Aku hampir saja tidak bernafas dengan baik namun ada sekeping dingin menyentuh ronggaku. Semua itu membuatku susah mencerna dan menelan secara bulat.
Jika saja semua ini tidak terjadi apapun bisa saja berkembang dan besar kemungkinan keanehan ini tidak akan hadir dan semua fokus ke perempuan yang rela menukar segalanya demi mendapatkan perhatian yang hanya cukup sekedar menyenangkan hatinya.
Sekarang aku duduk terdiam di sudut bersamanya, aku yakin di benak hatinya menginginkan segala jawaban yang ia pertanyakan padaku. Tapi aku belum siap dengan segala konsekuensinya sepihak darinya. Aku tahu betapa aku masih membutuhkannya di sampingku, aku egois semata. Tidak menerimanya dihati tapi tidak juga melepaskannya pergi. Aku hanya mengendurkan waktu ke waktu yang telah berjalan.
Aku tahu semua orang benci dengan tidak ada kepastian yang berujung bagai lorong gelap nan pengap. Aku terlalu takut memberi dan menerima dengan rasa baru. Takut akan rasa itu menghalangi dari segala indera dan insting.
Suara deheman itu memecahkan keheningan yang terjadi antara aku dan dia. Ia menghela nafas beberapa kali dan wajah tertekuk ke bawah. Air embun jatuh ke roknya dan mulai merembes. Aku ingin menghentikan tangisannya hanya saja tenagaku hilang entah kemana. Aku menghujat diriku sendiri sebagai manusia bajingan.
Dia menyeka air matanya dengan ujung jari-jarinya yang mungil. Lalu dia tersenyum terpaksa dan berusaha mengambil nafas secara seimbang. Tubuh perempuan ini gelisah sehingga menggeserkan ke hadapanku. Aku tersenyum padanya sebagai imbalan perasaannya padaku.
Perempuan cantik ini melanjutkan menyentuh kedua tanganku dan menariknya di tengah dadanya. Aku terkejut adikku ini sangat enteng melakukan tindakan sesuka hatinya. Ingin marah tapi sekejap melihat kedua bola matanya berbinar membuatku salah tingkah.
Kini mulai berbicara panjang lebar, berawal tentang bagaimana keintiman ini terjadi. Hingga perbincangan ini semakin serius, lekuk bahasa tubuh bahkan matanya berbicara bahwa semua itu menyakiti hatinya. Aku tidak bisa membela diriku karena pada kenyataan itu hal fakta yang terjadi.
“Kau masih ingat ketika itu saat kau menjadi anak baru semua anak mengagumimu secara visual tapi aku tidak.” Kalimat itu terputus sebentar, ia memutuskan memalingkan wajahnya. Aku melihatnya ia meneteskan air mata. Kali ini aku memeluknya dari samping.
“Menangis sepuasmu jika itu bisa menyembuhkan lukamu walau ku tahu itu hanya satu persen.” Aku hanya bisa menghiburnya sebisa hatiku. Merasakan sakitnya juga membuat luka di atas luka juga. Dia mendorongku dan menahannya. Menghela napas kembali sebagai penguat hati. Lalu semua itu berlanjut lagi untuk kedua kalinya padaku.
“Saat mereka tahu kondisimu sebenarnya dengan sangat rela meninggalkan rasa kotor yang membuatmu terluka. Melihatmu seperti biasa saja justru ingin mengenalmu lebih dalam tapi hanya saat itu aku hanya ingin mengenalmu saja dan tidak lebih.” Ia berhenti lagi seperti tenggorokan sedang menelan duri ikan yang tajam.
“Ada insiden mengapa aku begitu sangat ingin melindungimu dan memberikan seluruh hatiku. Aku tahu kamu pasti mengingatnya, rasa yang begitu indah. Kamu menemukanku saat aku bersedih dari keputusasaan dan memelukku dari makian orang tuaku.”
“Tidak bisakah kau fokus kepadaku saja?” Tanya nya penuh air mata dan memelukku dalam.
“Aku tidak bisa kehilanganmu seperti aku kehilangan kasih sayang dari orang tuaku. Kita sama-sama menjadi orang yang terluka dari mereka.”
Aku tersenyum dan berbalik memeluk erat perempuan cantik ini. Aku terlalu lupa perasaan bagaimana dulu aku sangat ingin melindunginya dari monster-monster yang jahat. Aku lupa janji pada diriku sendiri. Aku berusaha meyakinkan dirinya aku telah kembali pada diriku yang lalu.
Dari depan terdengar langkah suara pelan-pelan seseorang menuju ke arah kami. Orang itu membawa dua kain tebal dan memastikan segera beristirahat karena keesokan harinya dimana dibutuhkan tenaga yang besar untuk melarikan diri.
“Makasih Ny. Jun.”
"Good night, have a nice dream.”
Masing-masing melangkah pada posisi masing-masing, sekilas melihat Dahye dan Ny. Jun mulai memejamkan matanya. Sekiranya melihatnya seperti bayi yang sedang bahagia. Aku juga berusaha menutup mata dan memastikan dengan segala pikiran yang ku paksakan.
Dalam hati semua komat-kamit meyakinkan diri semua akan baik-baik saja dan tentu mengintimidasi diri sendiri bahwa segalanya yang terjadi pada keadaan aneh bersama pak dosen adalah sebuah kebingungan.
Selama dua puluh menit mata dipaksakan akhirnya Hyun tertidur pulas. Dalam tidurnya yang nyenyak tersempil sebuah mimpi yang panas dan mesum. Apa yang di sangkal dalam otak manusia justru terbalik dengan hatinya.
Dua hal mimpi itu bisa terjadi secara ilmiah bahwa mimpi itu adalah sebuah ingatan terakhir atau bisa saja rasa yang terpendam di bawah alam sadar manusia. Mimpi bukan hanya sekedar arti dari bunga mimpi dan tidak memiliki makna yang jelas.
Sangat jelas dalam sebuah pandangan matanya terlihat sesosok pria cabul mengelus pipinya lembut. Memandanginya tajam dari atas hingga bawah tengahnya. Anehnya di mimpinya Hyun tidak bersikeras atau mencemooh seperti pada dunia nyata. Bahkan ia hanya diam saja pada saat tangan itu mulai mengelus perutnya yang masih berbalut kaos. Tampaknya perlakuan khusus itu membuatnya nyaman dan hangat.
Bibirnya menggigit pelan merasakan sensasi geli ketika tangan jahil itu mengelus. Pak dosen itu tersenyum dan menghentikan pelayanan tersebut dan tentu saja wajah itu menyeringit heran. Ketika baru saja ingin memuntahkan pujian tapi terhentikan oleh ulah si dosen muda tersebut yang mencoba mempermainkannya.
Karena wajah seketika berubah jutek tapi di saat bersama pula itu seakan wajah sang uke memelas untuk meminta melanjutkan permainan tersebut. Tangan itu menarik dan mendorong ke dinding dan menarik kedua tangan ke atas. Semakin menekan tubuhnya kebelakang, wajahnya menampilkan wajah datar lalu menunduk. Menghirup leher jenjang Hyun, sepertinya pak dosen memiliki fetish aroma leher seseorang.
Wajahnya timbul kembali ke hadapannya dan tersenyum seperti serigala lapar. Pak dosen itu mempermainkan kembali dan melepaskan tangannya dan tubuhnya.
Wajah Hyun cukup kecewa kedua kalinya, sepertinya rasanya ingin menangis seperti perempuan yang baru putus cinta. Pak dokter hanya ingin melihat dan menikmati rasa memelas lalu mulai merambat ke ujung kasur. Melihat semua itu pemuda imut ini bergegas meminta jangan pergi.
Pak dosen mematung tanpa ekspresi dan menarik alisnya saja tanpa belas kasih. Pemuda itu terdiam terpaku di atas ranjang dan menyerah. Di saat itu lah pak dosen menyerang, ia ingin melihat dulu mangsanya bertekuk lutut dan menyerahkan hidup seutuh kepadanya. Seakan pak dosen adalah Tuhan, dunia dan alam bagi calon uke nya.
Pak dosen berpose duduk lalu menarik kembali tubuh si pemuda dan memangkunya. Dia menarik rambutnya dan melakukan lumatan pelan sebagai permulaan. Sedetik pemuda itu mematung dan tidak membalikkan perlawanan bibir. Si uke terlalu polos dan belum mempunyai pengalaman istimewa yang biasa umum orang dewasa lakukan.
Kedua kalinya ciuman itu masih lembut dan pasif dari kedua belah pihak. Semua terasa masih biasa dan suasana belum terlalu panas seperti kobaran api. Tapi di pastikan ini akan menjadi malam yang panjang dan panas.
Suara jangkrik pun tidak menghiasi malam ini seakan tahu pasti suara itu akan mengganggu kenikmatan dan keintiman kedua manusia sejenis ini. Semesta alam merestui bagaimana cara mereka menyampaikan rasa cinta sama satu lain. Seks adalah bahasa cinta yang mana saling memberi dan menerima sehingga mewujudkan rasa kepuasan dan menerima keadaan apapun.
Tangan itu menyerap ke dalam hal yang intim yang tidak akan bisa sembarangan dimasukkan oleh setiap orang asing. Sembari bagaimana kenikmatan di bawah deru nafas semakin terpacu dalam dan berat. Ciuman itu semakin dalam dan mulai lihai ataupun saling melumat satu sama lain bukan satu pihak saja. Selincah di bawah dalam mengurut atas pun semakin panas satu sama lain.
Ciuman berubah tidak hanya sekedar ciuman biasa. Mulai memainkan lidah untuk membedah goa basah bagian atas. Liang basah mengeluarkan liur yang becek agar saling mengecap satu sama lain. Tangan satu lain liar menjambak rambut pemuda tersebut. Ala kadung nafsu berada di atas, sang uke menjadi jalang nakal dan melakukan inisiatif penyerangan balik.
Waktunya sang uke on the top. Si uke menggulingkan sang seme di bawah kendalinya. Pak dosen menyeringai penuh nafsu dan bangga. Thats it yang diinginkan top raja dalam pelayanan si uke.
Sang uke membuka kaosnya sekaligus punya si pak dosen dan membuangnya ke lantai. Mulai menciumi sang seme dengan sedotan vacum cleaner dan melakukan hal yang sama memasuki area yang berbahaya.Meremas dan mengelusnya sebagai mainan baru.
Tangan pak dosen meraih pinggangnya si uke dan mulai menggulingkannya kembali. Mengempit badannya dengan tangannya dan mulai mencium dan menggigit beberapa area sensitive. Keadaan ini membuat badannya menggeliat geli seperti ulat bulu. Hyun tak terima dan mencoba membalikkan keadaan mode uke on the top.
Suara gebrakan menghantam lantai, suara dentuman membuat pria dewasa menyadari sesuatu. Si empu yang jatuh terbangun dan badannya sakit. Apakah itu terlalu sakit?
Jawabannya pasti tidak, karena lebih sakit lagi bahwa semua itu hanya mimpi.
Menantikan dengan senyuman dari pembaca ☺️
Share this novel