KALAU BUKAN JODOH

Young Adult Series 13382

"Bagaimana Dok?" tanya Tante Amel, begitu Dokter susi keluar.

"Sudah saya beri obat penenang kok tapi dosisnya agak saya tinggikan ya, saat ini Sarah sedang istirahat dan kalau bisa jangan membicarakan topik yang membebani pikirannya dulu ya." jelas Dokter Susi panjang lebar.

"Oh iya kamu yang namanya Anggara ya?" tanya Dokter susi yang langsung mengalihkan pandangannya pada Anggara.

Anggara hanya mengangguk saja tanpa mengatakan sepatah katapun, lalu ia lihat Senyuman ramah Dokter susi yang sedikit membuat rasa bersalahnya berkurang.

"Tadi Sarah sempat bilang ke saya kalau dia minta maaf karena udah melukai kamu, luka kamu udah diobatin kan?" tanya Dokter susi.

"Udah kok dok, tadi tante Amel yang bantuin." ucap Anggara seraya menunjukkan kedua telapak tangannya yang telah diperban.

"Kalau gitu ini saya kasih resep obat pereda nyeri, walaupun lukanya kecil tapi lain kali jangan coba-coba ya berani memegang pisau kayak gitu. Bahaya loe!"

"Baik Dok." jawab Singkat Anggara, ia langsung mengambil kertas resep pemberiannya Dokter Susi.

"Kalau gitu saya pergi dulu ya." ucapnya yang kemudian beranjak pergi dari sana.

"Anggara, sini resepnya biar tante belikan sekalian aja, kamu bisa kan sebentar jagain Sarah?"

Anggara hanya mengangguk saja, lalu melihat Tante Amel berjalan menemani Dokter Susi keluar rumah.

Sebenarnya bisa saja ia menolak tawaran Tante Amel, tetapi ia tahu pasti wanita itu butuh udara segar untuk menjernihkan pikirannya karena masalah tadi dengan dalih ingin membeli obat Anggara di apotek terdekat.

Dan begitu ia memastikan rumah telah kosong, ia langsung masuk kedalam kamar Sarah seperti biasanya.

Sepertinya hampir setiap hari Anggara selalu menemani gadis itu dikamarnya, bukan tanpa alasan tetapi memang kenyataannya Sarah belum berani keluar karena masih terlalu takut melihat dunia luar.

Anggara menutup pelan pintu kamar Sarah, lalu ia berjalan perlahan-lahan ke ranjang Sarah yang sedang memejamkan mata disana.

Entahlah apakah Sarah memang benar-benar tertidur saat ini atau hanya tengah berpura-pura memejamkan mata saja, namun yang jelas Anggara tetap berpikiran positif saja dan menganggap kalau Sarah telah tertidur.

Dia terduduk disebelah Sarah, posisinya yang setengah duduk dengan menyandarkan diri di bagian Headboard yang memang fungsinya untuk menopang kepala atau punggung saat bersandar.

Lalu ia mengelus-elus kepala tunangannya itu sembari memejamkan matanya disana, mencoba untuk mengistirahatkan dirinya sejenak sebab entah kenapa rasanya hari ini benar-benar hari yang sungguh melelahkan bagi Anggara.

Termasuk juga perasaannya yang ikut merasakan lelah, dan kini ia mulai menyadari kalau ternyata statusnya yang merupakan tunangan dari seseorang bukanlah sesuatu yang sangat menyenangkan dimana ia memiliki tanggungjawab yang besar terhadap Sarah termasuk juga tanggung jawab untuk menjaga perasaannya dari gadis manapun.

"Anggara?" suara lemah Sarah membangunkan lamunan Anggara, cowok itu langsung menoleh kearah Sarah yang mendongak kepadanya.

"Iya." jawab Anggara seraya tersenyum, ia tidak bisa menyembunyikan perasaan senangnya saat melihat kondisi mental Sarah mulai pulih berbeda seperti sebelumnya yang rasanya terasa sesak sampai ia sendiri tidak bisa lagi membayangkan apa yang saat itu terjadi.

"Boleh nyayikan aku lagu? aku pengen dengar suara kamu." ucap lembut Sarah, gadis satu-satunya yang berhasil membuat Anggara menurut tanpa ada sekalipun perlawan ataupun penolakan darinya sendiri.

"Boleh, tapi kamu tidur lagi ya." Anggara masih tetap membelai kepala Sarah.

"Iya." Sarah meraih tangan Anggara yang saat ini membelainya, lalu ia genggam erat tangan itu seakan-akan ia merasakan kehangatan dari tangan tunangannya itu seraya memejamkan mata sesuai dengan keinginan Anggara sebelumnya.

" Selama jantung ini berdetak, Ku akan selalu menjagamu Hingga akhir waktu." Anggara berhenti sejenak, melihat sekilas pada Sarah yang tersenyum senang saat mendengarkan suara lembut Anggara yang menghangatkan jiwanya.

"Kok diem? lanjut lagi Anggara." ucap Sarah, cowok itu tak menjawab dan hanya berdehem saja sebagai isyarat mengiyakan permintaan Sarah.

"Selama nafas ini berhembus
Tak akan ada cinta yang lain, Hingga Tua Bersama Ku akan selalu menjagamu
Hingga akhir waktu." Sambungnya lagi, rasanya ruangan kamar Sarah dipenuhi oleh gema suara indah Anggara yang pastinya telah membuat Baper Sarah.

Saat ini Anggara tidak perduli dengan perasaannya terhadap Sarah, baginya hanya bisa melihat senyuman Sarah saja sudah menyejukkan hatinya walaupun sebenarnya lagu itu tidak bisa menjamin kalau bisa saja hatinya memaksa ia untuk mendua dengan gadis lain kelak.

Mungkin satu-satunya harapan yang bisa ia impikan saat ini adalah bisa mencintai Sarah seperti yang seharusnya, mungkin saja rasanya akan terasa sangat bahagia bila ia bisa mencintai gadis itu.

"Lagunya dalam banget, aku sampai terharu dengarnya." ucap Sarah yang masih tetap memejamkan matanya seraya menggenggam erat jemarin Anggara.

"Anggara?" Anggara hanya berdehem saja, menatap kembali Sarah yang tidak jadi tertidur.

"Menurut kamu, apa artinya aku dimata kamu?" tanya Sarah, tentu saja itu adalah pertanyaan yang cukup mengejutkan tetapi entah kenapa pertanyaan ini tidaklah membutuhkan jawaban yang sulit bagi Anggara.

Dia tersenyum sejenak, " Kamu itu terlalu berharga dimata aku, kamu adalah bagian dari masa lalu yang harus aku lindungi dan rencana dari masa depan yang sengaja tuhan kirimkan kepadaku."

Anggara menggunakan tangan sebelahnya untuk mengelus wajah Sarah, setidaknya ia memiliki perasaan nyaman saat bersama gadis ini.

"Bagaimana kalau ternyata aku bukanlah bagian dari masa depan kamu?" tanya Sarah lagi yang membuat Anggara menghela nafas panjang, bukan karena ia kesal ataupun marah tetapi ia takut kalau bisa saja jawabannya malah menyakiti perasaan Sarah sebab tahu sendirilah bagaimana julid dan sarkasnya omongan Anggara yang memang sebenarnya selalu ia saring ketika bersama Sarah, tetapi bisa saja secra tidak sengaja ia malah berkata kasar.

"Coba kamu duduk!" perintah Anggara.

Sarah tidak menolak, ia langsung menurut dan kini keduanya kembali berhadapan untuk yang entah keberapa kalinya.

"Coba kamu pejamkan mata kamu!"

Maira menurut dan langsung memejamkan matanya.

"Buka mata kamu!" Maira kembali menurut.

"Apa yang kamu lihat?"

"Kamu."

"Aku janji sama kamu kalau aku akan selalu ada didekat kamu selamanya dan aku gak bakal pernah menghilang sekalipun dari pandangan kamu, jadi kamu gak perlu khawatir aku bakal ninggalin kamu karena sampai kapanpun aku bakal jadi milik kamu."

"Aku gak tahu apakah perkataan kamu saat ini memang tulus atau bukan, tetapi ucapan kamu barusan benar-benar membuat aku jadi wanita paling beruntung didunia ini." Sarah menempelkan sebelah jemarinya diwajah Anggara, ia tidak percaya kalau sebegitu beruntungnya ia bisa memiliki Anggara dikehidupannya.

"Aku janji bakal berusaha untuk hidup normal kembali, aku gak mau buat kamu lelah." lirihnya yang kini beradu pandang secara langsung pada Anggara.

"Aku juga bakal berusaha buat kamu jatuh cinta sama aku, supaya kamu gak perlu tersiksa kayak gini."

Sarah melepaskan tangannya dari pipi Anggara, tetapi keburu ditahan Anggara.

"Maaf ya udah buat kamu terluka." sesal Anggara yang merasa bersalah karena gagal mencintai Sarah.

"Gak apa-apa kok, dulu juga aku pernah gak mencintai seseorang yang sama sekali gak punya rasa sama aku sampai tega memanfaatkan aku."

Sebuah perkataan yang sebenarnya menjurus kepada Anggi, kakak laki-laki Anggara yang masih teramat dibenci oleh Sarah.

Dan Anggara menyadari hal itu, ia sudah cukup lama mengenal Sarah dan ia sangat memahami bagaimana akhirnya Sarah akan menangis setelah usai menyinggung Anggi dalam pembicaraan mereka.

Oleh karena itu, sebelum Sarah sempat meneteskan air mata. Dengan cekatan Anggara menggunakan otaknya untuk memperbaiki suasana hati Sarah.

"Coba kamu pejamkan mata kamu sekali lagi!" perintah Anggara secara tiba-tiba , untungnya Sarah masih mau menuruti perkataan Anggara.

Anggara langsung beranjak dari Ranjang menuju meja rias milik Sarah, ia ambil sebuah bandana berbentuk telinga kelinci dari sana lalu ia kenakan saat itu juga.

Dan tebak apa yang dilakukan oleh Anggara selanjutnya? Yups, ia mengambil kotak make up Sarah dan diletakkannya di sebelah Sarah lalu ia mengambil beberapa pernak-pernik rambut lagi sebelum akhirnya ia kembali duduk didepan Sarah.

"Buka mata kamu!" ucapnya, Sarah mengangguk dan menurut saja.

"Selamat Sore mbak cantik, perkenalkan nama aku kelinci Anggara yang punya wajah rupawan dan mempesona." Anggara bersikap seperti kelinci yang membuat Sarah tersenyum geli mengamati tingkah Anggara.

"Hai Kelinci Anggara, salam kenal." ucap Sarah yang langsung peka dan ikut terlibat dalam skenario yang sedang dimainkan Anggara.

"Salam kenal juga mbak cantik." ucap Anggara.

"Oh iya mbak, hari ini kelinci Anggara pengen dimake up sama mbak." Anggara menunjuk kearah kota make up itu.

"Boleh kan mbak? tapi make upnya harus cantik ya kayak Chanyeol EXO atau gak Yoona SNSD." Sarah mengangguk setuju tetapi ia tidak bisa menghentikan senyuman gelinya dari Anggara.

"Memangnya gak apa-apa aku dandanin kamu?" tanya Sarah lagi.

"Aku justru senang di dandanin sama mbak cantik, soalnya kata Om Anggara kalau mbak cantik ini jago banget dandanin orang."

"Yaudah kalau gitu aku dandanin kamu deh, soalnya Anggara udah rekomendasiin ke kamu juga sih." Sarah masih merasa geli, sama halnya Anggara yang juga ikut tersenyum bila membayangkan dirinya sekarang yang seperti orang aneh.

"Kalau gitu aku mulai ya." Anggara hanya mengangguk saja dan membiarkan Sarah mengotak-atik wajahnya.

Meskipun sebenarnya ia tahu kalau Sarah tidak terlalu ahli berdandan, tetapi demi gadis itu Anggara rela deh wajahnya di buat belepotan oleh Sarah.

Selagi Sarah senang maka abang Anggara juga ikutan senang, sesekali berkorban juga tidak masalah walaupun Anggara tidak suka wajahnya dibuat belepotan sama sekali.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience