HELLO MY STRANGERS

Fantasy Series 2678

Aku seorang pemuda yang memiliki kehidupan yang tidak sempurna. Garis keturunan konglomerat Inggris-Korea berparas tampan yang pasti diwariskan oleh mereka. Sungguh klasik permasalahan dari anak konglomerat yang mempunyai keterkaitan hubungan dan emosional tragis yang saling berbalik badan.

 Apa semua itu terjadi padaku?

Ya semua kesepian itu terjadi pada batinku, semua kasih berlimpah kini redup dan meninggalkan lubang hitam pekat. Sedari muda harus hidup mandiri pada dunia yang luas.

Kehidupan seperti angin yang berputar, terasa tapi terlupakan bahwa keberadaannya tak lebih dari daun yang kering. Bukan kehidupan yang kejam melainkan manusia dengan segala keserakahan dan kebencian.

 

Pada titik fase ini mengubah akal dan fakta terselubung dihati kenyataan manusia itu terlalu rakus pada keinginannya yang terpendam. Apakah ini yang dinamakan pemangsa dimakan pemangsa?

 

Bersamaan arogansi memuncak semua bercampur menjadi satu. Kilas balik bertanya pada legalitas perasaan yang berkembang menjadi anak cabang yang menjalar panjang. Semakin menjulur semakin pula rasa sakit menusuk jantung. Monster menakutkan yang diisi rasa benci dan dendam.

 

“Kenapa kamu menolongku?”

“Kenapa kamu membenciku?”

“Pertanyaan melawan pertanyaan.” Desis Hyun sembari mengerucutkan bibirnya. Pemuda itu terkesima beberapa detik kemudian. Udara sejuk membius kedua bola matanya, seperti emas putih yang bercahaya. Hoon memetikan matanya begitu dalam penuh sayup, sangat lembut dan lihai. Suara yang keluar dari mulut membentuk suatu ritme yang tidak begitu familiar di telinga Hyun.

 

 

“Demi kemanusian.” Wajah Hoon berbalik menatap lurus pada gagang pintu. Ada sekat canggung dingin diantara keduanya hingga keduanya tidak terlalu nyaman satu sama lain.

 

“Sebaiknya aku mengecek kondisi Dahye dan lalu tidur dengan nyenyak.”

Hendak bangkit dengan seluruh tenaga yang di punya, ia ingin secepatnya pergi dengan nuansa dingin yang merayap di tengkuknya. Sungguh mengerikan bersama orang asing ini. Dia sempat bergidik mengingat momen jari Hoon mengusap lengsung pipinya sembari halus berucap kalimat demi kemanusian. Dasar pria modus berwajah tampan.

 

Tangan panjang itu menarik salah satu tangan Hyun dan menyembunyikan di dalam kaosnya. Tubuh yang tidak seimbang dalam teknik mempertahankan posisi dari tarikan kuat berotot biseps yang mampu menjatuhkan tepat di pangkuan paha Hoon. Apakah ini takdir?

 

Wajah Hyun yang terkejut menatap lurus wajah Hoon yang tersenyum menohok penuh kejahilan. Hoon tersenyum setengah di wajahnya, mereka saling melekat menatap satu sama lain. Aroma bunga mawar tercium dan angin yang melantunkan musik lembut seperti suara dari surga nirwana. Sudah lima menit mereka saling menatap, Hyun melihat bibir dan mata Hoon dengan sangat ramah walau masih tercetak rasa terkejut.

 

Hoon mengelus pipi yang chubby Hyun. Jari jemari sempat-sempatnya menyentuh bibir seksi pemuda tampan itu. Wajah Hoon semakin mendekat hingga tinggal seinchi lagi bisa menyentuh bibir kenyal dan mata bidadari surga yang saat ini begitu di nikmatinya. Hoon tersenyum setengah penuh licik dan berbelok menghirup tengkuk berulang kali hingga akhirnya menuju telinga Hyun dan berbisik pelan.

 

“Kau belum berterima kasih kepadaku.”

 

Hyun tersentak dari segala pikirannya yang mengambang ke atas. Lalu sedetik itu pun ia sadar bawah tubuhnya berada di pangkuan orang asing ini. Dia mendorong tubuh itu ke belakang dan secara refleks badannya juga ikut terdorong ke belakang. Kejadian ini pasti akan merugikan kedua belah pihak tapi kelicikan Hoon tidak ingin melepaskan mangsanya yang sudah di depan mata.

 

Tangannya menarik lagi dan dengan sengaja mendorong tubuhnya sendiri jatuh ke lantai dan hasilnya tubuh mereka berdempet seperti roti Sandwich. Mahasiswa tampan ingin segera melepaskan jeratan dari sang monster mesum.

 

Hoon dengan itikad baik memeluk pemuda itu erat hingga keduanya bisa saling bisa menghirup oksigen yang sama. Jantung Hyun berdetak cepat, air keringatnya keluar dengan ganas layaknya mereka berada di oven yang panas. Sekali lagi sang dosen itu tersenyum penuh lebar. Sepertinya Hoon tergambar bentukan psikopat yang ingin menguliti korbannya hingga tak berdaya.

 

Empat ekor mata menatap kejadian ini dengan penuh mata lebar, ah sepertinya mereka seakan terciduk melakukan tindakan asusila yang tidak bermoral. Wajah Hyun langsung memerah dan menendang junior pak dosen dengan dengkulnya.

 

 

Bagaimana kamu si Hyun itu merupakan aset masa depanmu bersamanya. Bagaimana jika si dosen muda itu menjadi imponten? Yang rugi kamu sebagai pihak bawah yang tidak akan terpuaskan apabila ‘barang’ itu tidak berfungsi seperti seharusnya pada kaum atas.

 

 

Hyun terbata-bata dalam memilih kata konfirmasi sebab akibat yang terjadi pada insiden ini. Tapi disisi samping hanya meringkik pada saat melihat wajahnya gelisah sehabis kepergok bergulat seperti sandwich. Tentu saja pipi pemuda itu merona seperti tomat merah, daun telinga ikut juga memerah. Dahye yang melihat sisi pria cabul mempermainkan pujaan hatinya tentu saja segera mendekati Hyun yang masih cukup terbata-bata.

Tangan Dahye meraih pundak Hyun untuk mempertegas bahwa itu sesuatu yang tidak penting untuk di pikirkan apalagi di ambil hati dan jatuh hati.

 

‘’Ahhhhh bukan seperti itu tapi tidak seperti yang terlihat ahhh hanya saja. Anu aku susah menjelaskannya.’’

 

“Kau tidak perlu memikirkan sesuatu hal yang bukan prioritasmu dan kau baru sadar pasti jauh lebih membutuhkan waktu untuk beristirahat.” Dahye memeluk Hyun dan pria di samping hanya tersenyum tipis.

 

Lantas apa kalian pikir pria dewasa itu diam saja? Oh tidak!

 

Hoon melirik ke ibunya dan sekaligus menjabarkan bahwa ketiga orang itu haruslah beristirahat. Semua orang menoleh kepadanya dan mengangguk setuju. Dahye yang baru bernafas lega harus dibuat pusing lagi atas kelakuan kecil pak dosen.

 

“Harusnya kalian berada disana dan aku berjaga dan kita bisa bergantian untuk saling berjaga satu sama lain. Terutama buatmu Na Bi.” Hal ini tak terduga sebelumnya tangan sebelah kanan Hoon memeluk pinggang mahasiswa itu dari belakang. Otomatis badan Hyun menenggang dan segera menepisnya. Wajahnya makin memerah ala kepiting rebus. Wajah Hyun semakin tidak karuan, semua tercampur aduk.

 

Menurutnya cukup aneh antara perasaan kesal dan hangat. Sudah terlanjur membuat sakit kepala.

 

 

Apakah cinta ini mulai bersemi menjadi bentukan segitiga?

Atau semua ini berdasarkan rasa halusinasi semata di akibatkan dari rasa kesepian?
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience