Bab 20

Romance Completed 13473

"Kenapa hidup kita semakin belangsak ya Bu? Apa benar kalau kita ini terkena karma karena kutukan Nadine?" Tanya Damar.

"Tau nggak Bu? Sebenarnya aku nggak rela loh Nadine mendapatkan aliran dana setiap bulannya sebanyak 3 juta dari perusahaan tempatku bekerja, bahkan aku yang banting tulang saja hanya menghasilkan 5 juta setiap bulannya!"lanjut Damar lebih seperti curhat kepada ibunya.

"Betul katamu Mar, enak bener sih Nadine? Ongkang-ongkang kaki di rumah tapi mendapatkan jatah! makin besar kepala lah tuh! coba kamu minta saja uang yang diberikan oleh kantor kepada Nadine!" usul Pratiwi lagi.

"Kalau Ibu mau silakan, kalau aku sih ogah pakai banget! bukannya mendapat uang tapi babak belur dan bonyok karena bogem mentahnya Nadine...!"jawab Damar.

Tengah asik berbincang santai membahas tentang kebingungan mereka, dari kamar Santi terdengar orang sedang muntah-muntah, bisa dipastikan bahwa itu adalah Santi sang pemilik kamar.

"Santi sedang tidak enak badan Bu? Kok muntah-muntahnya parah seperti itu sih? Kayak sedang ngidam saja!"perkataan Damar berhasil mendapatkan hadiah geplakan di kepalanya oleh sang ibu.

"Awwww...! sakitlah Bu! main geplak-geplak saja!" protes Damar.

"Makanya kalau ngomong itu dijaga, adikmu itu bukan perempuan bersuami, sekolah saja masih kelas 2 SMA, mana bilangnya ngidam pula! kamu kira adikmu itu murahan apa?" Pratiwi masih saja mengomel atas ucapan anaknya tadi.

"Sudahlah, tidak usah banyak ngomong, lebih baik kita hampiri saja, siapa tahu adikmu itu butuh bantuan...!"Pratiwi berdiri dari duduknya lalu menyeret tangan sang putra untuk mengikutinya ke kamar anak bungsunya.

Santi Tengah berada di kamar mandi sementara Bu Pratiwi sangat panik menunggunya di luar pintu kamar mandi.

Sementara Damar lebih memilih duduk di depan meja belajar adiknya tersebut, dirinya tertarik dengan sebuah benda kecil yang sering digunakan untuk mengecek kehamilan.

"Tespek? Milik siapa? Takkan Milik Santi?"Gumam Damar penasaran siapa pemilik tespek tersebut, sementara tespek itu ditemukan di kamar Santi.

Benda tersebut menyatakan tanda positif, yang itu artinya adalah seseorang yang mengeceknya hamil.“Apa jangan-jangan santi hamil?" Damar menduga dalam hatinya.

Damar masih diam di tempatnya dengan memegang tespek di tangannya, Bu Pratiwi yang mendapati sang putra malah duduk santai di depan meja belajar si bungsu pun menjadi penasaran.

Belum juga rasa penasarannya terjawab, kini dirinya dibuat kaget dengan Sinta yang kembali memuntahkan isi perutnya.

"Kamu kenapa sih san? Masuk angin? atau asam lambungmu naik?"Tanya ibu Pratiwi kepada Putri bungsunya.

"Hamil mungkin...!"Damar menyahuti pertanyaan ibunya.

Bu Pratiwi yang merasa geram dengan apa yang diucapkan oleh Damar pun langsung melemparkan sisir yang dari tadi dipegangnya.

Ia merasa geram dengan kata-kata sang putra yang lagi-lagi membuatnya naik pitam, ia sangat tak terima jika putri bungsunya di fitnah seperti itu.

Santi yang baru saja keluar dari kamar mandi pun menjadi panik saat tahu tespek yang belum sempat di buangnya tadi ada di tangan Damar.

"Mas...!" panggil Santi pelan, suaranya seolah tercekat di tenggorokan sehingga tak mampu mengeluarkan suaranya.

"Bisa jelaskan tentang tespek ini?"Damar bertanya dengan nada yang santai.

Santi menunduk tak bisa menjawab pertanyaan dari kakaknya tersebut, sementara Bu Pratiwi hanya dia menyaksikan interaksi keduanya.

Bu Pratiwi masih bisa belum bisa mencerna apa yang sebenarnya terjadi, otaknya yang memang lemot membuatnya menanyakan hal yang konyol.

"ada apa sih ini? Kenapa kalian diam-diaman seperti ini?"Tanya ibu Pratiwi.

"Santi hamil...! bukan begitu Santi?"Kali ini pertanyaan Damar penuh penekanan tak seperti sebelumnya yang hanya berkata dengan santai.

"Maafkan aku mas...!"akhirnya Santi meminta maaf dan itu berhasil membuat Ibu Pratiwi sadar bahwa apa yang diucapkan oleh putranya tadi benar adanya bahwa Putri bungsunya Tengah mengandung.

"Santi...! jelaskan pada ibu, semua ini tidak benar kan?"Tanya ibu Pratiwi mengguncang lengan putrinya.

Santi tak menjawab apapun yang dilontarkan oleh ibunya, Dia menunduk semakin dalam, tapi sikapnya tersebut malah membuat Ibu Pratiwi meraung.

"Siapa ayah dari anak yang kamu kandung?"Tanya Damar dingin.

Saat Tengah tegang-tegangnya, mereka mendengar pintu rumah mereka diketuk, Mereka pun saling berpandangan menduga siapa yang datang.

"Kita bahas ini lagi nanti, lebih baik kita keluar dulu dan melihat siapa yang datang bertamu ke rumah kita!"putus Damar yang berhasil membuat Santi tersenyum lega.

Santi tahu bahwa yang datang adalah ayah dari bayinya, untuk itu, dia lebih memilih untuk berdandan lebih dahulu.

Santi ingin terlihat cantik di hadapan calon suaminya tersebut, Santi sangat percaya jika laki-laki yang sudah menghamilinya itu akan mampu membuatnya bahagia meskipun dia akan menikah muda.

setelah penampilannya dirasa cukup perfect meskipun masih terlihat pucat Santi lantas keluar dari kamarnya.

Tanpa menunggu diperintah, Santi duduk di samping laki-laki paruh baya yang pantas menjadi ayahnya tersebut.

"Mas Damar tanya kan siapa ayah dari anak yang aku kandung? Om Darmawan lah ayahnya! laki-laki yang ada di sampingku ini!" kata Santi dengan beraninya, bahkan kini tangannya sudah tertaut dengan tangan laki-laki tersebut.

Mereka saling berpandangan lalu saling tersenyum satu sama lain, pemandangan itu benar-benar membuat Ibu Pratiwi dan Damar merasa jengah dan marah.

"Santi...! waras kamu? Laki-laki ini lebih pantas menjadi ayahmu bukan kekasihmu! Kamu itu cantik Santi, kenapa malah memilih laki-laki yang jauh lebih tua darimu?"Tanya ibu Pratiwi tak habis pikir.

"Tapi kami saling mencintai Bu, apalagi ada janin di rahimku bukti cinta kami!"kata santi dengan mengelus lembut perutnya.

"Kamu masih sekolah nak...! bagaimana dengan masa depanmu nanti kalau kamu SMA saja tidak lulus? pernikahan itu tak seindah yang kamu bayangkan!"kata Bu Pratiwi lagi.

"Aku tidak perlu sekolah lagi Bu, Om Darmawan akan mengabulkan apa yang menjadi keinginanku, dia akan memanjakanku dengan harta yang dimilikinya juga kasih sayang penuh untukku! Iya kan Om?"Tanya Santi menatap ke arah calon suaminya tersebut.

Lelaki tersebut mengangguk membenarkan apa yang dikatakan oleh Santi, bahkan senyum bahagia terukir di bibir keduanya.

"Bukannya Om Darmawan ini sudah memiliki anak dan istri ya?"Tanya Damar yang tiba-tiba saja ingat dengan Selly anak dari Om Darmawan yang merupakan teman kuliahnya dulu.

"Santi tidak masalah kok jadi yang kedua! asalkan hidup bersama Om Darmawan!"jawab Santi yang membuat Damar dan juga Ibu Pratiwi tercengang.

"Aku tidak perlu hidup susah lagi mas, Aku capek selalu kekurangan, Aku malas untuk belajar lagi! tolong restui pernikahan kami!"kini Santi berkata kepada Damar dengan penuh permohonan.

****

Mau tidak mau akhirnya Ibu Pratiwi dan juga Damar menyetujui pernikahan antara Darmawan dan juga Santi. Apalagi kini sudah ada janin dalam perutnya Santi, Santi harus rela untuk dinikahi secara siri saja, karena hanya itu yang bisa dilakukan oleh Darmawan.

Sebab hubungan mereka tak diketahui oleh sang istri pertama.

Share this novel

Guest User
 

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience