Bab 10 (konten mengandung18++)

Romance Series 732

Dian memacu kendaraan memecah malam dengan kencang menuju apartemen milik Clara. Waktu menunjukkan pukul sebelas malam.

Dia sudah berada di parkiran setengah berlari menuju lift yang kebetulan pintunya terbuka. Dengan cemas menatap arloji di tengan, tiba-tiba saja Dian sangat merindukan kehangatan pelukan Clara.

Wanita yang selama ini selalu mengemis cinta, perhatian bahkan hanya sekedar kehadirannya. Bagi Clara, bisa melihat Dian saja sudah sangat membuatnya bahagia.

Mengambil kunci apartemen Clara dari saku, kemudian membukanya perlahan. Sepi.

Televisi dan lampu-lampu semua mati. Tersisa dengung pendingin ruangan di ruang tamu saja. Dian mencari di dapur, kamar mandi, namun lengang.

Membuka sedikit pintu kamar, ternyata kamar itu sudah dihias sedemikian rupa dengan tulisan besar 'Happy love Anniversary 9TH .'

Damn.

Ternyata ini sudah tahun ke sembilan hubungan mereka terjalin. Pantas saja Clara sangat mengiba ingin agar malam ini Dian bisa menemuinya. Pandangan matanya beralih pada sosok wanita yang nampak terlelap dengan ponsel di genggaman.

Wanita yang selama sembilan tahun ini menghangatkan malam-malamnya, berusaha menyentuh hati dan memanjakannya setiap saat dia menginginkan.

Clara terlihat sangat cantik dengan tubuh yang berbalut dres sangat tipis dan ringan berwarna merah menerawang itu, membuat Dian meneguk saliva beberapa kali sebelum akhirnya dia ingin memberikan kejutan manis untuk Clara.

Setelah membersihkan diri, Dian terlihat shirtless mendekati Clara yang tengah terbang ke awang-awang dalam mimpi dengan bibir yang sedikit terbuka.

Pria itu perlahan mencium pipi dan mengecupi punggung wanita itu dari belakang penuh gairah, dengan tangan menggerayangi dada lembut nan sintal yang sangat dia sukai di balik dress mini di tubuhnya.

"Emmhh, kau dari mana saja?" tanya Clara bersuara lembut dengan wajah bersemu merah merasakan hembusan nafas mengejar dari Dian di tengkuknya. Merasakan dada itu menempel di punggung dan berdetak kencang.

Dian bergeming, dia meraih ponsel di tangan Clara, melemparnya ke atas nakas, lalu membalik tubuh wanita itu hingga dia bisa menjelajahi dengan leluasa saat posisinya sudah terlentang.

Dian menjelajahi setiap inci tubuh Clara dengan penuh gairah, meninggalkan kissmark di leher, dada serta paha bagian dalam, seakan ingin menandai area kekuasaannya di tubuh Clara.

Lidah itu bergitu liar menyapu hingga wanita itu menggelijang kala pelepasan datang berkali-kali. Tubuhnya meremang, nafasnya tersengal namun hentakan Dian semakin memburu.

"Ah. Dian, kenapa malam ini kamu sangat-sangat agresif?" Clara merasa begitu nikmat malam itu, Dian seperti  menginginkannya dirinya, dia tentu amat menyukai bila pria itu bertekuk lutut menghamba untuk dipuaskan di atas ranjang.

"Berbaliklah," bisik Dian sambil menggigit kecil telinga Clara. Pria dingin itu mendadak sangat hot malam ini. Tatapannya berkabut namun menggeram nikmat saat merasakan pelepasan bersamaan.

Clara meremas selimut di tangannya, sunggu merasakan gelenyar nikmat memenuhi tubuh saat mereka merasakan puncak kenikmatan itu untuk kesekian kalinya, merasakan hangat dan kepuasan dibanding malam-malam sebelumnya.

"Apa kau mencintaiku, Clara?" tanya Dian sambil terus bergerak memompa berusaha memuaskan wanita itu malam ini. Tentu saja wajah Clara jadi bersemu mendengar pertanyaan itu.

Kening mereka saling menempel dengan peluh bercucuran, dengan nafas tersengal, tatapan Clara mendadak jadi membeku. Sepasang netra itu seakan tak mampu membendung rasa bahagia, setelah sekian lama seolah rasa itu tak kunjung berbalas.

Akhirnya malam itu, Dian sungguh memperlakukannya dengan sangat istimewa.

"Apakah kau butuh jawaban atau sedang memastikan perasaanmu?"

"Butuh jawaban."

Clara melingkarkan kakinya di pinggang Dian, membuat keduanya seakan tak berjarak agar Dian dapat bergerak leluasa, menghujamkan lagi kejantanannya hingga Clara merasa sangat lelah dan tak mampu lagi rasanya mengimbangi pria yang masih nampak belum mencapai klimaksnya kali ini .

Wanita itu memejamkan matanya namun sesekali menatap pria di hadapannya, meyakinkan bahwa dia bercinta dengan orang yang benar.

"Kau pikir Sembilan tahun, waktu yang singkat hanya untuk bersenang-senang, Dian?"

"Cleer .... " Dian menggantung desahan sambil menyelesaikan segera permainan malam itu.

"Uhhh ... " Mereka saling melepas nafas panjang lalu Dian menggeser tubuhnya turun dari atas tubuh Clara yang sudah basah karena keringat dan cairan lain.

Clara bersandar di dada Dian saat mereka sama-sama merasakan gelenyar kenikmatan luar biasa malam itu. Lelah namun sama-sama terpuaskan.

Bercerita tentang banyak hal, bagaikan pasangan muda-mudi yang baru kasmaran dan melakukannya untuk pertama kali, padahal ini sudah sering mereka lakukan, hanya saja, entah.

Dian merasa sangat frustasi melihat Mika dan terpaksa menerima perjodohan orang tuanya, sedangkan Clara, wanita yang telah melewatkan malam-malamnya mengisi kesendirian dan kesepian selama ini, bagaimana akhirnya?

Ingin sekali bercerita namun untuk kali ini, dia tak tega menyakiti hati Clara. Beberapa kali dia menciumi kening wanita itu sangat dalam dan intens, dengan rasa yang memantik tiba-tiba.

"Cleer, jika ada pria yang lebih baik dari aku meminangmu, menikahlah."

Clara menarik tubuhnya dari cengkeraman tangan Dian, berjalan memungut dress untuk dia kenakan kembali, lalu ke dapur. Memasak sesuatu.

Tak ada suara, namun tiba-tiba saja Clara menangis. Sembari memasak spaghetti yang sedari tadi ingin di sajikan untuk makan malam bersama, rasanya sakit mendengar perkataan Dian.

Bagaikan di angkat setinggi langit lalu dihempas ke dasar bumi. Bekas tanda cinta di tubuh Clara rasanya masih nampak jelas terlihat akibat perbuatan Dian, bahkan kewanitaan itu bahkan masih dibasahi oleh cairan miliknya, namun pria itu malah berkata demikian.

'Sialan kau, Dian!' umpat Clara di sela tangis dalam hening dini hari itu. Tetapi dia merasakan kedua tangan Dian berada di kiri kanan seolah mengurung tubuhnya menempel di pintu kulkas berkuran besar miliknya.

"Maaf," bisik Dian dengan nada sensual yang berat dan sulit di artikan.

"Jika kau tidak mencintaiku, jangan anggap aku pun begitu padamu, Dian."

"Maaf."

Dian mendekap dengan hangat tubuh Clara, menempelkan pipi mereka sambil sesekali mengecupnya, menangkupkan kedua tangan di pipi wanita itu sambil menciumi wajahnya kemudian.

"Kamu wanita terbaik dalam hidupku, Clara."

Senyum bahagia tersungging bersamaan dengan degub jantung Dian yang terasa saat menempel di dadanya. Pria jika tak punya perasaan apapun, hanya untuk senang-senang, seharusnya tak perlu berdebar-debar ketika bersama seorang wanita.

Namun kali ini Dian sangat berbeda. Apakah hatinya yang dingin itu mulai mencair?

Entah.

"Kau sedang memasak sesuatu untuk kita malam ini, Cleer?"

Clara mengangguk dengan dagu yang masih menempel di bahu Dian, masih erat dalam dekapan pria itu.

"Aku sudah menyiapkan makan malam special tadi, tapi kau lama sekali. Jadi aku menyimpannya di dalam kulkas, akan kupanaskan agar kita bisa makan bersama," ujar Clara merenggangkan pelukan sambil tersenyum, menyentuh pipi Dian, dan pria itu menoleh mengecup telapak tangan wanita itu.

"Tunggulah di sana, akan kusiapkan," sambungnya lagi sambil mendorong tubuh Dian perlahan.

Pria itu mengambil beberapa butir buah anggur yang sudah di cuci dan sedang ditiriskan, merebahkan diri di atas sofa dan menyalakan televisi, menoton film tentang pembunuhan berencana.

Meskipun kedua matanya tertuju ke sana namun tidak dengan pikirannya, rasa resah nyatanya cukup mengganggunya malam itu. Bayangan Mika seakan berkelebatan berganti-gantian di pikirannya. Rasanya aneh saat dia mengatakan bahwa dia menyukai Dian.

Benarkah Mika pernah menyukainya?

Sial.

Kenapa jadi memikirkan gadis sialan itu, padahal sudah jelas di depan mata, ada Clara yang teruji kesetiaannya bertahan menunggu, mencintai serta menyayangi sepenuh hati. Sembilan tahun. Harusnya Clara sudah memiliki beberapa anak jika memutuskan untuk menikah dengan pria lain.

Dian memejamkan mata sejenak, tapi bayangan tentang kesehatan Mama yang sedang kurang baik serta ketidak percayaan dirinya memimpin perusahaan tanpa campur tangan sosok ibu, juga tak mampu di abaikannya.

Gila.

Dian merasa dirinya bisa gila jika begini.

Sedikit membuka mata perlahan, di meja makan nampak Clara sedang menyalakan lilin dan menuang minuman orange juice di gelas tulip berukuran besar. Sempurna.

Malam ini sungguh Clara terlihat sangat sempurna, Dian beranjak dan duduk di kursi makan masih dengan kondisi shirtless. Membuat Clara jadi tergerak ingin menggodanya, melihat dada bidang yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang menggairahkan.

"Kau memasaknya ini sendiri, Bu pemimpin redaksi yang terhormat?"

"Pakailah bajumu Pak komisaris, atau dadamu akan ku bungkus pakai serbet?"

Dian terkekeh hingga matanya tinggal segaris, membuat Clara jadi lebih gemas lagi dengan pria di balik meja makan itu. Sentuhan terakhir adalah menyalakan pengharum ruangan yang beraroma therapy nan lembut namun sangat romantic.

"Berapa lama kamu menyiapkan semua ini, Cleer?"

"Sepanjang tahun, Bos. Aku memikirkan ini sepanjang tahun ini."

"Serius?"

"Kapan aku berani main-main denganmu, Dian?"

Clara beranjak ke kamar, mengambil kaos bersih untuk Dian di lemari pakaiannya. Sedekat itu hubungan mereka, hingga Dian memang memiliki lemari khusus untuk menyimpan barang-barang pribadinya di sana.

Menghampiri pria itu, untuk menyuruhkan memakai baju namun Dian menarik pinggang Clara dengan kuat hingga duduk di pangkuannya. Menghirup tengkuk wanita itu sambil mengusap-usap wajahnya di punggung membuat Clara sangat merasa, Dian sedang ingin bermanja-manja malam ini.

"Kapan kita akan mulai makan jika kau menggangguku terus, Dian?"

Dian tertawa kecil merenggangkan tangannya yang mengerat di pinggang wanita itu, membiarkan Clara berdiri dan menuangkan makanan di piring milik Dian.

"Kau sempurna malam ini, Bu Clara Ayudia."

"Oh, anda baru sadar, Pak?" Clara tersipu lalu mengerling menggoda Dian. Seketika wajah Dian bersemu karena dia baru menyadari, satu-satunya wanita yang tak pernah menyakiti hanyalah Clara.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience