MONSTER KECIL

Fantasy Series 2678

 

Beberapa jam sebelum kejadian

Beberapa kelompok melakukan praktikum di labotarium. Tentu saja suasana begitu hikmat dan tenang, fokus menganalisis hasil uji organik dan biokimia. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan mengindentifikasi adanya antar hubungan secara variabel. Mereka dituntut pada pengujian yang didasarkan hasil riset pada data, inti pokok ini menjadi alasan dasar dilakukan praktikum lab di beberapa semester dan tidak terkesan sekedar hanya mempelajari dan meneliti anatomi fisiologi manusia. Tentu saja botani farmasi dan farmasi fisik juga termasuk yang harus di pelajari.

 

Ketika dalam masa fase tenang sebuah gerakan kecil sedikit menggetarkan lantai dan  mesin-mesin di meja. Semua mahasiswa dan dosen berusaha setenang mungkin dan tidak ikut panik.

 

‘’Calm down.”

 

Untung saja gempa itu berlangsung beberapa detik saja dan tidak terlalu kuat. Seluruh mahasiswa menarik nafas pelan dan mulai duduk satu persatu. Dosen yang begitu charming dengan baju jas putihnya berjalan pelan ke depan dan berkata.

 
"Waktu kalian sepuluh menit untuk merapikan semuanya.‘’

 

Semua mahasiswa terlihat sibuk pada kegiatan masing-masing dan dari mereka sudah mulai merapikan beberapa bagian barang.

 

‘’Hyun apakah setelah ini berencana ke kantin tidak?"

“Tidak, aku harus membantu Ny. Jun di perpustakaan.”

“Baiklah aku akan ikut denganmu.”

“Bukankah seharusnya kau menemui Miss Kim?"

“Seharusnya tapi aku akan menemuinya saat makan malam.”

“Baiklah aku mengerti kau hanya ingin mengekoriku saja.”

“Tentu saja aku akan menjagamu dari mereka!”

“Cepatlah mengemasi barangmu.”

“Kau bersikap manislah padaku sebelum aku menjitakmu.”

 

 

Sesuatu yang akan terjadi tanpa disadari oleh mereka dan akan mengubah menjadi sisi monster tanpa jiwa. Senyum cerah itu menjadi mendung tangis dan ketakutan. Apakah ini menjadi akhir dunia?

 

Hyun berjalan menelusuri lorong-lorong menuju perpustakaan di belakang gedung kelasnya. Di temani seorang perempuan cantik semampai setinggi bahunya. Hyun seorang pria yang memiliki karismatik dan setinggi hampir dua meter. Alasannya sederhana Hyun yang merupakan seorang blasteran Korea-Inggris. Tentu saja mempunyai kelebihan pada wajah dan tubuhnya yang begitu sempurna dan bisa membuat pria-pria lain cemburu buta.

 

‘’Hai Ny. Jun.”

“Hello Hyun.”

“Bagaimana kabar hari ini Ny. Jun?”

“Baik ini bukannya terlalu cepat ya?”

“Tadi praktikum lebih cepat selesai daripada biasanya.”

“Apa karena gempa kecil tadi?”

“May be Yes, Tetapi semuanya terlihat baik-baik saja.”

“Ok kau bisa memulai menyusun buku-buku sesuai abjad ya.”

 

Ny. Jun menunduk ke bawah dan sedikit berjongkok, menurunkan kepalanya dan mengambil tumpukan buku-buku di lantai. Dengan tangannya yang mungil dan halus beberapa buku telah dinaikkan di atas meja secara berulang kali. Hyun lalu berinisiatif cepat mengambil sepuluh buku dan memangkunya di kedua tangan. Perempuan yang ikut menemaninya tadi serta merta mengambil beberapa buku, seluruh universitas tahu bahwa Dahye memiliki perasaan yang lebih ke Hyun. Mengapa Dahye selalu seperti stalker dan berusaha menjadi orang baik dan ramah. Setelah mereka berdua berjalan lurus, bersamaan seorang pria tampan membuka pintu masuk. Pria tampan ini menggunakan oufit kasual dan menyandang tas samping kulit berwarna coklat muda cerah. Mata tajamnya memandang lurus punggung mahasiswa idola kampus Seoduk University.

 

Dia tersenyum setengah garis, mengingat pertemuan mereka yang begitu unik dan berakhir dengan sebuah tonjokan dari mahasiswa jurusan farmasi tersebut. Suara lembut Ny. Jun menarik perhatian pria tampan itu dan lalu ia membuka percakapan.

 

“Aku membawa sekotak makan siang untukmu eomma."

“Kau seharusnya membawa lebih. Tadi pagi sudah ku ingatkan berulang kali.”

“Kalo begitu jatah kotak makanku ku serahkan padamu.”

“Anak ini persis seperti ayahnya yang sesuka hati melakukan sesuatu.”

“Kalo tidak mirip dengan salah satu kalian bisa jadi aku adalah anak pungut.”

“Kau selalu mencari alasan yang tepat.”

“Eomma apa yang dilakukan kedua mahasiswa tadi?”

“Mereka membantu menyusun dan merapikan buku-buku ini.”

“Oh begitu dan mereka berdua sangat akrab sekali.”

“Tidak aneh karena mereka berdua di satu kelas yang sama.”

“Begitu ya.”

“Daripada menganggur lebih baik kau segera membereskan buku-buku ini juga.”

 

Mata pemuda bernama Tae Hoon bersinar seperti malaikat penuh cinta yang abadi, tersekat senyum hingga menarik kedua garis pipinya. Entah apa yang dipikirkannya sekarang mungkin saja fantasi mesum. Buru-buru dia mengambil sisa buku di meja. Berjalan menuju daerah yang dilewati Hyun dan Dahye. Dalam membatin Hoon bersumpah sesuatu tentang mahasiswa charming itu. Sepertinya Hoon seorang pendendam terbukti kalimat mantra dalam batin mengusik hatinya.

 

‘Kali ini tentu saja aku akan menciummu beribu kali sampai kau menangis dan memohon padaku.’

 

Hyun yang sibuk menyesuaikan buku sesuai abjad dan Dahye yang selalu ingin menggodanya. Bukan hanya sekedar menggoda tapi menjadi wanita independen dalam mengungkapkan perasaannya. Dia wanita modern dengan pemikiran terbuka dengan bahwa segala hal wanita setara dengan pria. Salah satu mengungkapkan perasaan tanpa dilihat apakah itu wanita atau pria. 

 

“Hyun apakah aku cantik?”

“Hmmmmm.”

“Apa aku tidak cantik?”

 

Lalu Hyun terdiam sebentar dan menghela nafas pelan. Lelaki mana yang tidak akan bilang bahwa Dahye ini wanita sempurna. Selain cantik juga sangat pintar ditambah dari kalangan kaum konglomerat. Tetapi Hyun memiliki pandangan sedikit berbeda tentang adik kecilnya ini, bahwa Dahye melihatnya sebagai rasa ambisius untuk memiliki hal yang disangkanya sebagai cinta sejati. Dia melirik dengan wajah teduh, kedua tangannya memegang bahu Dahye. Memandangi nya saksama dan serius. Hyun menjentikkan sentilan ke dahi Dahye tanpa tenaga raksasa. Hyun tidak akan bisa melukai perempuan yang sudah dianggap sahabat sekaligus adiknya sendiri.

 

“Tentu saja kau cantik.”

“Lalu mengapa kau menanggapinya dengan sepele?”

“Karena kamu cerewet sekali seperti adikku.”

“Kita hanya berbeda beberapa bulan bukan tiga belas tahun!”

“Ok mari kita selesaikan semuanya selepas ini aku akan memasak untukmu.”

“Baiklah pria ku.”

 

 

Percakapan mesra ini di dengar langsung oleh Hoon seketika itu ada rasa kesal berkecambuk didada. Apa inikah dinamakan cemburu?

 

 

“Apa kau sudah selesai?”

“Tentu saja Hyun.“

“Baiklah kita harus mengambil sisa nya.”

 

Dahye tersenyum manis melihat perlakuan Hyun kepadanya. Dia berpikir dengan begini pria yang disukainya semakin sangat membutuhkannya. Biarlah waktu yang mengabulkan kebahagiaannya, hal yang pasti dialaminya sekarang bahwa ia sedang bahagia. Hyun menyentuh tangannya lalu menarik lembut seperti kain sutra sehingga hatinya semakin tersentuh.

 

Kedua ekor telinga itu semakin memanas seperti larva, tersulut rasa egois yang ingin segara menarik kuping mahasiswa tersebut sampai ia menjerit kesakitan. Gumpalan tangannya kuat seperti tenaga Hulk yang lepas kendali. Tak disangka tangannya memberikan gertakan kecil dengan sangat pelan pada  kayu agar tidak menarik dua manusia yang tepat di depannya hanya saja terhalangi lemari panjang yang di penuhi buku-buku. Matanya penuh seringai licik layaknya serigala yang lapar.

 

Saat mereka berjalan pelan sesosok tubuh menyenggol keduanya, semua buku terjatuh dan berhambur di lantai. Keadaan Hoon menangkap kedua pinggang calon uke masa depannya dan suara nafas mereka begitu terasa keras ditelinga masing-masing. Berbeda dengan kondisi Dahye yang terduduk beralas keramik.

 

Mata kedua saling berpandang satu sama lain, seperti drama di tv kabel bola mata saling berpandang dapat menimbulkan reaksi percikan gelora asmara seperti pepatah mengatakan dari mata turun ke hati.

 

 

Mata terperengah seperti bola pingpong, seperti gelombang arus listrik. Tentu saja itu mencengangkannya secara sepihak. Pria yang begitu asing menatap pria nya dengan cara perasaan halus. Perempuan ini sedang menginterpretasikan ada hal yang tak biasa dengan pria dewasa tersebut.

 

“Oppa.”

 

 

Suara jeritan Dahye membuyarkan empat mata tersebut. Mendorong sekali pada dada bidang pria yang di depannya tanpa basa basi dan segera melirik Dahye yang menatapnya tajam. Dahye segera bangkit dan menarik jempol Hyun untuk segera pergi dari situasi yang aneh ini.

 

“Ada apa denganmu Hyun?”

“Kenapa kau hanya diam saja ha?"Jawab aku!

 

Dahye terguncang secara emosional dan tidak langsung menaikkan oktaf. Kebimbangan spiritual dalam tempo sekejap detik. Jadi jangan salahkan Dahye secara ini mendadak tanpa rencana sebelumnya. Kegaduhan tadi mungkin saja terdengar ke telinga Ny. Jun, walau dia seorang wanita tua telinganya masih bekerja baik jadi suara sekecil pun seperti suara radio Ny. Jun pun bisa mendengarnya, segera memblok jalan Dahye.

 

“Apa yang terjadi?”

“Tidak apa-apa kami sudah menyelesaikan tugas dan harus segera pulang.”

“Terima kasih atas bantuan kalian, sebagai imbalan bibi akan memesan makanan siap saji. Mohon menunggu.”

“Lain kali saja dan tidak apa-apa Ny. Jun.”

“Sebaiknya kalian tidak boleh menolak ajakan makan siang.”

“Aku akan mentraktir ayam goreng asal kalian bisa menemani bibi.”

“Dasar manusia rubah.”

“Apa eomma tidak mengajarimu untuk bersopan santun?”

“Eomma..........?"

 

Mereka berempat saling menatap dengan random.

Belum hilang rasa terkejut Dahye dan Hyun gempa susulan terjadi kembali, alangkah kaget yang terjadi jauh lebih tinggi skalanya dari sebelumnya. Mereka berpegang erat satu sama lain. Orang-orang yang berkerumun di depan juga ikut berteriak kuat dan hening dalam waktu tiga puluh detik. Gelombang gempa tetap masih bisa dirasakan oleh mereka berempat. Mungkin mereka tidak menyadari sesuatu keganjilan pada gempa kali ini.

 

Diluar jangkauan dari universitas ini, berita tentang apa yang terjadi sekarang tidak diketahui pasti dan apa yang akan terjadi selanjutnya. Semuanya di luar sana masih tetap beraktivitas seperti biasanya tanpa perasaan aneh dan tanda sesuatu akan terjadi musibah besar pada mereka.

 

 

 

 

 

 

 
 

one chapter/weeks

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience