"Caden...janji dengan Hawa. Walau apa pun yang akan terjadi, Caden mesti jaga dan sayang anak-anak kita."
"Say-"
"Dengar dulu," Hawa Haura mengusap air mata yang mengalir laju di pipi tirus suaminya. "Caden akan jadi ayah kepada dua anak kita, jadi Hawa nak Caden tetap kuat. Ingat, anak-anak kita merupakan tanda cinta Hawa pada Caden. Kalau satu hari nanti Hawa pergi, jangan pernah biarkan anak-anak kita kurang kasih sayang."
"Hawa sayang, jangan cakap macam tu." Caden mencium telapak tangan isterinya dengan air mata yang tidak henti-henti mengalir dari matanya.
"Caden kena janji."
.
.
.
"Huek...Huekk...Huekk..."
"Baby, jangan nangis sayang. Daddy ada dengan Baby."
"Huek...Huek...Huek..."
"Yar, tolong daddy ambil towel baby."
.
.
.
"Daddy!"
"Kenapa sayang?"
"Abang! Hiks! Hiks! Abang Yal kacau Denden!Huaa!"
"It's okay. It's okay. Nanti daddy marah abang." Caden memeluk tubuh gempal anak bungsunya yang menangis teresak-esak.
"Daddy lotan abang juga. Hiks!Hiks!"
"Nanti daddy rotan ya? Now, stop crying. Muka anak daddy dah tak comel sebab nangis."
Share this novel