Bab 19

Romance Completed 13473

"Entahlah Bu, Nadine sangat berubah sejak kejadian waktu itu! Nadine yang sekarang benar-benar tak sama seperti Nadine yang menemaniku selama ini! entah apa yang terjadi padanya, apa mungkin Nadine kesurupan setan Talak ya Bu?" Damar bicara sesuatu yang tidak berbobot. Mana ada setan Talak? ya nggak dears?

"Kamu waras? Mana ada setan Talak? Aya Aya wae ikam pang!" kata Ibu Pratiwi menggabungkan bahasa daerah dari dua tempat berbeda.

"Lah nyatanya Bu? Aku saja sampai tak bisa mengendalikannya setelah talak itu tanpa sengaja aku jatuhkan, kenapa juga dia harus seperti itu? Padahal kan tinggal anggap kalau aku tak pernah berkata Talak kepadanya kan beres?" Kata Damar masih ngawur.

"Nadine itu benar-benar egois dan tak memikirkan Gibran yang akan kehilangan ayahnya!" omel Damar lagi.

Damar sendiri tidak menyadari jika sebenarnya yang egois adalah dirinya, bahkan sejak kelahiran Gibran sama sekali Damar tidak pernah memikirkan kebutuhan anak tersebut, kalau tidak tertolong oleh fihak kantor yang memperjuangkan hak tunjangan dari perusahaan, maka Sampai detik ini Baik Nadine maupun Gibran tidak akan mendapatkan uang hak mereka.

"Ibu mau ke sana, Ayo antar!"kata Bu Pratiwi.

"Buat apa Bu?" Tanya Damar bingung.

"Ya untuk meminta uang lah sama dia!"Jawab Bu Pratiwi.

"Ibu yakin? Nggak takut Babak belur? Takutnya nanti malah Ibu jadi samsaknya Nadine!" kata Damar menakuti Ibunya.

"Nggak mungkin, selama ini Nadine tidak pernah membantah Ibu!" bantah Bu Pratiwi.

Dengan perasaan gelisah, Damar pun mengantar sang Ibu ke kontrakan mantan istrinya, kontrakan yang jauh lebih layak dari tempat yang disewanya selama ini.

Saat sampai di rumah kontrakan milik Nadine, Damar tidak turun dari mobilnya, iya membiarkan ibunya untuk menemui Nadine sendirian.

Damar masih tak bernyali dan takut dihajar lagi oleh Nadine."Kenapa kamu diem? Turun...!"perintah Ibu Pratiwi.

"Tidak Bu, aku di sini saja...! perutku masih merasa ngilu akibat pukulannya!" padahal semua itu hanya alasan, nyalinya benar-benar ciut mengingat pelajaran yang diberikan oleh Nadine terakhir kali.

Tak mau mendengarkan perkataan sang putra, Pratiwi pun langsung menarik lengan Damar untuk mau ikut turun bersamanya, ia tak peduli bahkan saat tahu wajah Damar sudah memucat karena ketakutan.

Nadine yang menyadari kedatangan mantan suami dan juga mantan mertuanya pun hanya tersenyum, bahkan tak ada niatnya sedikitpun untuk menghindari mereka.

Ia tetap bercanda dengan putranya yang semakin sehat dalam pengasuhan Nadine.

Saat menyadari dua orang yang selalu mengusiknya sudah dekat dari tempatnya bercengkrama dengan sang Putra, Nadine pun menyapa mereka meskipun tanpa melihat keduanya.

"Selamat datang mantan ibu mertua dan juga mantan suamiku, apakah kedatangan kalian tak jauh-jauh dari uang 100 juta yang diberikan kantor kepadaku?" Tanya Nadin langsung kepada intinya.

"Kalau sudah tahu, kenapa tak langsung kamu berikan saja? Kenapa harus membuat kami seperti pengemis?" Tanya Pratiwi sinis.

"Tak ada Bosan-bosannya kalian itu, kamu sadar gak sih Bu? Uang yang kamu maksudkan itu tak ada sedikitpun hakmu di dalamnya...?" Jawab Nadine telak.

"Oh ya sampai lupa...! masih ingat kan dengan CCTV yang pernah aku katakan kepadamu?" Nadine berkata dengan menunjukkan CCTV yang tepat berada di teras rumah kontrakannya, yang tentunya langsung menyorot Damar dan juga Pratiwi.

"Aku tak perlu live streaming lagi, cukup aku berikan bukti itu ke fihak kantor, maka tamatlah riwayatmu Mas!" Ancam Nadine yang masih tak mau melihat keduanya.

"Pergilah dari sini, 1 rupiah pun kalian tidak akan pernah mendapatkan apa yang kalian inginkan itu, kalian tahu kenapa? Itu adalah hak kami yang sudah kalian rampas selama ini!" kali ini Nadine berkata dengan melihat ke arah keduanya.

"Tolong ingat baik-baik di memori kalian, cukup ini terakhir kali kalian mencoba mengambil yang bukanlah hak kalian, ataupun membahas tentang uang 100 juta yang diberikan Bu Indra kepadaku! kali ini kalian Aku maafkan, tapi tidak untuk yang berikutnya!" Nadine menjeda kalimatnya.

"Jika hal yang sama kalian lakukan kembali, aku tidak bisa menjamin lengan dan kaki kalian akan utuh! mungkin kalian akan pulang dengan bantuan tongkat, atau duduk di kursi roda?" Ancam Nadine.

Ibu Pratiwi yang biasanya tak pernah menganggap perkataan Nadine pun bergidik ngeri, ia seolah melihat kemarahan seorang wanita yang selama ini tak pernah dilihatnya. Memorinya mengingat tentang apa yang diucapkan oleh sang Putra bahwa Nadine mampu menghajar 5 preman sekaligus dengan tangan kosong.

Wajah keduanya menjadi sepucat kapas, tak ada kekuatan untuk keduanya bisa melangkahkan kaki mereka karena sangking takutnya.

Melihat itu justru Nadine malah merasa lucu dan rasanya ingin tertawa, mati-matian dia menahan tawanya.

Karena merasa kasihan, akhirnya Nadine memilih untuk masuk ke dalam rumah dengan maksud untuk memberikan kesempatan keduanya pergi dan tidak terpaku seperti saat ini.

Benar saja, saat Nadine baru saja membuka pintu rumah kontrakannya, mereka berdua langsung lari terbirit-birit.

"Andai dengan gertakan sudah membuat kalian takut, maka itu sudah aku lakukan sejak dulu! bodohnya aku yang malah memilih menjadi perempuan pendiam yang justru membuat kalian menginjak-injakku tanpa belas kasihan...! tapi, ya sudahlah! semua sudah terlanjur ini!" kata Nadine kemudian.

***

Sejak kejadian itu, baik Damar maupun Pratiwi tak pernah lagi mendatangi Nadine, terhitung sudah 3 bulan sejak kejadian tersebut hidup Nadine benar-benar merasa tenang, karena tak ada gangguan dari para parasit.

Dalam 3 bulan itu juga Nadine menerima uang tunjangan dari perusahaan yang langsung masuk ke dalam rekeningnya, tak hanya itu, bahkan kini hasil dari dia menulis sudah kelihatan hilalnya.

Dalam 3 bulan itu, Nadine terhitung sudah mendapatkan hampir 10 juta dari 3 aplikasi yang berbeda.

di aplikasi orange yang merupakan aplikasi tak berbayar saat membaca, bisa mendapatkan $100 di cerita yang dia publiskan di sana.

Di aplikasi kuda, di bulan kedua dia pernah mendapatkan hampir $300. angka yang fantastis menurutnya, karena dari hobinya yang suka menghalu, membuatnya mendapatkan cuan.

Ibarat kata, sekali dayung, 2 3 pulau terlampaui, selain Dia menyalurkan hobi, dia pun dibayar Karena menggeluti hobinya tersebut.

"Rezeki anak Sholeh!" kata Nadine saat mengetahui rekening miliknya semakin gendut.

Sementara Damar dan Pratiwi semakin pontang-panting hidupnya, gaji Damar yang tak sebesar dulu, membuat Damar maupun Pratiwi harus banting setir dari gaya hedon mereka.

Apalagi Damar pun harus memikirkan membayar cicilan dari penggadaian sertifikat milik sang Ibu ke koprasi, andaikan saat itu sang ibu menggadaikannya di bank pemerintah dengan sistem KUR mungkin damar tidak akan sepusing sekarang.

Ternyata sang Ibu mengambil tenor yang cukup singkat, yaitu 6 bulan dengan bunga 0,5%.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience