DUNIA PARALEL ATAU MASA DEPAN?

Fantasy Series 2678

Hoon terduduk dan memandang tubuh gadis bertopi hitam dari bawah kaki sampai atas kepala. Gadis ini berdiri tegak dengan elegan dan rambutnya tergerai sempurna. Dia mengangkat jari telunjuk dan mengarah ke sudut bibirnya sebagai isyarat Hoon harus membungkam dulu mulutnya. Seperti ada sesuatu yang ingin disampaikan olehnya.

 

Sukses sekali menarik seluruh pusat perhatian Hoon seperti gaya vacum cleaner yang kuat menyedot sampah maupun debu yang bandel di perabotan dan lantai rumah. Kini Hoon menatapnya sangat serius, seakan buat kudu bulu merinding.

 

Pandangan orang ini serius dan sekaligus ada rasa benci, sang gadis tidak ingin mendrama lebih lama lagi segera melepaskan topinya di hadapan Hoon. Cukup kaget tapi Hoon tetap bersikap dingin dan datar sedangkan pikirannya timbul banyak pertanyaan.

Di depan matanya terpampang jelas wujud rupa sang gadis cantik di sistem otaknya. Tentu saja sketsa perempuan cantik secara otomatis tersimpan pada galeri otak pria. Come on itu sudah jadi bakat alami seorang pria. Hoon berpikir gadis di depannya sangat mirip dengan orang yang berada didalam ruang bersama ibunya. Bagaimana ini bisa terjadi?

 

“Dahye.”

 

Hoon hampir tak percaya dengan apa yang dia lihat. Serasa mata melihat film horor tengah dini hari. Menyeramkan.

 

Hoon segera membuka pintu dengan kode baru, ya Dahye mengubah kode tersebut saat menjatuhkan dan membuat dirinya terduduk di lantai. Untungnya saja sempat melihat dan mengingat pola jemari Dahye menekan angka. Hoon terhenti sejenak dan mengangkat wajahnya sedikit ke atas lalu matanya mengendur jadi menampilkan sisi matanya agak terlihat sipit. Hoon tersenyum tipis.

 

Seorang ibu memeluk erat si anak seakan kerinduan besar yang  telah merindu selama beribu abad bulan purnama. Kita tahu betapa besarnya kasih seorang ibu terhadap anaknya. Bahkan saja ibunya rela menukar nyawa demi hidup dan kebahagiaan sang anak. Seperti pepatah mengatakan kasih sayang ibu sepanjang jalan.

 

Seketika melihat sembab dan rapuhnya mata sang ibu, Hoon segera menyeka air bening yang jatuh dipipi. Merasa dirinya bersalah telah membuat ibunya menangis untuknya. Hoon meminta maaf sekaligus berterima kasih kepada ibunya.

 

“Terima kasih telah mengkhawatirkanku eomma dan maaf telah membuatmu wajahmu menjadi jelek sekarang.”

 

Setelah adegan haru terjadi ia meminta ibunya untuk lebih tenang dan fokus kepada mahasiswa yang belum sadarkan diri hingga sekarang. Segaris kakinya mendarat pada lantai ruang rahasia, Hoon membatin akan mengunci mulutnya rapat-rapat tentang sosok ‘kembaran’ yang barusan ia lihat dengan kedua bola matanya sungguh sangat jelas.

 

Hoon tidak bisa mengklaim dan tidak tahu secara pasti latar belakang dari orang yang sangat mirip Dahye mahasiswi farmasi. Hoon merasa curiga dari keseluruhan fisik dan suara begitu sama seperti seakan benar-benar kloningan dari Dahye. Manusia kloningan atau hantu?

 

Hoon melihat dari jauh Dahye dengan mode mata elangnya walau sedikit terhalangi sekat tetapi masih bisa melihat posisi Dahye yang tetap saja menggunakan mode tidur cantik ala-ala selebgram. Dirinya tetap saja datar seperti kanebo kering yang di pajang di supermarket. Hoon begitu kesal!

 

Hoon jalan dan berputar tepat di atas kepala Dahye. Hoon berjongkok sembari mendekatkan wajahnya ke Dahye, seandainya saat ini Hyun terbangun bisa-bisa terjadi prahara besar dalam rumah tangga terkasih. Hyun pasti menganggap sang suami sedang melakukan ritual mesum.

 

Hoon seperti mengejek Dahye, wajah seringainya muncul dan Dahye tetap terdiam dalam tidurnya. Dirinya mengejek aktingnya begitu buruk secara langsung. Hoon tentu tidak tertipu begitu saja, dirinya menyadari sebelum memutuskan untuk mengecek keadaan diluar.

 

Bagaimana Hoon bisa menyadari semuanya?

 

Hoon mencari sesuatu benda untuk melindungi dirinya saat keluar untuk pertahanan diri. Hoon fokus di beberapa titik dan itu termasuk di zona nakas dekat kasur lipat. Dia melihat posisi jepit rambut Dahye berubah ke arah ujung rambut, jelas sekali Hoon mengingat jepit itu bersatu padu berada dekat kuping kelincinya.

 

Dahye tertangkap basah. Dahye terlalu menyepelekan sang dosen muda pujaan mahasiswa dan dosen lainnya di kampusnya. Tak sekedar itu saja Hoon juga meneliti dan menyadari pipi Dahye sembab beserta kelopak matanya ikutan bengkak.

 

Dahye masih belum sadar ternyata pria bersamanya adalah dosen muda yang genius. Dahye harus bekerja keras untuk meyakinkan sosok pria dewasa ini. Sebenarnya Dahye cemburu dan sakit pada hatinya, nyeri ke tulang juga sungguh kompleks. Sakit tapi tak berdarah.

 

Rasanya ingin bangun, berteriak keras dan sumpah serapah. Disisi lain ia tak mau Hyun tahu kelakuan bejatnya yang sekiranya dapat mempengaruhi segala hal baik hubungan antar mereka berdua. Maka dari ini Dahye masih bersikeras sembari menunggu Hyun siuman.

 

“Ini bukan cerita Penthouse dengan segala drama akting.”

 

Hoon hanya kesal dimana situasi darurat masih mempermainkan orang lain. Hanya ingin mengakhiri sandiwara Dahye saja. Dia tidak akan bertanya alasan dibalik akting Dahye. Ada hal yang lebih penting lain untuk dibicarakan dengan Dahye. Hoon mengangkat tubuhnya yang berjongkok sesaat melihat wajah Dahye dari atas.

 

“Baiklah aku akan tetap tutup mulut jika itu merasa membuatmu lebih baik. Jika kamu lapar panggil saja dan aku akan membuatmu makanan seadanya.

 

Dahye mengomel dan malu bersamaan dalam batin. Pahami ia mengambil jurusan farmasi bukan jurusan seni akting. Dahye takkan berminat menjadi aktris besar, baginya menjadi Idola besar haruslah menjadi sempurna dalam segala hal dan diatur oleh semua pihak. Sedangkan Dahye mencintai kebebasan hidup dan memilih kebahagiannya.

 

‘Jangan berpura baik padaku tapi kau mencuri sesuatu yang berharga bagi hidupku.’

 

Hoon melihat ibunya menjaga Hyun dengan baik. Dari sudut pandangnya seperti seorang mertua merawat menantunya sendiri. Ah tidak Hoon berubah pikiran lagi bahwa semua itu terlihat seperti seorang anak dan ibu. Dia tersenyum simpul menampilkan lesungnya yang menggoda.

 

Hoon balik ke tempat duduknya sembari mengecek semua ruangan melalui cctv. Pria ini sungguh serius menatap dengan teliti, tangannya terus bergerak kanan dan kiri. Sesuka hatinya saja memperbesar dan memperkecil gambaran dari seluruh ruangan. Tidak ada apapun dan bahkan saat insiden tersebut pun hanya ada pria itu saja. Apakah ini halusinasi dan paranoid Hoon?

 

Bagi Hoon ini terlalu nyata, seandainya pun ini hanya halusinasi dirinya pasti tidak akan terlalu nyata. Tentu juga makanan dan obat-obatan pun tidak ada. Tidak ada pergerakan Hoon keluar dari pintu masuk ruangan bawah. Jadi bagaimana ini bisa terjadi?

 

Hoon harus berjuang di tengah polemik dalam menemukan jawaban teka-teki yang berlangsung sekarang. Di tengah badai yang mengguncang jiwanya, saat ini dia berharap jiwa Hyun kembali ke tubuhnya. Mereka bersama keluar dari zona petak umpet.

 

Disisi lain Dahye berharap ini mimpi belaka dan semua baik-baik saja. Kembali menangis tanpa suara, menjerit dalam batin yang sudah tercampur cemburu, amarah dan trauma.

 

Mereka mempunyai problematik dan latar belakang yang berbeda lalu Tuhan sengaja mempersatukan mereka atas tragedi yang menimpa mereka. Di tengah perbedaan yang sangat mencolok bisakah mereka membuang segala iri dan keegoisan?

 

Dibalik bencana tersimpul makna yang besar untuk dipahami manusia. Ada pula yang membenci dan ada pula yang bisa belajar arti hidup sesungguhnya. Jangan sampai berlarut dalam dari rasa sedih yang menimpamu dan membuatmu terpaku dari kemunduran. Setiap bencana ada pesan masing-masing yang tuhan berikan pada umatnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience