"Angga, syukurlah hari ini kami datang kesini! Tante khawatir banget karena selama beberapa hari ini kamu gak ada kabar." ucap Tante yang menyambut kedatangan Anggara, laki-laki itu hanya menyalami tangan Tante Amel saja tanpa berkata apa-apa.
"Tadi tante ngirim pesan ada yang mau dimintai tolong, apa itu Tante?" tanya Anggara lalu Tante yang saat itu sudah berpakaian gaun merah dengan tas jinjing dan sepatu hak tinggi cuman tersenyum saja sambil memberikan kunci.
"Tante mau pergi ke acara reuni hari ini, gak bakal lama kok. Jadi Tante mau minta tolong supaya kamu jagain Sarah ya hari ini soalnya kamu kan tahu sendiri Sarah belum mau ditemani sama orang lain selain kita."
"Tapi tante udah kasih tahu Sarah kalau hari ini dijagain sama Angga?" tanya Anggara ragu, apalagi bila mengingat kejadian kemarin malam.
"Udah ijin sih, tapi tadi sarah bilangnya berani sendirian di rumah cuman masalahnya tante belum berani biarin Sarah sendirian di rumah dan ditambah lagi Tante yakinnya kalau Sara malah bakal senang dijagain sama kamu. Sarah tuh rindu banget sama kamu selama beberapa hari ini pas kamu gak ada kabar, jadi gak ada salahnya dong tante percaya sepenuhnya sama kamu." Tante amel tersenyum yakin, seolah-olah menganggap kalau Anggara adalah anak baik yang berbeda dari cowok manapun.
Anggara tak bisa berkata apapun, ia terlalu malu mengakui kalau dirinya tidak sesuai dengan pemikiran Tante Amel barusan.
"Ya sudah, ini kuncinya! Tante pergi dulu ya soalnya mobil online pesanan tante udah ada di depan perumahan," ucap Tante Amel.
"Gak naik mobil, Tante?"
"Gak dulu deh, tante mau naik mobil online aja hari ini!" jawab Tante Amel yang langsung pergi buru-buru, sampai lupa menutup pagar yang membuat Anggara terpaksa menutup pagar kembali.
Setelah itu, barulah Anggara berjalan ke dalam rumah. Kakinya memasuki rumah itu dengan langkah yang berat tetapi ia tak mungkin juga meninggalkan Sarah sendirian dirumah, ditambah lagi ia juga sudah di kasih amanah oleh Tante amel barusan .
Jadi terpaksalah Anggara memasuki rumah itu, tetapi kali ini ia enggan mengunci pintu rumahnya Sarah dan hanya ditutup rapat saja sambil berjalan ke dapur untuk meneguk Minuman .
Dan saat melangkah ke arah dapur, ia bisa melihat Sarah yang menatap terkejut padanya sampai memecahkan gelas berisi air dingin di dekat meja makan. Mata Sarah seperti orang yang marah diselimuti perasaan takut.
"Mau apa kamu kesini?" tanya Sarah yang sedikit berjalan mundur, saat itu Anggara bisa melihat jelas Sarah yang sudah berganti pakaian Gaun biru sepanjang lutut dan bandana yang membuat wajahnya sedikit segar dan rapi.
"Aku disuruh mama kamu buat jagain kamu," jawab Anggara yang juga cukup bingung harus mengatakan apa pada gadis itu.
"Aku gak butuh di jagain kamu, dasar cowok brengsek!" bentak Sarah yang sudah menelan kebencian duluan pada Anggara, bahkan secara nekatnya ia melemparkan gelas kaca yang ada dimeja kearah Anggara sampai menimbulkan bunyi keras dibagian dahi Anggara.
Anggara yang saat itu tidak sempat menghindar, hanya berteriak kesakitan selama beberapa saat. Tetapi ia tidak bisa membohongi dirinya kalau ia agak kesal pada sikap kasar Sarah yang hampir saja bisa mencelakainya.
"Tenanglah, Sarah!" ucap Anggara yang langsung melangkahi percikan kaca yang sudah berserakan di lantai akibat lemparan dari Sarah.
"Pergi sana! Jangan mendekat!" teriak Sarah yang malah seperti orang panik, ia berjalan mundur.
"Aku tahu perbuatanku kemarin itu salah, tapi tenanglah!" Anggara berusaha mendekati Sarah, lalu ia tangkap tubuh Sarah dalam dekapannya agar gadis itu bisa tenang dan tidak berbuat gila lebih jauh lagi.
Namun karena Sarah terus memberontak, terpaksalah Angga menjatuhkan dirinya ke lantai dengan posisi duduk sambil memeluk erat tubuh Sarah.
Dan tak lupa juga, Angga membekap mulut Sarah dengan tangannya agar gadis itu tidak berteriak lagi sebelum menimbulkan kebisingan sampai keluar.
"Tenanglah Sarah, aku tahu kalau kamu membenciku. Tapi tolong tenanglah!" bentak Anggara, ia sampai berkeringat hanya untuk menahan pergerakan Sarah.
Untung saja kali ini tindakannya tidak sia-sia, Sarah benar-benar sedikit tenang walau masih menangis tak karuan sampai air matanya membasahi tangan Angga yang membekap mulut Sarah.
"Aku lepasin tanganku darimu tapi tenanglah! Kau janji?" tanya Angga yang dibalas anggukan oleh gadis itu.
Lalu dengan nafas yang mulai kekalahan, Anggara benar-benar melepaskan Sarah saat itu juga.
"Jangan menangis, Sarah!" ucap Anggara sembari menghapus air matanya Sarah , ia sebenarnya tidak tega melihat Sarah saat ini akibat perbuatannya kemarin.
"Kamu jangan takut lagi ya, aku bakal bertanggungjawab untuk perbuatanku kemarin. Kamu percayakan sama aku?" tanya Anggara.
"Aku masih benci sama kamu," ungkap Sarah yang masih memperlihatkan kebenciannya pada Anggara, tetapi ia sama sekali tidak menyingkirkan tangan Anggara yang sedang menghapus air matanya.
"Aku terima kebencian kamu kok, kamu punya hak buat benci sama aku." Anggara mengelus rambut Sarah, ia bahkan memperbaiki bandana Sarah yang tadi sempat lepas.
"Kenapa kamu melakukannya? Kenapa gak sama wanita lain, kenapa harus aku?" tanya Sarah.
"Aku juga merasa bodoh, Rah. Lebih baik jangan bahas itu lagi ya!" pinta Anggara, tetapi Sarah cuman diam saja.
"Kalau gitu kamu duduk aja di sofa, biar aku bersihkan dapur ini!" Sarah cuman menurut saja, meski ia masih menyimpan keraguan pada diri Angga saat ini.
Lagian ada baiknya juga ia segera menjauh dari Angga, daripada berlama-lama di dapur sampai mengundang hawa nafsu Angga kembali. Apalagi saat ini Angga punya niat baik untuk membersihkan bekas pecahan kaca gelas yang di perbuat oleh Sarah, jadi tak ada alasan Sarah menurut saja.
Dan selama di dapur, Angga benar-benar teliti membersihkan pecahan gelas itu sampai tak ada satupun beling yang tertinggal. Lalu setelah ia rasa sudah bersih, barulah ia meneguk segelas air dari kulkas dan mengompres dahinya dengan es batu yang dibaluti oleh Kain bersih.
Dengan menahan rasa nyeri, ia mengompres dahinya yang mulai lebam. Sampai tak menyadari kehadiran Sarah yang ada disebelahnya, tanpa banyak kata Sarah langsung merampas kain berisi es itu dan bergantian mengompres dahi Anggara.
"Duduk aja , biar aku yang kompres! Kamu kan juga terluka karena ulahku," ucapnya, Angga hanya menurut saja dan menarik kursi meja makan sambil membiarkan kursinya menghadap kearah kursi Sarah.
Sarah terlihat fokus mengompres dahi Anggara, bedanya ia lebih lembut saat mengompres jadi rasa sakitnya tidak terlalu terasa dibandingkan Angga tadi.
Tetapi karena jarak mereka mulai semakin berdekatan, tak sengaja tanpa sadar lutut Sarah menyenggol kaki Anggara sampai membuat mata laki-laki itu gelagapan dan spontan menatap kebawah.
Ia bisa melihat Gaun Sarah sedikit tersingkap ke atas dan memperlihatkan bagian pahanya, sampai membuat adrenalin Anggara Mulai berpacu kembali.
Anggara langsung melirik pada Sarah yang sama sekali tidak sadar , saking fokusnya mengompres dahi Anggara. Sementara itu, Anggara berusaha berjuang menahan nafsunya agar tidak membuat kegaduhan lagi diantara mereka.
Namun entah setan apa yang merasuki Anggara, ia tak lagi kuasa meletakkan salah satu telapak tangannya diatas paha Sarah sampai membuat Sarah melotot tajam padanya dan berhenti mengompres dahi Anggara.
"Tolong jangan lakukan apapun lagi, aku mohon!"
Angga langsung menarik tangannya, "Maaf rah, aku khilaf."
"Kamu mendingan ganti baju lebih tertutup aja deh rah, entah kenapa semakin lama lihat kamu sembuh makin buat aku nafsu." usul Anggara yang juga tak mau terus-menerus tergoda pada tunangannya itu, Sarah cuman menurut saja lalu berjalan ke kamar.
"Bodoh banget Gue!" umpat Anggara pada dirinya sendiri, sambil menenangkan diri dan pikirannya.
Sialnya, belum sempat pikiran itu jernih kembali. Tak beberapa lama, suara teriakan Sarah langsung membukat Anggara panik dan buru-buru berlari ke dalam kamar tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Ada apa , Rah?" tanya Anggara.
"Tadi ada kecoak, tapi ngapain kamu masuk ke kamar?" bentak Sarah yang sontak kaget , ia langsung meraih selimut dan menutupi dirinya yang hanya menggunakan pakaian dalam.
"Jangan lihat aku kayak gitu!" ucap Sarah.
Anggara yang juga tak kalah kagetnya, langsung memejamkan mata dan menunjukkan kepalanya. Ia juga cuman refleks saja pas dengar jeritan Sarah, jadi lupa mengetuk pintu sang pemilik kamar sebelum masuk.
"Mana kecoaknya tadi?" tanya Anggara.
"Dibawah Lemari, tapi kayaknya udah pergi. Kamu keluar dulu dari sini!"
Angga cuman mengangguk saja, lalu membalikkan badan untuk segera pergi dari sana. Ia berjalan kembali ke sofa ruang keluarga dengan segala macam pikiran yang berkecamuk, tak ada lagi kejernihan didalam pikirannya sampai mengharuskan Anggara untuk mengingat rumus aljabar buat melupakan kejadian tadi.
Dan begitu ia cukup tenang, barulah ia menyandarkan kepalanya di sofa sambil menunggu kedatangan Sarah.
Share this novel