Manusia sedang sekarat dengan rasa kemanusiaan terhadap sesamanya, ketika manusia sedang sakit semua akan lebih menunjukkan sifat aslinya apalagi terhadap flora dan fauna yang tidak dianggap sekasta dan menjadikan diri sebagai superior di atas bumi.
Pada akhirnya Tuhan memberikan ganjaran berupa karma melalui manusia untuk manusia yang rakus dan haus pada duniawi. Setiap perbuatan akan selalu kembali kepada empunya dan apabila selama jiwa itu bersih Tuhan akan selalu memberikan kasih sayang-Nya!
Tak terasa gempa itu mulai redup dan menjadi ke titik normal, Dahye yang sedang memeluk Hyun yang juga membalas pelukannya. Begitu senangnya Dahye ketika musibah kecil mendatangkan keberuntungan yang sungguh dahsyat. Dahye tidak menampik rasa girangnya kepada semua orang yang mungkin saja melihatnya penuh jijik dan tidak peduli apapun apalagi memikirkan tanggapan dari orang asing.
“Hyun kau memelukku erat sekali dan itu membuatku makin menyukaimu.”
“Karena aku tak ingin kau takut Na Bi.”
“Katakan saja padaku bahwa kau menyukaiku Hyun.”
“Terserah padamu saja Na Bi.”
“Kau memanggilku Na Bi karena kau sangat menyukaiku."
“Terserah apa katamu.”
“Oppa.”
Di sudut lain dua ekor mata tajam menusuk melihat ramahnya Hyun ke Dahye, kulit Hyun bergidik spontan dan rasa timbul keringat dingin di sekujur tengkuk sampai punggungnya. Hyun sempat memeriksa dahi nya mungkin saja terjadi demam, ah ternyata suhu tubuhnya normal setelah dicek menggunakan telapak tangannya. Hyun sempat menggelengkan kepalanya sekali. Dahye sempat bertanya kepada Hyun apa gempa itu membuat kepalanya menjadi migran Hyun menggelengkan kepala sekali. Dahye sekali lagi mengintip bola mata pria dewasa yang cabul yang sangat ia benci. Menemukan fakta dua bola matanya terfokus tajam dengan pergerakan seluruh badan Hyun.
Dahye melakukan terobosan baru yang cukup unik, ia membalikkan badannya tepat di hadapan Hyun yang sangat menghalangi pria cabul tersebut. Bukan itu saja kedua tangannya menutup mata Hyun dan membisik secara halus ke telinga Hyun.
“Kali ini selamatkan hatiku dari rasa tak biasa ini.”
Hyun membalas perkataan Dahye secara lembut sehingga Dahye tidak akan merenggek lagi padanya. Secara Dahye adalah gadis muda intelektual bagaimanapun seharusnya mengerti atas tindakannya sendiri.
“Song Dahye aku bukanlah monster jahat.”
“Kau harus menempati janjimu kepadaku mengerti?”
“Arraseo.”
“Dari sekarang percayalah dan ikuti kata-kataku.”
“Aku tidak bisa berjanji tentang hal ini.”
“Sudah ku bilang percaya padaku.”
“Aigoo ini membuatku sakit kepala.”
“Janji kelingking?”
Hyun mengangguk sebagai jawaban atas melasnya Dahye padanya dengan penuh pertimbangan asas kemanusiaan. Tetapi tetap saja itu adalah sebuah tindakan pemaksaan kehendak pribadi terhadap orang lain.
“Itu rasa cinta atau egoisme diri?”
Setelah menyindir, tangan kekar itu menyentuh ubun-ubun Hyun dan sangat tega mengacaknya di depan mata Dahye. Dahye menangkap semua kode dari Hoon bahwa tidak ada orang yang bisa menghalangi takdir seseorang. Akibat dari persengitan kedua belah pihak membuat Dahye frontal dalam ketidaksopanannya terhadap orang asing. Hoon hanya tersenyum sinis, membiarkan Dahye terlarut dalam benci dan ketidaksenangannya terhadap dirinya.
Baginya Dahye itu adalah perempuan muda yang labil dan anak balita bertubuh besar. Dahye memainkan jari tengahnya dan berkata kasar terhadap Hoon. Hoon sekali lagi tersenyum sinis tanpa berkata satu kata pun. Berbalik seratus delapan puluh derajat Hyun yang tersenyum manis. Baginya melihat kejujuran sisi Dahye dengan bebas tanpa beban meluapkan isi hati walau tindakan tersebut tidak bisa dibenarkan membuat hatinya sedikit terpesona. Dahye tak mau kalah dengan menatap balik.
“Kau lebih tua seharusnya kau mengalah.”
“Terutama kamu Dahye sebaiknya berkata lebih sopan kepada yang lebih tua darimu.”
“Apa bisa membantuku untuk mengecek ke depan?”
“Baiklah Ny. Jun.”
Hyun segera mengambil tasnya di lantai dan berlari menuju depan, Dahye melihat kaki Hyun berlari kecil kaki Dahye pun ikut berlari seperti besi terseret oleh magnet. Senyuman Hoon memudar ke mode jeruk nipis.
Hyun terperanjat tersambar petir di pintu kaca harus menyaksikan tubuh – tubuh berdiri memandang satu titik ke arahnya. Mereka hanya diam berdiri, Hyun terpaku merasakan ada sesuatu yang ganjil pada mereka. Bagaimana mereka tidak memperlihatkan ekspresi apapun, bukankah itu wajah yang suka di perlihatkan psikopat di drama mana pun?
“Ada apa Hyun?”
Dahye menoleh pandangan ke depan, ia penasaran apa yang dilihat Hyun hingga sampai terbengong tanpa pikiran. Mata Dahye semakin lebaran dan mulutnya membentuk angka nol, karena begitu lebar satu terong bisa masuk ke mulutnya. Kaki Dahye mulai mati lemas seketika dan lututnya beringsut turun ke lantai. Tangannya memegang Gagang kaca sehingga menimbulkan suara.Tanpa di duga mata – mata diluar sana bergerak menuju arah tangannya. Dahye histeris.
Suara jeritan Dahye terdengar oleh telinga Hoon dan Ny. Jun bergegas ke arah asal suara. Aneh tapi nyata terlihat fenomena diluar akal sehat tapi begitu familiar. Hyun dan Dahye menahan pintu kaca dengan seluruh kekuatan raga. Orang – orang diluar begitu sangat beringas dan tanpa kendali. Ada yang menghantam kepalanya hingga berdarah dan berlendir. Ada pula menggunakan kepalan tangannya berulang-ulang kali tanpa lelah dan ada pula yang terjepit dan terinjak tetapi tetap ingin menghancurkan pintu penghalang.
“Apakah dengan berdiam diri semua teratasi?” Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi sekarang. Aku butuh pertolonganmu. Hoon segera bertindak mencari sebuah alat yang bisa dipergunakan yang kira-kira menahan bobot manusia-manusia aneh tersebut. Tangannya geragas menelusuri barang-barang yang berada di lemari penyimpanan. Dia mendapatkan satu dus selotip dan gagang pel. Segera keluar dari ruangan penyimpan lalu bergegas ke depan. Hyun yang hampir saja pingsan di bantu Hoon menahan dari lengannya, seberusaha kuat menahan serangan dari orang gila Hoon mengisyaratkan ke Dahye mengambil tindakan segera mengambil barang tersebut untuk diselip di gagang pintu.
“Jadi kau juga mengambil satu dus selotip?”
“Ini hanya cadangan saja dan ada sesuatu sangat mencurigakan.”
“Apa?”
“Aku sedang tidak sedang membicarakanmu tapi ada sesuatu yang aneh terhadap mereka.”
“Aku juga merasakannya.”
“Sebaiknya kita bersembunyi di ruangan rahasia.”
“Ruang rahasia?”
“Lebih tepatnya ruang kontrol.”
“Ruang mata-mata?”
“Kau benar sekali untuk menjabarkannya.”
“Tak ku sangka ada tempat seperti itu di kampus ini.”
“Apa kita jadi bersembunyi?”
“Apa kau takut Hyun?”
“Aku baik-baik saja anda tidak perlu repot-repot.”
“Mari kita lari dari sini melalui jendela belakang.”
“Kamu benar Na Bi.”
Dahye tersenyum polos bahagia bahwa faktanya Hyun lebih mengikuti gagasannya daripada orang asing ini. Tapi sayang kebahagiaan ini tidak berlangsung lama, semua berubah ketika sebuah jeritan keras menuju mereka. Orang-orang itu terdiam sesat dan berbalik begitu cepat. Segera manusia aneh itu bangkit dan berlari ke arah asal suara wanita tersebut. Wanita itu terkepung depan dan belakang, ketakutan setengah mati. Hoon mengetuk kaca pintu dan memberikan kode. Karena terkepung pergerakan wanita itu susah dan di tangannya hanya sebuah kayu. Beberapa kali ia menusuk dada orang aneh tersebut tetapi tidak ada efek sama sekali yang ada semakin agresif. Mereka yang melihat semakin bingung. Hoon yang tidak tahan melihat ini mencoba menarik pintu tapi di hentikan Dahye.
“Apa kau ingin kita mati?’’
“Apa kamu tega melihat semua ini?”
“Kita bisa menghubungi polisi untuk permasalahan ini.”
“Jangan bersikap egois bukan kamu saja yang pantas hidup.”
“Aku tidak peduli.”
“Lebih belajar lah menghargai nyawa manusia.”
“Silakan buka jika kau tidak memikirkan nasibnya.”
Hoon merasa kaget Dahye mempergunakan Hyun untuk mengendalikannya. Bibir Hoon bergerak seakan menahan umpatannya, Hoon lantas menendang kakinya ke pintu. Jari-jarinya lepas dan meninggalkan sidik jari pada kaca pintu. Sayup-sayup terdengar suara rintihan perempuan itu, mereka hanya bisa menyaksikan tanpa membantu sama sekali. Mereka cukup kaget bahwa perempuan itu di gigit bertubi-tubi. Sesuatu yang buruk telah terjadi, ia sekarat seperti seekor ikan yang terjatuh di tanah tanpa air.
Tubuhnya sudah tak bergerak maupun mengeluarkan suara. Ny. Jun memeluk anaknya dan menguatkan batin yang lain. Mengajak mereka untuk melarikan dari tempat yang berbahaya ini. Mereka shock semua berubah dalam tempo satu jam, yang tadi ini adalah ruangan paling damai dan tentram. Berubah menjadi tempat yang paling kelam dan bengis. Butuh proses waktu untuk menerima kejadian ini. Tanpa mereka sadari mayat itu bergerak kembali. Timbul suara kembali begitu kencang dan kaset rusak, mata mereka susah mencerna apa yang terjadi. Baru satu menit yang lalu perempuan itu mati dan hidup kembali. Sungguh diluar nalar manusia bahkan sains tidak bisa menjelaskan fenomena ini.
Perempuan itu sebentar memandang langit dan bergerak ke arah burung berkicau. Dahye melihat kengerian itu lantas mudah terpancing, histeris mengaung kembali dan beberapa saat pingsan di hadapan Hyun. Atas kebisingan dari Dahye semua mata mengarah kepada mereka lagi dan berjalan lurus. Hyun menepuk lembut pipi Dahye tapi tetap saja belum siuman. Karena waktu semakin mepet dengan terpaksa Hyun membopong tubuh Dahye, Hyun tidak sadar perilaku khusus ini membuat Hoon cemburu. Hoon menarik tubuh Dahye dan membopongnya.
“Kita harus segera pergi ke ruangan kontrol, disana jauh lebih aman.”
“Baiklah.”
“Eomma kita harus segera pergi dari sini.”
Mereka berempat bergegas ke tempat tujuan sebelum makhluk tersebut berhasil menjebol pintu kaca. Kecemasan menyelimuti sanubari mereka masing-masing. Tidak ada yang tahu mipasti bagaimana ini bisa terjadi dan mengapa. Semakin ragu musibah ini akan cepat berlalu. Mereka tidak tahu bahwa aroma Hyun sangat menggoda mereka. Berharap dunia akan sehat kembali untuk mereka-mereka yang bertahan sampai akhir.
Share this novel