menoleh dan berjalan mendekat karena di panggil. Seperti biasanya, mereka benar benar se frekuensi, melemparkan tatapan datar.

Lalu Dosen Delmar mengatakan sesuatu sambil membenarkan kacamatanya. "Apa kau tahu aku di sini sudah menunggu mu selama 45 menit?"

"Menunggu ku?" Silvax menatap tak mengerti.

Lalu ia melihat Dosen Delmar memberikan kertas padanya dan dia mengambilnya.

Tapi Silvax terkejut ketika melihat nilai rendah Silvax di pelajaran pengetahuan alam. Seketika Silvax mendorong dada Dosen Delmar dengan kertas itu untuk di pegang Dosen.

"Aku memang tidak tahu apapun soal pengetahuan ini, jangan repot repot memberitahu ku!" Dia menatap kesal.

Lalu Dosen Delmar mengatakan sesuatu. "Jika mau, aku bisa mengajari mu..." Tatapnya.

"Maaf, itu tidak perlu--

"Kenapa? Bukankah kau perlu nilai yang tinggi di setiap mata pelajaran, bahkan mata pelajaran khusus kuliah, nilai mu tinggi dan juga, bagian matematika, kau benar benar bisa mengerjakan nya... Apa kau belajar dari buku atau apa?" Dosen menatap.

". . . Jika anda ingin jawaban nya kenapa aku bisa matematika, itu karena aku lebih banyak menggunakan teori bukan materi ataupun rumus, karena Matematika adalah sesuatu yang bisa di sebut sebagai logika..." Kata Silvax. Dia ingat, tentu saja dia bisa melakukan mata pelajaran matematika, itu karena dia harus bisa mengatur waktu menembak, melihat arah jarum jam dan menentukan kecepatan batas agar akurat.

"Dalam perhitungan kau memang baik, apalagi fisika, tapi dalam ilmu kimia dan biologi itu sudah menjadi pelajaran umum juga, kenapa kau tidak bisa?"

". . . Aku kurang bisa mengingat kata kata yang sulit di sebutkan... Dan juga, hanya satu mata pelajaran yang tidak aku bisa, memang nya itu masalah?"

"Tentu saja masalah, di ujian berikutnya, mata pelajaran ini akan mengambil khusus biologi, jadi tak ada fisika, otomatis, nilai yang selalu di ambil dari nilai fisika mu menjadi hilang, karena kau harus terpaksa menghafal nya..."

"Kenapa kau begitu? Apa kau sengaja?" Silvax menatap kesal.

"Tidak juga, tanya saja pada dosen yang mengajar mata pelajaran ini, aku sebagai wali kelas mu harus bisa membuat mu tahu akan pelajaran ini... Semua mahasiswa saja bisa menghafalkan ini dengan mudah, meskipun mereka agak pas pasan nilai nya--

"Nah, lihat bukan, itu berarti aku tidak menjadi satu satunya, tapi salah satu nya..."

"Jika kau tak mau mengambil kursus belajar, aku akan mengatakan pada dosen mata pelajaran ini untuk menurunkan nilai mu saja" Dosen menatap sangat kesal seketika Silvax terkejut.

Kemudian dia menghela napas pasrah. "Baiklah... Silahkan saja ajari aku...."

"Bagus, kenapa tidak dari tadi... Kau benar benar memaksaku...."

"(Yang memaksamu itu siapa?!)" Silvax tampak marah dalam hatinya.

"Kalau begitu, pulang kampus nanti, jam 3, ke rumah ku"

"Eh, kenapa harus ke rumah Mu?" Silvax menatap bingung.

"Karena di sana akan lebih nyaman jika kau belajar, jangan khawatir jika tidak ada buku, di sana banyak..." Kata Dosen Delmar, kemudian dia berjalan pergi.

Silvax terdiam, tapi ia kemudian kesal. "(Sialan....)"

--
Sesampainya di rumah Dosen Delmar, dia sampai sana jam 4. "Ha... Sangat melelahkan..." Dia menghela napas panjang sambil menatap ponsel nya yang rupanya dia ke rumah Dosen Delmar dengan GPS.

Tapi ia terkejut ketika melihat gerbang besar menghalanginya dan siapa sangka, rumah besar seperti istana ada di sana membuat nya terdiam kaku.

"I... Ini beneran rumahnya?" Ia bahkan memastikan apakah itu rumah milik Dosen Delmar.

Lalu ada pria berpakaian pengawal datang. "Nona, ada yang bisa dibantu?" Dia menatap serius.

"Aku... --

"Biarkan dia masuk" Seseorang menyela di belakang penjaga itu yang rupanya Dosen Delmar dengan pakaian casual nya.

Silvax terdiam menatap nya yang berjalan mendekat. "Aku sudah menunggu mu sangat lama... Apa kau selalu sengaja melakukan itu?" Tatap Dosen Delmar dengan serius.

". . . Maafkan aku, aku harus mencari rumah yang benar yang mana..."

"Ini rumah ku, masuk saja..." Kata Dosen Delmar lalu gerbang terbuka dan dia mengikuti nya masuk.

Sesampainya di dalam rumah besar itu, semuanya benar benar sangat indah dan begitu mewah bahkan Silvax terdiam ketika melihat banyak sekali rak penuh piala maupun sertifikat prestasi, banyak dari Piagam prestasi selama Dosen Delmar masih muda.

"(Sepertinya prestasi nya memang tinggi...)" Pikirnya lalu ia melihat sebuah sertifikat bertuliskan soal pembuat Naskah novel dengan tema yang sangat menyentuh, sudah jelas, tak hanya prestasi yang dimiliki Dosen Delmar, dia juga memiliki karya yang sangat istimewa yakni soal penulisan karya.

Dia menyadari Silvax tak mengikuti nya lalu berjalan mendekat. "Jangan tertipu dengan banyak nya Piagam itu, mereka hanyalah suatu ambisi yang hilang begitu saja...." Kata Dosen Delmar membuat Silvax terdiam menatap nya.

Lalu Dosen menambah perkataan nya. "Jika kita tidak sedang di kampus, aku ingin kau memanggil ku Delmar saja... Karena bagaimanapun juga, umurku sama dengan kalian" Kata Dosen Delmar, mari kita panggil Delmar saja kedepan nya.

"Yah... Baiklah" Silvax mengangguk.

"Kalau begitu, kemarilah, mari mulai belajar sebelum matahari terbenam" Delmar menunjukan jalan nya dan Silvax berjalan mengikutinya.

"(Sepertinya dia memang orang kaya dan juga, dia sepertinya tinggal sendirian, tak ada foto pajangan maupun foto keluarga yang aku lihat di sepanjang jalan yang di lewati...)" Pikir Silvax.

Hingga kemudian mereka sampai di ruangan yang besar, dan di sana adalah perpustakaan besar membuat Silvax terkejut melihat itu.

Perpustakaan yang banyak menyimpan buku yang layak di baca.

"Di bagian sini, adalah novel yang aku buat, juga naskah dan cerita lain lain.... Juga bagian sana, itu adalah hal yang harus kau pelajari" Delmar mengambil beberapa buku yang harus di pelajari untuk Silvax.

Lalu memberikan nya pada Silvax, tapi semakin ke sana, bukunya sangat banyak dan bahkan Silvax yang membawanya sudah menutupi wajahnya ketika membawa bertumpuk.

"Kupikir..... Ini cukup...." Kata Silvax lalu Delmar menatap ke arahnya, dia mengambil tujuh perempat buku itu dan membantu Silvax membawanya dengan lebih banyak dan meletakan nya di meja di sana.

"Duduklah" Tatap Delmar lalu Silvax duduk di hadapan nya, tempat itu seperti sofa untuk membaca.

"Dalam ilmu biologi, kau harus bisa menemukan rumus tentang apa itu kata kata dan istilah yang tidak di mengerti, karena sebagian rumus biologi di ambil dari bahasa lain, yang harus dilakukan hanya perlu mengetahui arti bahasa lain tersebut" Kata Delmar.

Lalu Silvax mengangguk serius. "(Kupikir ini akan membutuhkan waktu yang lama....)" Pikirnya.

Tak lama kemudian, beberapa jam telah berlalu, tampak Delmar membaca buku di kursinya dengan wajah serius.

Tapi ia penasaran untuk melihat ke arah Silvax yang berhenti menulis di meja.

Dia terdiam bingung ketika melihat Silvax terdiam berhenti menulis materi, padahal posisinya seperti menulis.

"Silvax?" Panggilnya dengan bingung, lalu mendekat menatap wajah Silvax yang rupanya Silvax tertidur membuat Delmar terdiam. Tapi ia juga tampak tertawa kecil. "Pft.... Benar benar..."

Seketika Silvax bangun, dan karena itu membuat nya hampir jatuh tidur, dia langsung menatap Delmar sambil mengusap matanya. "(Ugh, sial, karena kalimat yang susah, aku bahkan salah semua dalam menulis, juga kata kata susah ini membuat ku ngantuk.... ) Dosen, kupikir aku ingin mengakhiri ini saja"

"Kenapa? Kau sudah aku jelaskan tadi, kenapa mencatat materinya saja susah? Meskipun kamu paham apa yang aku katakan, tapi mencatat materi ini penting, selesaikan mencatat baru bisa pergi" Balas Delmar membuat Silvax kesal dan terpaksa menuruti nya.

"(Ck, sial.... Dia benar benar menahan ku agar tidak pergi....)" Ia mencatat tapi ia ingat sesuatu. "Oh benar..." Dia teringat membuat Delmar menatap nya.

Silvax lalu memberikan surat izin.

"Apa ini?" Delmar mengambilnya dan membacanya.

"Aku akan pergi ke London, untuk urusan sesuatu, jadi satu minggu ke depan, aku tak akan bisa masuk...."

"Kenapa kau pergi?"

"Entahlah, ini mungkin urusan pribadi ku, Dosen tak perlu tahu..." Silvax mencoba beralasan.

". . . . Apa kau bisa datang tepat waktu ketika ujian di mulai?"

"Ujian akhir dilakukan dua minggu lagi, aku bisa datang, aku juga hanya sebentar di London"

"Ha.... Baiklah, jadi kau akan mulai besok pergi?"

"Yah, apa ada sesuatu?" Silvax menatap lalu Delmar menggeleng.

"Tak ada, hanya saja, aku hanya ingin kau cepat mengerti materi ini" Delmar tampak khawatir.

Sepertinya dia menginginkan Silvax untuk mempelajari banyak materi darinya.

Lalu Sikvax tersenyum kecil. ". . . Aku akan melakukan nya, aku juga akan belajar, jadi jangan khawatir, aku juga harus menyelesaikan tantangan mu saat itu juga"

Mendengar itu membuat Delmar terdiam, untuk sesaat dia benar benar terdiam lalu melihat Silvax berdiri.

"Aku akan mengantar--

"Tidak perlu" Silvax menyela lalu berbalik. "Terima kasih materinya...." Lalu dia pergi begitu saja membuat Delmar terdiam.

"Padahal, aku melakukan ini hanya untuk menghabiskan waktu bersama nya...."

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience