Malam ini hujan turun begitu deras, disusul oleh suara rintihan airnya yang membasuhi bumi dan kibasan angin yang menari-nari disepanjang jalan.
Anggara merebahkan diri diata ranjang sambil menatap layar handphone, ia sendiri bingung sejak pulang tadi dan kedua matanya sibuk memandangi layar handphone yang menampilkan pesan kontak dari Bella.
Ia sebenarnya ingin meminta Bella untuk berhenti, tetapi ia masih belum berani memberikan statusnya yang sudah dimiliki oleh orang lain kepada siapapun termasuk juga Bella.
Cukup lama ia termenung, sampai suara pintu dibuka keras oleh sosok Anggi yang baru saja keramas dengan handuk hitam yang menempel di lehernya.
"Gue perlu bicara sama loe!" tukas Anggi.
"Gue gak ada Waktu, mendingan loe keluar dari kamar gue sekarang!" Anggara masih terbaring sambil tetap memejamkan matanya.
"Gue tadi mau jumpain Sarah," beritahu Anggi yang membuat Anggara langsung bangkit saat itu juga , matanya tampak membelalak dan siap menerkam.
"Apa maksud loe?"
"Gue tadi mau jumpain dia, tapi gak jadi karena gue lihat kalian berduaan di Taman dan gue gak terima."
Anggara tersenyum geli mendengar pernyataan Anggi, "Loe cemburu? Gak salah itu?"
"Emangnya salah kalau gue masih cinta sama Sarah?" tanya balik Anggi yang seolah-olah tidak tahu diri.
Anggara mendekat dan menepuk bahu Anggi, "Kalau memang cinta, kenapa loe tinggalin dia sendirian setelah loe puas nikmatin dia?"
"Loe gak perlu sok baik deh, dek. loe sendiri pasti udah kan nikmatin tubuhnya?" Anggara yang geram langsung menarik kerah baju Anggi, tapi sama sekali tak ada perlawanan dari Anggi selain senyuman yang menyeringai tajam.
"Gue rasa cuman buang-buang waktu aja ngobrol sama orang kayak loe, tapi yang jelas Sarah itu Tunangan gue jadi loe bakal berhadapan sama gue kalau sampai nyakitin dia lagi. Dan jangan harap muncul kembali dihadapan!" peringat Anggara yang masih sabar menahan emosinya.
"Loe sok jadi superhero kesiangan dia, Angga. Emangnya gak lelah?" tanya Anggi tajam, lalu ai berusaha melepaskan tangan Anggara dari bajunya.
"Dan gue gak takut ancaman loe, gak bakal ambil lagi Sarah dari tangan loe. Lagian dia juga sempatkan mengandung anak gue yang udah keguguran itu! Jadi loe gak berhak ngatur-ngatur gue kalau memang gue jatuh cinta lagi sama dia," ancam Anggi yang langsung pergi dari sana, Awalnya Anggara cuman terdiam sejenak untuk menenangkan dirinya. Tetapi amarahnya itu tak kunjung padam, sampai dia menutup kembali kamarnya dan memukul tangannya di dinding sebelah pintu sampai lebam.
"Dasar sialan!" ucapnya pelan , yang mana di saat bersamaan ada Bella yang meneleponnya.
"Apaan?" tanya Anggara yang masih kesal.
"Aku mau bahas masalah kita, Angga!"
"Maaf Bel, gue gak punya banyak waktu bahas ini. Lagian kan udah gue bilang kalau gue gak tertarik sama loe, jadi loe bisa berhenti dibanding patah hati nantinya gara-gara gue."
"Tapi kenapa? Kenapa loe gak mau gue perjuangin?"
"Mendingan loe tidur aja deh sekarang, udah malam juga nih dan besok loe bisa belajar lipain gue." Anggara berusaha mengalihkan percakapan, ia juga gak pengen bertengkar dengan Bella .
"Gak bisa Angga, loe jangan seenaknya dong. Loe kan tahu cinta itu hak setiap orang dan semua orang berhak mencintai orang lain dan loe gak berhak meminta gue buat gak cintai loe lagi apalagi melarang gue memperjuangkan loe!"
"Untuk apa, Bella? Kalau nantinya ada yang tersakiti karena perasaan cinta loe. gue juga gak mau dimiliki oleh loe sampai kapanpun," Anggara terlihat sudah kehilangan kesabaran, ia tak pandang bulu untuk berbicara kasar kecuali bila dihadapkan dengan Sarah.
"Maksudnya gimana? Loe kok ngomong seakan-akan loe udah ada yang punya?"
Angga terbungkam sejenak, matanya seperti mencari sesuatu untuk merangkai kata.
"Gue matikan ya!" ucapnya , lalu mematikan panggilan itu dan berniat melemparkan ranjang ke laptop. Namun belum sempat menutup panggilan, tiba-tiba ada panggilan telepon dari nomor handphone Tante Amel.
Saat Anggara mengangkatnya, terlihat video call dari Sarah dari sana.
"Kenapa,Rah?"
"Boleh titip novel di toko buku?"
"Boleh sih, tapi kenapa kamu bisa video call dari handphone mama kamu?"
"Iya , tadi aku pinjem sih buat telepon kamu."
"Jadi, mana mama kamu sekarang?"
"Mama lagi nonton TV, sih. Oh iya kamu baik-baik aja kan? Kok wajahnya kelihatan habis marah gitu, Angga," Sarah yang sudah cukup mengenal Anggara bisa tahu kalau Anggara sedang tidak baik-baik saja. Apalagi dia sudah lama jadi mantan kakak iparnya Anggara dan kini statusnya sebagai Tunangan Anggara.
"Gak apa-apa kok, cuman masalah sedikit." Anggara menguncinya pintu , dan kembali berbaring diatas ranjang.
"Masalahnya karena aku ya?"
"Bukan dong Rah, " jawab Anggara berbohong, ia tak mau Sarah sampai tahu kalau dirinya bertengkar dengan Anggi yang masih menginginkan Sarah kembali.
"Beneran?" tanya Sarah lagi, Angga tetap mengiyakan saja.
"Yaudah kalau gitu, aku tutup ya soalnya ntar lagi juga Mama bakal minta hp nya."
"Tunggu, Rah!" tukas Anggara spontan, Sarah langsung menurut seperti biasanya dan mengurung niat untuk menutup video call tersebut.
"Gak jadi deh, Rah. Kayaknya aku belajar aja deh." urungnya yang hanya tersenyum saja, tetapi Sarah sudah keburu peka akan hal itu.
"Kamu ada masalah ya, Angga?"
"Gak kok, Rah." jawab Anggara dengan lembut.
"Aku ngerti kok tadi kamu minta apaan dan aku langsung sadar kalau kamu pasti ada masalah lagi, kali ini kamu penasaran soal apa?" tanya Sarah.
"Gak ada kok, Rah. Udah gak usah dibahas, lagian kejadian tadi itu lupain aja dan aku juga gak mau sampai terulang lagi." Anggara masih berusaha tetap pada pendiriannya.
"Baguslah kalau gitu, Angga." Sarah tersenyum lega awalnya, tetapi saat ia kembali ingin menutup panggilan itu tiba-tiba saja Anggara kembali Menahannya sekali lagi.
"Tapi aku penasaran Rah, boleh gak terakhir kalinya?"
"Penasaran apa? Kita kan jauh?"
"Video call sex? Bisa Rah? Terakhir kali aja," bujuk Anggara, ia sendiri juga cuman pernah dengar tentang Video call sex itu , tetapi belum pernah tahu ataupun melihat dan merasakannya. Maklumlah usia pubertasnya benar-benar telah kelewatan saja padahal dulu Anggara tidak seperti ini.
"Nanti kalau ketahuan Mama, gimana? Lagian aku juga baru minum obat dan lumayan agak ngantuk."
"Aku tahu, Rah. Tapi kamu terlalu indah buat aku," rayu Anggara, seolah-olah amarahnya mulai berganti menjadi nafsu.
"Caranya gimana?"
"Kita buka baju bareng-bareng, gimana?" Ajaknya yang langsung membuka baju tanpa pikir panjang lagi, lalu ia melirik kepada Sarah yang ada diseberang panggilan dan masih terdiam menatap tubuh putih Anggara.
"Giliran kamu, Rah!" perintah Anggara, cukup lama Sarah berpikir ulang tetapi desakan dari Anggara terus-menerus membuatnya harus mengalah lagi kali ini. Setidaknya Anggara jauh lebih baik dari Anggi, ia juga bersyukur ada yang mau bertanggungjawab padanya dan sampai detik ini hanya itulah pemikiran yang membekas di kepala Sarah selain rasa cintanya pada Anggara yang mulai tumbuh.
Sarah sendiri tak melepaskan pakaiannya sama sekali, seperti instruksi dari Anggara yang hanya meminta tubuh Anggara saja untuk melihat saja saat ini.
"Rah, masturbasi dong!"
"Apa itu?"
"Aku pernah dengar dari kawanku sih, katanya kamu coba rangsang diri kamu sendiri dengan cara kami mainkan bagian sensitif kami."
Sarah cuman mengangguk saja, ia duduk dikursi Rias dan letakkan handphone dimeja. Lalu dengan instruksi dari Anggara, ia mainkan Bagian kewanitaannya selama beberapa menit sampai mulai merasa orgasme dan mengigit bibirnya sendiri. Sementara itu, Anggara tampak menikmati tontonan tersebut dari video call .
"Mendesah, Rah!" perintah Anggara, tak lama suara desahan Sarah mulai terdengar pelan sambil ia menyilangkan kedua kakinya karena tak tahan. Bahkan ia biarkan tangannya mulai dipenuhi Cairan putih saat itu.
Dan perlahan-lahan ia sendiri tak lagi melirik kearah Anggara yang ada di seberang kamera karena sibuk memberikan tontonan memuaskan untuk Anggara.
Tetapi suara Tante Amel yang terdengar kencang memanggil Sarah langsung membuat panik keduanya, Sarah langsung mematikan Panggilan tersebut dan tak tahu lagi apa yang terjadi saat itu selain Anggara yang cuman bisa terbaring khawatir pada Sarah.
Untung saja dilain sisi, Sarah segera meletakkan handphone di meja rias dalam keadaan mati dan berlari ke toilet sebelum mamanya masuk. Kalau saja ia telat semenit, kemungkinan mereka bakal ketahuan.
Tapi satu hal yang belum disadari oleh Anggara, Gadis itu menangis semalaman di balik selimutnya karena merasa tertekan pada perbuatan Anggara sejak tadi siang. Namun ia takut kalau penolakannya malah membuatnya semakin menyesal atas pengorbanan Anggara selama ini.
Bahkan Sarah sudah ada berkali-kali membersihkan dirinya di shower karena merasa kotor dan hina kalau dipikir-pikir sebelum melakukan video call tadi .
Share this novel