BUKAN TIPE GUE

Young Adult Series 13853

Seharian penuh Anggara melamun di kelas, sampai-sampai membuat Bella merasa khawatir kepadanya. Bahkan bekal yang sengaja dibawakan oleh Bella untuk disantap oleh Anggara saja sampai tak tersentuh sedikitpun.

Entah apa yang saat ini dipikirkan oleh Anggara, selain perasaan sesalnya yang merasa malu pada dirinya sendiri karena telah berbuat kejam pada Sarah kemarin.

"Kamu ada masalah ya?" tanya Bella yang langsung membuyarkan lamunan Anggara.

"Enggak, maaf ya kayaknya gue gak nafsu makan. Jadi , bekalnya ambil balik aja lagi." ucap Anggara yang langsung menyodorkan kembali Bekal itu kepada Bella yang seja tadi duduk dihadapannya.

Kali ini sikapnya sedikit berbeda dari beberapa hari yang lalu, sepertinya ia sedang tidak ingin berbicara pada Bella. Tetapi bukan Bella namanya kalau menyerah begitu saja, sebab tak beberapa lama Bella langsung menyendokkan nasi kehadapan Anggara.

"Dari pagi kamu belum sarapan, ayo makan dulu!" pinta Bella, tentu saja Anggara merasa cukup malu detik itu juga. Apalagi beberapa teman kelasnya yang kebetulan berada didalam kelas langsung menatap kearah mereka saat melihat aksi romantis Bella.

"Apaan sih, Bel. Udah sini gue aja yang makan sendiri," tukas Anggara yang buru-buru merampas sendok itu dari tangan Bella. Lalu mau tak mau , terpaksa laki-laki itu menyantap makanan bekal tersebut ketimbang harus melihat tingkah Bella yang sangat berlebihan.

Walau sebenarnya ia juga tak bisa memungkiri kalau dirinya suka mendapatkan perhatian dari Bella, namun matanya tak bisa berbohong kalau nafsu yang ada didirinya sama sekali tidak tertarik pada Bella meski sebenernya ia juga mulai menaruh hati pada perhatian gadis itu.

Entah kenapa setiapkali berada didekat Bella dan Sarah terasa berbeda, bila Bella sering memberikan rasa bahagia selayaknya jatuh cinta remaja SMA maka Sarah malah lebih memberikan rasa nyaman dan kegilaan seperti waktu itu.

Bahkan setiapkali bersama Sarah, laki-laki itu akan merasa bertanggungjawab penuh padanya seolah-olah Sarah adalah sosok ratu yang menguasai pikirannya meskipun ia sama sekali belum menaruh rasa apapun pada tunangannya itu.

"Mesra banget kalian!" ledek Baim, salah seorang teman kelas mereka yang juga menjabat sebagai ketua kelas paling jahil se-angkatan.

"Kan apa gue bilang, mereka pasti udah jadian!" timbal balik Siska tanpa tahu malu, tetapi tak ada satupun tanggapan dari Anggara selain memfokuskan diri untuk makan saja.

Bella yang sejak tadi mendengarkan rumor itu cuman senyum-senyum saja, ia merasa senang saat semua orang tahu kalau saat ini Anggara adalah miliknya melalui rumor gak jelas itu. Mungkin saja sebentar lagi Anggara akan menyatakan cinta padanya, seperti itulah pemikiran Bella saat ini.

"Nih gue udah sarapan , Bell. Makasih ya buat bekalnya," ucap Anggara yang langsung menyodorkan bekal itu kembali kepada sang pemilik, Bella cuman mengangguk saja.

"Kalau gini, gue gak perlu khawatir lagi sama loe." Bella tersenyum, sampai membuat Baim dan Siska meledek keduanya.

Angga cuman menghela nafas saja, "Kita cuman temanan aja, udah mendingan loe gak usah heboh banget deh."

"Beneran? Kalian berdua cocok banget loe, kok belum jadian sih?" tanya Siska tak setuju akan berita itu.

"Emangnya loe masih gak mau jadi pacar gue, Anggara?" tanya Bella yang juga tak terima akan statusnya sebagai teman, masih mendingan lagi kalau dia diakui sebagai gebetan yang bisa jadi bakal menjurus pada status pacaran.

"Bella minta keseriusan loe tuh Angga," ledek Baim lagi.

Anggara yang tak tahan pada ledekan itu langsung menarik tangan Bella keluar, ia ingin menjelaskan kepada Bella kalau hubungan mereka hanyalah status pertemanan saja dan takkan pernah lebih dari itu.

Dengan cengkraman yang keras, ia tarik paksa Bella menuju lorong kelas yang agak sepi. Lalu ia sandarkan Bella di dinding dengan tubuhnya yang berada dihadapan Bella sambil meletakkan tangannya ke dinding. Kini Bella berada dalam lingkaran dekapannya, ia menatap Bella cukup lama sebelum akhirnya berbicara.

"Mari jangan berlebihan, kita ini cuman teman jadi tolong berhenti berharap lebih ya Bell." tegas Anggara, yang tanpa sadar cincin tunangannya yang dijadikan kalung mulai terlihat dari leher sampai bisa dilihat jelas oleh Bella.

Bella memegang kalung itu, "Ini kalung dari siapa? Pacar kamu?"

Anggara cuman menggelengkan kepalanya saja, mana mungkin ia berterus-terang membenarkan rumor tentang dirinya yang telah memiliki orang lain.

"Jadi dari siapa?" Bella melepaskan genggamannya dari kalung itu, ia mendongak ke arah wajah Anggara yang ada dihadapannya.

"Bukan urusan loe, lagian Loe dengerin omongan gue barusan?" tanya lagi Anggara.

Bella mengangguk, "Tapi Gue maunya kita memiliki hubungan lebih dari teman. Kalau memang loe belum bisa jadi pacarnya gue, setidaknya loe bisa bilang status kita sebagai gebetan dong."

Anggara mendekatkan wajahnya pada Bella, "Loe mau tahu alasan gue gak mau dekat-dekat sama loe?"

Bella mengangguk, ia tak menyadari kalau sebuah perkataan kasar yang akan keluar dari mulut seorang pria cerdas seperti Anggara.

Perkataan yang langsung membungkam Bella kala itu, padahal biasanya Bella lah yang selalu menolak dan merendahkan laki-laki lain yang menyatakan cinta padanya selama ini hanya karena ia memiliki keuntungan sebagai seorang gadis blasteran berparas cantik dan good looking.

"Loe itu cuman sebatas buat gue nyaman aja, tapi gak sampai membahagiakan nafsu gue sama sekali." Anggara meletakkan telapak tangan kanannya ke atas kepala Bella.

"Jadi lebih baik kita temanan aja ya, gue gak ada niatan juga merusak loe apalagi sampai jadiin loe pacar gue." Anggara tersenyum, lalu melangkah pergi. Akan tetapi, sebelum berbalik badan, Bella berusaha menarik ujung lengan kemeja putihnya.

"Memangnya pacaran harus pakai nafsu ya? Gue gak nyangka loe punya pikiran kotor kayak gitu,"tukas Bella yang tak percaya, Angga cuman melepaskan tangan Bella saat itu juga.

"Emangnya aku kurang menarik ya? Udah berapa cewek yang loe mainin rupanya?" tanya Bella lagi yang sudah agak sensitif dan mulai menangis karena tak kuat mendengarkan omongan kasar Anggara. Tangisan yang dibaluti juga oleh perasaan kecewa terhadap ekspetasinya pada Anggara.

"Namanya gue cowok, Bella. Jadi wajar dong gue nafsuan , loe aja yang terlalu berekspektasi tinggi sama gue." Anggara menggunakan jemarinya untuk menghapus air mata Bella saat itu.

"Jangan nangis lagi! Maafin gue deh kalau perkataan gue barusan itu kasar banget, tapi intinya gue udah berterus-terang sama loe jadi terserah loe mau dendam atau marah sama gue." Anggara tersenyum, ia juga tak lupa memperbaiki bandana yang ada di rambut Bella agar rapi kembali sebelum akhirnya beranjak dari sana.

"Kalau gitu gue bakal berusaha buktikan ke loe, kalau kita pacaran tanpa ada nafsu-nafsuan sama sekali dan gue bakal mengubah rasa nyaman loe itu jadi perasaan suka seutuhnya!" pekik Bella.

"Terserah loe, tapi gak ada tanggungjawab gue kalau loe patah hati." Anggara tak berniat membalikkan badannya dan hanya berlalu saja kembali ke kelas.

Tetapi ia tak bisa menyembunyikan rasa sesalnya karena telah berbicara seperti tadi, ia jadi teringat pada kesalahannya terhadap Sarah kemarin dan saat bersamaan pula ia merasa puas saat menatap telapak tangannya.

Saat ini Anggara cuman berharap kalau Sarah baik-baik saja, walau ia ragu kalau Sarah bakal memaafkannya dan tidak menghindar darinya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience