Namaku Aminah gadis kecil, imut, cantik dan memiliki bodi yang bagus begitulah orang memujiku. Aku masih menempuh kuliah semester 4 di salah satu perguruan di Indonesia.
Aku berasal dari Desa yang sangat jauh dari perkotaan, bahkan jarak lokasi desaku dan kampus bisa menghabiskan waktu sekitar 5 jam lebih. Dengat tekad yang kuat aku harus menempuh kuliah agar aku bisa kembali ke kampung dengan membawa perubahan yang nyata.
Selama ini aku merasa desaku kurang perhatian dari pemerintah, mulai dari jalan yang seharusnya bisa dilintasi oleh pengendara mobil atau motor malah becek layaknya kubangan sawah.
SDM yang rendah, ladang sawah yang akhir-akhir ini pendapatan menurun akibat diserang hama. Tidak ada perhatian dari pemerintahan setempat sehingga masyarakat harus berjuang sendiri.
Hari ini aku beraktivitas seperti biasanya, menjalani kuliah penuh dengan semangat. Dari semester 1 sampai semester 4 aku selalu bersemangat dan serius mengikuti kuliah agar kelak aku bisa pulang dengan menggendong ilmu yang banyak.
Aku punya teman-teman yang baik, kami sering bercanda ria, kerja sama, saling membantu jika ada yang kesusahan. Mereka berasal dari keluarga yang cukup berada, ada anak PNS, pengusaha bahkan politikus yang sering muncul dikala pesta demokrasi digelar.
Walaupun aku hanya anak desa dan dari keluarga yang kurang mampu aku tidak minder berteman dengan mereka karena sejatinya mereka pun begitu tidak malu berteman denganku.
Hari ini aku masuk kuliah pukul 10 pagi dan hanya ada satu mata kuliah saja, jadi rencana sehabis kelas aku mau ke toko hijab melihat hijabku sudah pudar dan perlu diganti...
Pukul 12 kelas pun selesai, semua mahasiswa di kelasku berhamburan keluar. Mereka mencari tempat ternyamannya untuk beristirahat, ada yang ke kantin, ke halaman kampus, dan aku memilih ke mushola untuk menunaikan shalat duhur.
Setelah shalat aku langsung bergegas bersiap menuju toko hijab, sebelum itu aku pesan ojek online dulu untuk mengantarkan ku ke toko.
Setelah selesai memakai sepatu aku berdiri untuk menunggu jemputan ojek online tapi tiba-tiba terdengar panggilan dari arah kirirku.
"Aminahhh... Aminahh...."
Ya, itu pasti suara Ririn.
Ririn ini teman dekatku, orang nya baik, cantik dan tentunya kami selalu menghabiskan waktu di tempat-tempat yang indah. Maklum Ririn ini anak pejabat banyak duitnya sehingga aku sering banget diajak jalan-jalan kemanapun yang dia mau.
"Iyaaa Ririn"
"Min antar aku yuk"
"Kemana?"
"Ketemu bapak aku"
"Hah.. ngapain"
"GK tau.. aku disuruh kesana, bapakku lagi kampanye"
"Kampanye apaan" aku heran dengan penjelasan Ririn.
"Kampanye buat pemilu nanti"
Aku lupa ternyata sebentar lagi akan digelar pemilihan gubernur, pantas saja bapaknya Ririn kampanye karena dia anggota partai yang lumayan besar di provinsi yang kami diami saat ini.
"Tapi mau ngapain dulu Rin..." Aku masih penasaran kenapa bapaknya nyuruh anaknya kesana.
"GK tau aku juga GK tau ayo kemana aja"
"Tapi aku mau ke toko hijab, liat nih hijabku udh lusuh gini" timpalku.
"Nanti aja sepulang dari sana"
"Yaudah iya... Ayooo" akhirnya aku menuruti permintaan Ririn ketemu bapaknya. Walau aku harus pending lagi ke toko, ah mungkin masih sempet setelah pulang dari sana juga pikirku.
Baru saja kami melangkah menuju parkiran tiba-tiba hp ku berbunyi, ya ternyata ojek online yang aku pesan tadi.
Sontak aku teriak ke Ririn " Rin.... Sebentar"
"Kenapa min" tanya Ririn heran.
"Ini tadi aku udah pesen ojek online"
"Cancel aja min"
"Dia udh di area sini kayaknya" jelasku.
"Mana ojek online nya" tanya Ririn.
Tidak lama ada motor menghampiri kami dari arah belakang.
"Dengan mbak Aminah?" Tanya bapak-bapak paruh tua itu.
"Betul pak, ojek ya pak?" Tanyaku
"Iya mbak"
"Maaf pak cancel aja GK jadi" timpalku
"Yah GK bisa mbak saya udah kesini" timpal bapak itu.
Tiba-tiba Ririn menghampiri bapak itu
"Berapa pak, temen saya GK jadi naik ojek"
"20 ribu" jawab bapak itu.
Ririn langsung mengeluarkan uang 20 ribu dan diberikan ke bapak itu.
"GK ppa pak, ini uang saya aja" aku langsung menyerobot Ririn.
"GK usah ini uang aku aja" Ririn mengibas tanganku.
"Jadinya yang mana ini?" Tanya si bapak bingung. " Udh ini ambil pak" pinta Ririn.
"Yauda saya ambil ya" si bapak langsung menyalakan motornya dan pergi.
"Makasih ya Rin" lirihku sambil jalan
"Udah ayo kita berangkat"
Sesampai di parkiran kami langsung masuk ke dalam mobil putih merek agiya punyanya Ririn. Dia selalu membawa mobil jika ke kampus. Kadang mobilnya Gonta ganti cuma dia lebih sering bawa mobil yang satu ini.
Kami pun langsung berangkat menuju tempat bapaknya Ririn kampanye, aku juga gak tau dimana bapaknya berkampanye yang jelas aku ngikut aja kemana arahnya.
"Emang kamu mau beli hijab apa min" tanya Ririn mengentikan lamunanku.
"Pasmina.. yg biasa aku pakai aja" jawabku sambil merogoh hp di tas kecilku.
"Oh.. yauda pulang dari sana kita ke toko hijab ya"
"Iya Rin"
Mobil melaju dengan cepat, Ririn sudah mahir dalam mengendarai sehingga secepat apapun dia bawa mobil aku tidak takut namun meski begitu aku tetap pake sabuk pengaman karena musibah GK ada yang tau.
Tak lama Ririn memarkirkan mobilnya di sebuah gedung yang lumayan tinggi, banyak mobil dan motor terparkir di area sini. Setelah mobil terparkir kamipun langsung keluar melihat-lihat kondisi sekitar.
Kemudian Ririn menelepon bapaknya, setelah selesai Ririn mengajakku mengikutinya.
Sesampainya di ruangan lantai 2 Ririn langsung masuk ke salah satu ruangan di pojok sebelah kiri. "Ayo Min masuk"
Akupun bergegas mengikutinya.
"Pahh..."
"Heyyy sayaaaang" timpal lelaki tinggi berkemeja putih.
"Ngapain sih pah nyuruh aku kesini" tanya Ririn sambil cemberut ke bapaknya.
"Nggak sayaaang papa lagi kangen kamu aja, ini siapa Rin" tanya bapaknya sambil melirik ke arahku. "Ini temen Ririn pah.."
"Hallo om, aku aminah" sapaku
"Hallo.. cantik juga temen kamu Rin"
"Si bapak bisa aja" timpalku.
"Awas jangan genit ke temen aku pah nanti mamah marah" timpal Ririn sambil nyubit pinggang bapaknya. "Nggak sayaaang" jawab bapaknya.
Bapaknya Ririn terlihat masih muda, namanya pak deri, nama panjangnya apalah aku juga tidak tau, umurnya paling sekitar 30 tahunan, cukup ganteng juga jadi wajar Ririn anaknya juga cantik.
Selama diruangan aku mulai merasa risih, kenapa pak Deri bapaknya Ririn selalu meliriku, pandangannya selalu tidak terlepas melihatku. Aku perhatikan dia selalu memandangku dari bawah hingga atas, apa dia miris melihat penampilanku yang lusuh.
Ketika dia memandangku aku coba melawan pandangannya karena aku penasaran apa sebenarnya yang dia lihat dariku. Aku akget tiba-tiba pak Deri malah mengedipkan sebelah matanya padaku. Akupun sontak berdiri dan menanyakan dimana toilet, rasanya aku mau pipis ketika Pak Deri mengedipkan matanya padaku.
"Di lorong paling ujung sebelah kiri" jawab Pak Deri. Akupun langsung bergegas menuju toilet yang dimaksud pak Deri.
Ketika sampai di toilet aku langsung masuk dan membuka celanaku karena aku GK kuat pengen pipis.
Ketika aku cebok tiba-tiba pintu toilet ku ada yang ngetuk, sontak aku kaget siapa yang ngetuk, mau apa dia.
Aku mulai risih dan takut sementara aku kembali melanjutkan cebok dengan cepat. Setelah cebok aku langsung pakai kembali celanaku.
Setelah selesai semua aku mulai berbicara " siapaaa" tanyaku.
Tapi tidak ada jawaban sama sekali, aku mulai merasa lega mungkin orang itu sudah pergi.
Tanpa basa basi aku langsung membuka pintu toilet dan aku dikejutkan oleh sosok tinggi berdiri di depan pintu dan menerobos masuk.
"Pak Deri mau ngapain" teriaku..
Namun Pak Deri langsung menutup mulutku dengan tangannya sehingga aku tidak bisa mengeluarkan suara sedikitpun.
"Diam... Diam.."
"Mhhh mhhhh ppaakkk"
"Kamu cantik sekali Aminah, tubuh kamu seksi, payudara kamu besar pasti mieaw kamu gede juga" ucap pak Deri...
Nex cerita bab berikutnya
Share this novel