INSECURE

Young Adult Series 13761

"Kamu gak perlu insecure atau kurang percaya diri kayak gitu. Kamu itu jauh lebih spesial dibandingkan gadis manapun yang pernah aku temui, Sarah." Anggara masih mengusap air mata dari pipi Sarah sambil tersenyum lembut kepada tunangannya itu.

"Spesial apa? Aku bahkan udah gak perawan lagi. Aku itu udah rusak, Anggara! Apa yang bisa dianggap spesial dari diriku ini? Kamu lebih baik berhenti merasa kasihan dan bertanggungjawab penuh samaku, aku bukan anak-anak lagi. Justru usiaku lebih tua tiga tahun daripada kamu."

Anggara hanya bisa menghela nafas saja. Lalu, ia letakkan kedua tangannya di bahu Sarah dan menatap kedua mata Sarah dengan serius. Tak ada lagi senyuman dari sudut wajah Anggara, kali ini ia benar-benar menatap mata Sarah dengan penuh serius.

"Oke! Kau benar, rah. Selama ini aku selalu merasa kasihan dan bertanggungjawab penuh padamu, karena perbuatan kurang ajar abangku padamu. Aku benar-benar minta maaf atas perbuatannya yang sudah mencuri masa depanmu. Tapi aku ingin kau tahu satu hal, Rah. Aku benar-benar tidak mau kehilanganmu," ucap Anggara dengan tegas.

"Kenapa kamu gak mau kehilanganku? Padahal kalau kuperhatikan tadi, kau seolah-olah memiliki perasaan dengan cewek yang namanya Bella. Kau suka padanya, kan?" tanya Sarah bingung.

"Itu berbeda, Rah!" keluh Anggara yang langsung menyandarkan dahinya di bahu Sarah untuk sekedar berpikir dan menghela nafas panjang. Meskipun ini bukan kali pertamanya Anggara beradu argument dengan Sarah dan bertengkar dengan semua keraguan yang dimiliki Sarah, tapi rasanya pertengkaran hari ini jauh lebih mengesalkan dibandingkan pertengkaran yang pernah terjadi sebelumnya.

"Kenapa kamu diam? Jawab aku, Anggara!" keluh Sarah yang hanya diam mematung dan membiarkan bahunya menjadi tempat sandaran Anggara saat ini. Dia bisa mencium aroma parfum Anggara yang sangat menenangkan hatinya dan wangi rambut Anggara yang benar-benar khas dan unik.

Anggara langsung menarik diri dari bahu Sarah, "Oke, kamu benar. Aku menyukai Bella sejak pertama kali dia jadi anak baru disekolahku. Dan aku sama sekali tidak punya perasaan apapun padamu, Rah. Aku udah berusaha mencoba untuk jatuh cinta padamu, tapi rasanya terlalu sulit untuk coba mencintaimu."

Seketika hati Sarah langsung berantakan saat mendengarkan semua perkataan jujur Anggara, seolah-olah ada sesuatu yang tengah mengoyak dan merobek hatinya saat ini. Dengan sisa tenaga dan air mata yang ada, Sarah langsung berlutut diaspal gang dan menangis sekuat-kuatnya.

Baginya ini adalah pengkhianatan kedua yang dirasakannya setelah apa yang dilakukan Anggi dimasa lalu. Dan air mata yang menetes dipipi Sarah saat ini mampu membius Anggara dalam hitungan detik.

Anggara jelas sangat membenci situasi ini, ia tak suka melihat Sarah menumpahkan air mata dengan alasan apapun. Tapi ia juga tak mau lagi berbohong kepada Sarah yang suatu hari nanti akan menjadi pasangannya dimasa depan.

"Rah? Dengarkan aku! Oke, Dengarkan aku dulu!" ucap Anggara yang langsung ikut berlutut dihadapan Sarah dan mengusap air mata di pipi Sarah lagi dengan jempolnya.

"Dengarkan apa lagi, Anggara? Kamu sudah jelas bilang kalau kamu gak suka sama aku, apa lagi yang bisa kudengarkan darimu?" tanya Sarah yang benar-benar kesal dan hancur disaat yang bersamaan.

"Ya, aku gak akan menarik semua perkataan aku. Tapi, kamu harus tahu hal lain tentangku. Mungkin aku bisa mencintai wanita lain diluar sana, tapi mereka itu tidak ada apa-apanya dibandingkan kamu. Asal kamu tahu, kehilangan kamu jauh lebih menyiksaku dibandingkan kehilangan mereka. Aku bahkan gak bisa membayangkan untuk kehilangan kamu, Rah! Aku gak akan pernah siap untuk kehilangan kamu dan aku gak mau kehilangan kamu."

"Kamu gak cinta sama aku, tapi kenapa kamu gak mau kehilangan aku? Kamu itu aneh banget, Anggara!" keluh Sarah.

"Ya, aku memang aneh. Kamu boleh menilai buruk tentang aku, aku gak perduli! Satu-satunya hal yang kuperdulikan adalah kamu dan kenyataan bahwa aku adalah milikmu. Persetan dengan semua perasaan cinta, Rah! Aku benar-benar tidak mau kehilangan kamu.Kamu bisa paham, kan?" tanya Anggara dengan raut wajah yang lebih menuntut kali ini, ia mengelus-elus kedua jempol ibu jarinya kewajah Sarah dan mencoba meyakinkan Sarah bahwa gadis itu jauh lebih berharga dihidupnya dibandingkan semua orang yang pernah mengisi kehidupan Anggara.

"Tapi aku juga butuh cinta kamu, Anggara." Sarah berisik lembut kepada Anggara. Anggara hanya mengangguk saja dan mendekatkan hidungnya dengan hidung Sarah hingga ia bisa merasakan hembusan nafas dari Sarah yang menyentuh wajahnya.

"Ya, aku janji akan belajar mencintai kamu. Lagipula aku adalah milikmu selamanya. Tapi tolong berhenti meragukanku lagi, Rah. Dan aku benar-benar minta maaf sudah membuatmu menangis seperti ini. Aku gak bisa melihat kamu menangis juga."

"Makasih, Angga." Sarah memeluk Anggara dengan erat. Dimana Anggara langsung membalas pelukan dari Sarah dengan lebih erat sambil memainkan rambut panjang Sarah seperti biasanya. Cukup lama mereka berpelukan, sampai akhirnya Anggara melepaskan pelukan itu dan memberikan kecupan singkat di dahi Sarah dengan tulus.

"Kalau gitu kita pulang sekarang, ya? Kita makan malam dirumah kamu sambil aku menemani kami buat nonton televisi sampai kamu tertidur."

"Aku gak mau nonton hari ini, Anggara. Aku mau belajar menggambar lagi. Boleh aku menggambar kamu untuk kali pertama?" tanya Sarah yang sudah mulai bisa tersenyum dan melupakan kesedihannya.

"Ya, tentu saja. Kamu boleh menggambar aku sepanjang hari, aku rela kok jadi objek gambar kamu dan berpura-pura diam sampai berjam-jam." Anggara mengangkat alisnya sambil mengedipkan mata untuk Sarah. Sarah tak bisa berhenti tersenyum senang.

"Ya udah, lebih baik sekarang kita pulang saja! Aku udah gak sabaran nih buat jadi model kamu." Anggara langsung berdiri sambil menbantu Sarah untuk berdiri dengan meraih tangannya. Lalu, ia langsung menyalakan motornya kembali dan mengendarai motor menuju rumahnya Sarah.

Sementara itu, Bella yang sejak awal menyaksikan mereka dari kejauhan hanya bisa tertegun di sudut jalan dengan air mata yang mulai menetes perlahan-lahan. Dia tidak bisa membohongi perasaannya bahwa ini adalah kali pertama ia merasakan patah hati selama ia mencintai seseorang. Dia seolah-olah bisa memiliki hati Anggara, tapi tidak dengan wujud fisik dari Anggara sendiri seusai mendengarkan percakapan antara Anggara dan Sarah sebelumnya. Dan dengan perasaan yang sudah hancur, ia berjalan kembali kearah tukang es kelapa dengan air mata yang masih dibanjiri air mata sambil bergumam pelan kepada dirinya sendiri.

"Kau benar-benar menyedihkan, Bella. Kau mencintai kekasih orang lain."

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience