Anggara berniat ingin menjelaskan seluruhnya pada Sarah, tetapi gadis itu sama sekali tak berniat untuk mendengarkan penjelasan Anggara. Bahkan sejak Anggara datang menjemputnya beberapa saat yang lalu, ia sama sekali berusaha menghindari topik tersebut dan langsung buru-buru meminta Anggara mengajaknya pergi dari Rumah.
Entah apa yang sebenarnya ditakutkan Sarah saat ini, tapi yang jelas Sarah tak bisa menyembunyikan perasaan cemburu yang sangat besar terhadap sosok wanita yang bernama Bella itu. Dengan mendengarkan suaranya saja, ia bisa tahu kalau Bella adalah orang yang paling dekat dengan Anggara selama disekolah ataupun diluar sekolah.
"Sarah?" panggil Anggara yang sudah memarkirkan motornya di basement parkir Mall, sepertinya gadis itu terlalu banyak melamun sampai tak sadar sama sekali kalau keduanya telah sampai di Mall.
"Maaf, aku banyak melamun." Sarah langsung turun dari motor.
"Kamu baik-baik aja kan? Kalau kamu ketakutan atau serangan panik kamu kambuh secara mendadak, kamu bisa kasih tau aku ya! Pokoknya kamu jangan jauh-jauh dari aku ya," ucap Anggara yang penuh perhatian, gadis manapun akan menaruh hati dengan cowok perhatian sepertinya.
"Kamu perhatiannya cuman sama aku dong atau gadis lain juga?" tanya Sarah lembut, tapi sebenarnya itu terasa seperti sebuah sindiran kecemburuan yang membuat Anggara merasa tidak enak.
"Lupakan, kita gak perlu bahas kayak gitu disini. Yaudah ayo masuk, aku mau beli beberapa aksesoris juga supaya tambah cantik." Sarah langsung menarik pelan tangan Anggara, sementara itu Anggara sendiri merasa bingung mau mulai dari mana untuk menjelaskan masalah ini dengan Sarah.
Dan karena kebingungannya inilah, situasi kencan mereka saat ini tidak baik-baik saja. Sarah terlalu banyak diam saja ditambah lagi ia tampak hilang minat untuk melihat aksesoris wanita yang menjadi salah satu hobinya.
Namun sisi positifnya, Sarah menjadi tak fokus pada rasa traumanya karena lebih sering melamun jadi ia sama sekali tak mengalami serangan panik.
Hingga akhirnya sebuah momen tak disengaja mengembalikan kepercayaan diri Sarah kembali setelah hampir beberapa jam lamanya ia terperangkap pada ketidakpercayaan diri dengan sosok Bella yang sama sekali tidak dikenalinya. Dimana saat ini Sarah sedang mencoba memakai dress biru yang ada disalah satu ruang ganti baju Mall, tapi sepertinya ia sedikit kesulitan untuk mengancing bagian resleting belakang baju dan tatkala ia melihat keluar ruang ganti baju tersebut ia sama sekali tak menemukan staff toko karena kebanyakan staffnya sedang sibuk membantu pengunjung lain yang tengah ramai membeli. Beruntungnya saat itu ada Anggara yang tak sengaja melihat kebingungan Sarah, ia pun langsung mendekati ruang ganti pakaian gadis itu.
"Kamu kenapa? Ada yang mau kubantu?" tanya Anggara yang sudah berada di depan Sarah.
"Resleting bajunya kayaknya macet deh, tapi tanganku gak sampai jadi bisa gak tarikan ke atas?" tanya Sarah yang sebenarnya ragu.
"Yaudah, sini aku bantu!"
"Tapi janji ya kamu gak macem-macem?" tanya Sarah yang masih ragu.
"Iya, yaudah sini aku bantu! Aku izin masuk ya, kamu udah berpakaiankan?" tanya Anggara yang dibalas anggukan oleh Sarah.
Anggara pun masuk seenaknya kedalam ruangan berbentuk persegi itu, Dimana ada sebuah cermin besar dihadapan mereka saat ini. Lalu tanpa banyak tanya, Anggara berusaha membantu Sarah untuk mengancing dress tersebut dimana posisi Sarah menghadap ke cermin sementara Anggara berada dibelakangnya.
"Jangan sampai koyak ya!" tukas Sarah.
"Rambut kamu tolong diangkat bentar, Rah!" pinta Anggara yang merasa terganggu oleh rambut Sarah, jadi mau tak mau Sarah menaikkan rambutnya keatas sampai memperlihatkan leher Sarah seutuhnya dan bagian punggung Sarah yang masih belum tertutupi dress yang belum terkancing seutuhnya.
"Badan kamu bagus," gumam Anggara yang tak sadar tengah memuji kembali keindahan tubuh Sarah.
"Makasih," jawab Sarah yang jelas saja tak berhenti tersenyum mendengarnya.
"Gimana? Susah ya resletingnya?" tanya Sarah lagi.
"Kayaknya udah susah nih, Rah. nanti takutnya koyak malahan. Tapi coba aku usaha sekali lagi ya," ucap Anggara yang tak mau juga mematahkan keinginan Sarah, lalu ia pun mencoba sekali lagi untuk menarik keatas resleting tersebut sampai tak sengaja jarak diantara keduanya sudah sangat dekat dan membangunkan area kepemilikannya.
Lalu entah setan apa yang merasuki Anggara saat ini, tangan kirinya malah berjalan seenaknya merayap kebagian selangkangan Sarah sambil meletakkan dagunya di atas bahu Sarah.
Sarah tampak kaget, tapi seperti biasanya ia tak sanggup untuk sekedar berteriak ataupun melawan. Dia hanya bisa diam mematung saat ini sambil memejamkan kedua matanya, sejenak rasa cemburunya terhadap Bella ataupun Anggara mulai menghilang dalam sekejap.
"Kamu cantik banget, Rah." Anggara tak berhenti memuji Sarah saat ini, ditambah lagi tangan kanannya juga mulai berusaha menjangkau pintu ruangan dan menguncinya dari dalam.
Lalu ia mendorong Sarah maju lagi kedepan cermin untuk memberikannya ruang buat beraksi, tangan kirinya terus bermain dibagian selangkangan gadis itu sampai membuat Sarah terpaksa mengigit bibirnya agar tak bersuara walaupun sebenarnya suara mereka kedap suara sebagai bentuk privasi layanan toko kepada para pengunjung yang tengah ganti baju.
Lalu secara tanpa izin, Anggara memeluk Sarah dari belakang dan meremas bagian paha Sarah seperti orang yang penuh nafsu. Ia tampak menikmati momen itu kembali dengan suka cita saat ini.
Kini nafas berat Anggara mulai terdengar ditelinga Sarah, ia semakin memejamkan matanya dengan keras karena merasa tak sanggup lagi untuk menghentikan tingkah gila Anggara. Dan tangan kanan Anggara perlahan merayap turun untuk bergabung dengan tangan kirinya kembali, ia tampak puas menyandarkan dagunya dibahu Sarah sementara itu kedua tangannya tengah asyik menikmati bagian intim yang seharusnya tak pantas untuk di datangi saat ini.
Anggara mulai memasukkan kedua tangannya kedalam celana dalam Sarah yang lumayan sempit, ia mulai berkelana menjadi pemburu liar saat itu seolah-olah tengah menikmati waktu santapannya. Bola matanya tampak mulai melebar puas, lalu ia memainkan setiap jemarinya dibagian hutan belantara tersebut sampai hujan perlahan-lahan membasahi sekujur jemari sang Pemburu.
Untungnya tak sampai berkelana terlalu dalam, Anggara langsung tersadar dan menghentikan aksi gilanya itu. Ia langsung menarik kembali tangannya yang sudah sedikit basah akibat cairan putih milik Sarah, lalu ia membalikkan tubuh Sarah menghadap kearahnya.
"Maafkan aku," lirih Anggara yang mulai merasa bersalah.
"Tapi jujur, aku cuman terangsang saat bersamamu saja. Aku harap kamu gak perlu menaruh curiga sama gadis lain termasuk juga Bella, aku cuman mau kamu tahu kalau aku itu milikmu selamanya. Kamu paham kan?" tanya Anggara yang di balas anggukan oleh Sarah, walau sebenarnya mata gadis itu telah berair karena menangis.
"Harusnya kamu gak perlu nangis, Rah. Maaf ya," ucap Anggara yang langsung mengelap air matanya Sarah, tetapi lagi-lagi ia tampak terangsang oleh bibir imutnya Sarah dan tanpa aba-aba ia langsung mencium bibir gadis itu sambil mendorong Sarah kebagian sisi dinding ruangan ganti baju tersebut.
Anggara terus memberikan ciumannya kepada Sarah, bahkan ia tak sadar ciumannya itu telah menyemprotkan banyak ludah ke sekujur wajah Sarah sampai akhirnya panggilan telepon dari Tante Amel menghentikan tindakannya Anggara.
Anggara buru-buru menerima panggilan tersebut, seraya tersenyum geli melirik Sarah yang juga tampak tertawa bila mengingat reaksi kaget Anggara saat mendapatkan panggilan tersebut.
Share this novel