Chapter 5 (Musik Yang Menenangkan)

Action Series 1626

Hari ini, adalah hari rabu dan Silvax membuka mata pada jam alarm yang terdengar dari ponsel nya.

Awalnya jam alarm tak membangunkan nya hingga ia benar benar membuka mata secara cepat dan bangun sambil memegang kepalanya.

"Ugh... Tidak nyaman...." Dia menatap jam dengan wajah kesakitan pada posisi tidur yang salah tadi malam dan kemudian bangun untuk ke kampus dengan mandi bersiap siap ke kampus.

Ketika dia akan mengambil tas nya, dia menatap sebuah tas biola membuat nya terdiam berpikir sebentar.

Hingga dia dalam perjalanan ke kampus dan mempelajari dengan Dosen baru kemarin.

Silvax hanya memasang wajah bosan dan terus menguap karena kurang nya tidur tadi malam, Dosen itu hanya menatap tajam saja dan hanya membenarkan kacamata nya dengan jari tengah dan tatapan yang begitu melirik.

"(Kenapa terus menatap ku, dasar, mau apa huh.... Kau pikir aku pake Earphone!)" Silvax menatap kesal, bahkan ia memberi isyarat kesal sambil menunjukan kedua telinga nya yang tidak memakai Earphone membuat Dosen terdiam menatap nya.

"(Apa huh.... Apa.... Mau apa, aku sedang mendengarkan mu, bukan mendengarkan musik tauk....)" Silvax terus mencaci maki di dalam hatinya karena dia memang sudah terlalu kesal dengan Dosen itu.

Hingga ketika sudah selesai, Dosen mengakhiri pelajaran nya. "Baiklah, sampai sini saja...." Kali ini dia yang berjalan duluan dan ketika dia sudah keluar sendirian, semua Mahasiswa dan Mahasiswi mulai mengemasi barang nya dan keluar untuk pulang.

Tapi di sini Silvax tidak keluar, dia menatap biola yang rupanya ia bawa tadi.

Sepulang kampus memang semuanya harus pulang karena mereka harus melakukan sesuatu, tapi terdengar suara biola yang sangat indah, dari lorong lorong kampus yang sepi dan begitu memantul, rupanya Silvax bermain biola di jendela kelasnya, dengan jendela terbuka dan angin bertiup.

Memainkan melodi yang sangat indah dan kebetulan Tuan Dosen muda itu baru saja keluar dari kantor nya dan dia yang terakhir, tapi ketika dia mendengar suara melodi biola itu, dia sadar, dia tidak sendiri membuat nya penasaran dan menuju ke kelas dimana dia mengajar tadi.

Hingga melihat Silvax yang memainkan nya sambil menghayati dengan menutup matanya, dia begitu menawan ketika memainkan itu.

Tuan Dosen bahkan terdiam di pintu kelasnya kemudian berjalan mendekat, tapi Silvax masih fokus pada nada yang harus ia mainkan.

Namun ketika Tuan Dosen melangkah mendekat, mendadak suara melodi dari biola Silvax berhenti membuat langkah nya juga berhenti.

Dari sana dia menyadari bahwa Silvax sadar Tuan Dosen di dekatnya, kemudian membuka mata perlahan dan melirik pada Tuan Dosen yang terdiam.

"Maaf jika mengganggu" Silvax mengatakan itu dengan wajah datar nya.

"Suara itu, suara yang sangat indah" Tatap Tuan Dosen.

Tapi Silvax hanya menatap datar dan beranjak dari jendela, kemudian mengemasi barang nya dan akan berjalan pergi, tapi ia menoleh ke Tuan Dosen sebentar.

"Terima kasih" Tatapnya kemudian berjalan pergi membuat Tuan Dosen masih terdiam. "(Bagaimana dia bisa memainkan musik yang sangat indah dengan biola nya....)"

Silvax tidak berjalan pulang, melainkan dia berjalan ke sebuah pelabuhan yang bisa di bilang sangat jauh.

Suasana sore di pelabuhan membuat hal yang indah jika dilihat dari laut dan matahari yang akan terbenam.

Silvax berdiri di samping pagar pelabuhan yang mengarah ke lautan. Ia menarik napas kemudian menghela nya dengan panjang dan mengeluarkan kembali biola nya.

Dia kembali memainkan dengan nada musik yang berbeda, nada yang sungguh sangat indah dan tenang seperti Laut di bawahnya.

Dia juga sangat menghayati itu.

Namun ada suara tepak kaki dengan sepatu yang bisa di bilang sepatu berat dan badan yang terlihat besar.

Kemudian di susul suara membuat Silvax menghentikan nada biola nya, ia membuka mata dari kefokusan nya dan melirik pada siapa yang datang.

"Wah.... Ternyata dugaan ku benar, melodi musik yang sangat indah sekali" Tatap seseorang itu yang rupanya adalah Pria yang kemarin malam bicara pada Silvax soal senjata.

Pria itu yang dimaksudkan, dia memakai celana tebal tentara dan juga kaos hitam yang ketat membuat otot nya terlihat dan tak lupa kalung liontin itu.

Silvax hanya menatap tajam, kemudian dia menyimpan kembali biola nya.

"Kamu ke sini karena barang nya bukan, aku akan mengambilkan nya" Pria itu masuk ke salah satu Cargo dari banyak nya Cargo di sana.

Kemudian muncul membawa kotak kayu yang terlihat ringan dan meletakan nya di bawah Silvax.

Kemudian Silvax mengeluarkan uang dari tas biola nya dan memberikan nya pada Pria itu.

"Benda ini, jangan diragukan lagi, dan juga, akan sangat berat untuk mu" Kata dia sambil menerima uang itu.

Sebut saja dia bernama Vaden, seorang pria bertubuh Militer. Tidak heran jika senjata senjata milik Silvax memiliki cap militer, rupanya penjual nya juga bertubuh militer.

"Hei, kau sudah jadi langganan ku bertahun tahun, tapi aku sama sekali tak melihat mu menjalin cinta, kau hanya bermain musik yang begitu indah, apakah kau tidak pernah tenang?" Dia menatap Silvax yang hanya menatap dingin.

Kemudian Silvax bicara. "Aku bermain musik yang menenangkan... Bukan berarti aku tidak tenang"

--

Kemudian setelah Itu Silvax kembali ke apartemen, tapi dia berpikir kurang puas dengan melodi yang ia mainkan tadi.

Karena wajahnya juga tampak nya tak tahan, dia mencoba berpikir untuk menenangkan pikirannya dengan secara kebetulan melihat biolanya lagi yang berdiri di bagian meja tempat di mana musik berada, alat musik tersebut seperti alat musik yang melantunkan melodi yang sangat lembut.

"Aku ingin menyelesaikan melodinya...."

Untuk menenangkan kembali pikirannya, dia mencoba berdiri kemudian mengambil biola itu dan meletakkannya di bahu dekat lehernya, kemudian memainkannya secara perlahan, dan betapa mengejutkannya suara yang ia ciptakan melalui biola tersebut memanglah sangat indah dan lembut dan dia sedang memainkan lagu Another Love dari Tom Odell.

Suara yang sangat indah ketika lagunya memuncak dalam kalimat khas dalam lagu itu, tapi tanpa sadar dia memainkannya dengan suara yang sangat keras dan dinding-dinding yang bisa memantulkan suaranya juga bisa membuat suara itu keluar bisa jadi tetangga di samping kanan kirinya mendengarnya.

Tapi jika bisa di dengar oleh banyak orang, pastinya mereka akan terhibur karena suara yang sangat indah.

Dan Yang benar saja ketika dia belum selesai memainkan musik tersebut tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu apartemennya membuatnya berhenti dengan bingung, tapi di antara kebingungannya dia mendadak sadar bahwa ia tidak bisa main biola di apartemen.

"(Oh aku lupa Seharusnya aku tidak main di sini.... Sekarang tetangga akan memarahi ku karena aku begitu berisik..)" Dia tambah putus asa tapi kemudian dia berjalan ke pintu dan membuka pintu itu.

Betapa mengejutkannya itu bukanlah seorang wanita paruh baya maupun seorang yang tidak ingin dilihat Silvax, tetapi itu adalah seorang Lelaki tinggi dengan postur tubuh yang sangat bagus dilihat dan juga gaya rambut yang begitu dewasa, tak hanya itu pakaiannya juga khas sekali dalam pakaian santai di rumah.

Awalnya Silvax bingung kenapa ada Lelaki yang sangat tampan berada di depannya, tetapi bukan ketampanannya yang dia bingungkan melainkan Kenapa bukan wanita yang biasanya memarahinya ketika dia membuat berisik di dalam apartemennya, karena setiap yang tinggal di apartemen pastinya tidak akan luput dari mengganggu tetangganya dan yang paling dominan adalah wanita yang harus memberitahu atau menegur.

Hal yang paling mengejutkannya lagi adalah Lelaki itu malah menyapanya dengan ramah. "Halo Tetangga, aku adalah tetangga barumu, aku berada di samping tepat apartemen mu... Mau tahu kenapa aku ke sini?" Dia menatap seperti akrab pada Silvax yang hanya melemparkan tatapan tajam.

Kemudian dia membalas dengan datar. "Kau mau menegurku karena aku bermain biola terlalu keras di sini..."

"Apa, hei tidak, aku kemari karena tertarik dengan suara yang sangat indah, bagaimana bisa Aku menegur seseorang yang menciptakan suara indah dan sangat menenangkan, itu suatu hal yang bodoh.... Apakah yang memainkan suara itu adalah kamu sendiri?"

"Ya itu aku, tapi aku tak akan memainkannya lagi Karena tadi aku tidak sadar melakukannya Seharusnya aku tidak boleh memainkannya di sini...."

"Ya itu yang benar sih tapi aku sangat suka suaranya... Apakah itu lagu Another love dari Tom Odell?"

"Ya kamu tahu lagu itu?" Silvax menatapnya kemudian Lelaki itu mengangguk pelan.

"Aku juga seorang musisi, tapi aku memainkan piano, piano juga sama seperti biola, suara maupun melodinya sangat lembut dan mungkin kita akan cocok memainkan lagu yang sama...."

"Bagaimana kau bisa membawa piano di apartemen mu?"

"Aku bisa membawanya kok, bahkan aku bisa memasukkannya, dan aku juga sering memainkannya..."

Mendengar itu membuat Silvax terdiam bingung. "Bagaimana bisa kau memainkannya seharusnya suara piano itu sudah terdengar dari mana-mana pun tapi aku yang di sini tak pernah mendengar suara-suara piano apapun"

"Itu karena apartemenku kedap suara, aku merenovasi apartemenku seperti Studio..."

"Benarkah begitu, tapi kenapa kamu bisa mendengar suara dari biolaku? Bukankah jika di dalam juga tak akan mendengar apapun dari luar?"

"Itu suatu kebetulan karena aku tadi yang baru saja selesai melakukan pekerjaanku, akan pulang ke apartemenku ini tetapi ketika akan membuka pintu aku mulai mendengar suara yang sangat indah, dan aku sadar suara itu dari pintu apartemenmu... Maukah kamu memainkan lagu yang sama denganku? Mari kita jadi Tetangga..." Lelaki itu menatap dengan sangat ramah bahkan mencoba membujuk Silvax dengan sangat baik.

Tapi Silvax hanya menatap datar kemudian dia menggeleng. "Maaf ya, tapi aku bermain biola hanya sebatas melepaskan suatu kerisauan yang terjadi akhir-akhir ini...." Tatapnya tapi kemudian dia menutup pintu dengan sangat tidak sopan membuat Lelaki itu terdiam, dan Dia Menjadi Kecewa.

"(Gadis itu benar-benar sangat pandai memainkan biolanya, apa aku bisa membuat nya membangun kerjasama bersama...?)"

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience