Bab 4

Romance Series 732

Bagi sebagian orang, mungkin pelecehan identik dengan wanita, dilecehkan, kehormatannya dinodai sedemikian rupa.

Lalu apakah itu hanya bisa menimpa kaum wanita?

Nyatanya tidak, pelecehan bisa menimpa siapa saja tak peduli gendernya. Bisa sangat menyakitkan dan menyisakan trauma seumur hidup apalagi bagi anak yang belum cukup kuat menerima dampaknya.

Rasa malu dan hilangnya harga diri.

Malam itu dengan debar-debar tak menentu, remaja berusia tujuh belas tahun itu melangkahkan kakinya membeli sekuntum bunga mawar mewar untuk diberikan pada Mika.

Tak ada cinta yang terpercik. Hanya rasa bahagia ingin mencoba sesuatu yang baru. Itu saja.

Menjemput Mika di rumahnya dengan sepeda motor, lalu mereka pergi untuk nonton film di studio yang terletak di salah satu mall. Film horor.

Namun bukan itu tujuannya. Mereka hanya ingin menghabiskan waktu berdua saja, sisanya lihat nanti bagaimana.

"Mika, kamu cantik malam ini," decak Dian polos dan sangat lugu.

Mika dengan polesan make up sederhana, bibir tipis warna merah jambu dan parfum lembut yang menggoda, sungguh sangat mempesona malam itu.

"Kamu kenapa baru memuji aku, Dian? Bukannya kemaren-kemaren, aku memang sudah cantik."

Dian tersipu malu, Mika mengambil helm warna pink lalu memakainya sekedar saja, saat menoleh, Dian merekatkan bagian pengaman di dagu Mika, sedikit tersentuh yang menciptakan percikan kecil di hati.

'Ah lembut sekali wajah Mika,' desahnya namun tertahan di bibir.

"Kita berangkat, Mik?"

"Oke, go on."

Mika melingkarkan tangannya memutari pinggang Dian. Menyatu di bagian depan dan sedikit menautkan jemarinya di sana.

Sangat menempelkan tubuhnya ke bagian punggung Dian hingga hampir tak ada jarak lagi di antara keduanya.

Sedikit aneh dirasakan oleh Dian, mengingat pacarnya terdahulu tak seagresif Mika, yang dengan sengaja melakukan sentuhan-sentuhan kecil yang membuat pikiran melayang kemana-mana.

Sesampainya di parkiran motor, Mika turun langsung melepas helmnya. Mengibaskan lagi rambutnya yang indah dan menguarkan harum yang menggelik indra penciuman.

"Rapi nggak rambutku, Dian?"

"Hhmm, cantik."

"Hei. Rapi nggak? Kok malah bilang cantik."

"I-iya, Mik. Kamu rapi dan cantik maksud aku."

Mika mengulum senyumnya yang menggoda. Lalu merentangkan tangan menggandeng Dian, meremas jemarinya.

Menutup mata sejenak, seakan mengalirkan hangat jiwa seorang hamba yang tergetar hatinya penuh gelora.

Malam ini Mika sungguh sangat menggoda. Body languagenya sangat menawan, berlenggak lenggok bak model yang sesekali menyunggingkan senyum menggetarkan.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience