Bab 7 Strategi Baru

Romance Series 6405

"Ayo min..."
Akupun langsung keluar dari mobil dan berjalan mendekati Om Deri, dia tersenyum melihatku jalan dengan cepat menghampirinya.

"Hallo pak" sapa lelaki paruh tua menyapa Om Deri.
"Hey.. pak"

Om Deri tidak terlalu memperdulikan orang-orang diluar meski mereka menatap tajam pada kami terkhusus padaku.

"Hallo mas" teriak seseorang dalam rumah
"Bagaimana pak" sapa Om Deri sambil menjabat tangannya.

"Hallo Aminah" sapa pak Hendra yang lagi duduk di sofa.
"Hallo pak" sapaku sambil tertunduk.

"Kamu habis darimana berdua saja mas" tanya pak Hendra.

Akupun kaget dan tak tau harus menjawab apa, pandangan orang-orang termasuk beberapa perempuan yang ada dirumah itu fokus memandangku.

"Tidak pak, sore aminah abis main bareng Ririn dan aku berniat mengantarnya pulang setelah dari sini" jawab Om Deri lugas.

Pak Hendra hanya menganggukkan kepala berikut orang-orang juga terlihat percaya saja dengan ucapan Om Deri.

"Lalu bagaimana pak, apa yang akan kita lakukan" ucap Om Deri.

Obrolan politik terjadi dimalam ini, mereka membahas kenapa terjadi dan harus melakukan apa. Banyak hambatan dan tantangan tentunya, karena politik bukan hanya merencanakan terus melakukan tetapi harus mengonsep dan di konsepkan.

Aku hanya aktif mendengarkan tidak ikut berbicara karena aku bukan siapa-siapa disini hanya diajak Om Deri saja.

Dalam perbincangan aku sedikit mengerutkan jidat mendengar strategi baru yang dibicaran Om Deri. Tak habis pikir jika politik sebegini kejamnya, tak melihat musuh dengan hati dan pikiran melainkan penuh dengan nafsu agar musuh terjungkal.

Om Deri bicara strategi barunya untuk mendongkrak suara di daerah selatan dengan mendatangi para tokoh masyarakat untuk diajak bergabung dan di iming-imingi pembangunan mesjid dan pesantren. Secara sederhana strategi ini akan menekankan pada kekuatan tokoh agama yang memiliki pengaruh besar di masyarakat. Terlebih di daerah selatan banyak pondok pesantren sehingga politisasi agama akan terjadi.
Selain itu Om Deri juga bicara jika ada tokoh masyarakat yang tidak mau bergabung maka akan diteror dengan berbagai cara entah itu dengan cara langsung maupun tidak langsung.

Terkejut namun tidak bisa berbuat apa-apa ketika aku mendengar kerasnya politik yang tidak diketahui banyak masyarakat secara luas. Masyarakat dimanfaatkan hanya untuk kepuasan orang-orang tertentu, mereka tertawa diatas tangisan rakyatnya. Siapa yang akan peduli dengan butuh tani yang tiap hari membabat sawah dengan penghasilan hanya cukup untuk makan sehari-hari.

Setelah perbincangan ini dapat dimengerti oleh semua orang om Deri memerintahkan pada tim untuk bergerak cepat terjun ke lapangan melaksanakan apa yang disusun dan di konsepkan.
Politik uang harus dibalas dengan politik pencitraan, biarkan masyarakat menerima suap dari lawan yang terpenting masyarakat memilih calon yang terlihat serius akan bekerja. Begitu kira-kira penjelasan yang di komandoi oleh Om Deri untuk mengatasi masalah ini.

Perbincangan pun ditutup dengan pak Hendra menyampaikan pada semuanya agar semua berhati-hati, karena lawan pasti punya cara lain untuk menghajar kembali.

Setelah selesai aku dan Om Deri kembali berjalan menuju mobil, rencana aku akan langsung pulang karena udah larut malam dan besok aku masih ada kelas harus bangun pagi.

Terlihat masih banyak orang-orang masih berkumpul dihalaman rumah pak Hendra, sepertinya mereka belum akan kembali ke rumahnya masing-masing, mereka terlihat masih asik mengobrol dan ngopi.

Aku cepat-cepat masuk kedalam mobil sementara Om Deri masih berjalan santai dibelakang, aku masih malu dengan keberadaanku disini. Seorang gadis keluar malam dan bergabung dengan orang-orang tua sangat asing bagiku.

Tapi ada saja orang-orang yang berbisik-bisik mengatakan bahwa aku dikira anaknya Om Deri karena kami berdua cocoknya terlihat sebagai bapak dan anak. Setelah tidak lama menunggu Om Deri pun masuk kedalam mobil dan menyalakan mobilnya bersiap untuk berangkat.

Dalam hatiku masih timbul rasa penasaran kenapa Om Deri membawaku ke sini sementara aku tidak melakukan atau membantu apa-apa untuknya bahkan ngobrol pun tidak.
Entahlah mungkin Om Deri takut dijalan kalau sendirian, kata Ririn bapaknya takut kegelapan.

"Om langsung anterin aku pulang"
"Kemana"
"Ya ke kosan aku masa ke rumah om"
"Mau ke rumah om?"
"Nggak"

Kami pun langsung bergegas meninggalkan rumah Om Deri yang berdekatan dengan jalan rasa sehingga langsung Capcus ngebut.

Dijalan aku sedikit mengantuk karena jam juga sudah menunjukkan pukul 02.14, sudah dini hari tapi aku belum tidur jadi wajar saja aku menguap terus dari tadi.

"Sayaaang"
"Aminah Om" meski merem suara Om Deri masih terdengar jelas ditelinga
"Iya Aminah"
"Kenapa Om"
"Nggak"

Secara perlahan aku merasakan ada sesuatu yang mendekati pundak ku, tangan kiri Om Deri mengusap-usap pundaku. Aku biarkan saja karena aku ngantuk sehingga membiarkan tangan om Deri yang terus mengelus-ngelus. Namun aku terperanjat ketika tangan Om Deri menyasar ke arah gunung kenyalku, terasa sangat geli dan hangat sekali ketika gunung kenyalku di elus-elus dan diraba-raba.

Awalnya aku diamkan saja karena aku juga menikmatinya, namun tak lama aku tepis tangannya karena mengarah ke mieaw ku.

"Om ngapain"
"Om pengen"
"Kan udah waktu dikosan"
"Pengen lagi"
Aku geleng-geleng kepala sambil menghiraukannya, setan apa yang ada dalam kepalanya bisa-bisanya lagi nyetir mobil tangannya kesana kemari.

Aku pun diam, dalam hati terasa nyesek banget melihat keadaanku seperti ini, begitu mudahnya aku disentuh oleh orang yang aku sendiri tidak tau siapa sebenarnya dia, aku hanya tau dia ayahnya Ririn sahabat dekatku. Jadi malu aku sama Ririn, berasa aku penghancur rumah tangganya, kalau Ririn tau mungkin batinnya akan hancur dan dia akan membenciku seumur hidup.

"Min..."
"Ee''' iya om"
"Kok ngelamun, kenapa?"
"Nggak om.. aku mau cepet sampe kosan"

Waktu menunjukkan pukul 02,47 sementara aku masih dijalan, seharusnya jam segini aku sudah tidur agar bisa bangun pagi dan pergi kelas tanpa ngantuk namun kali ini entah bagaimana bisa-bisa aku kesiangan.

"Kita kemana dulu om"
"Kesini"

Tiba-tiba om Deri minggir dari jalan raya dan berbelok ke tempat penginapan OYO yang tidak terlalu besar. Pikirku mungkin Om Deri kebelet kencing jadi berhenti dulu untuk sekedar menumpang ke toilet.
Om Deri memarkirkan mobilnya di tempat parkir paling belakang karena tidak kebagian tempat, penginapan ini penuh dengan kendaraan mobil dan motor.

Kenapa orang-orang memilih beristirahat di tempat kayak gini dibanding dirumah masing-masing padahal kalau dirumah tidak perlu bayar.
Entahlah mungkin mereka banyak duitnya jadi bebas mau tidur dimana atau mungkin liburan bawa keluarga ke OYO.

"Ayo turun"
"Mau ngapain kesini Om?"
"Ikut aja"

Aku makin penasaran sepertinya dugaanku salah jikapun benar kenapa aku diajak ke toilet, apakah dia takut kalau sendirian sungguh aneh bapak tua ini.

Akupun hanya mengiyakan dan turun mengikuti Om Deri masuk kedalam, aku duduk di kursi ruangan pertama sementara Om Deri pergi ke kasir entah mau ngapain mungkin mau nanya toilet dimana.

Selang beberapa saat Om Deri pun selesai dengan secarik kertas dan kunci ditangannya.

"Om nitipin kunci rumah disini"
Aku berpikir kunci rumahnya dititipin di tempat ini, om Deri hanya tersenyum dan meranjak pergi.

"Ayo"

Akupun berdiri dan mengikuti nya, melewati kamar-kamar yang tertutup semua seperti tidak ada penghuninya, tidak ada barang apapun yang terlihat di depan pintu, biasanya kalau di kosan sepatu atau sendal banyak berserakan di depan pintu namun ini tidak ada. Suasananya hening hanya bunyi AC saja yang terdengar.

"Sepi amat tempat ini Om"
"Memang begini"

Kamipun berhenti di depan kamar nomor 067, Om Deri langsung merogoh kunci dan membukanya.

"Ayo masuk"

Pikiranku makin bingung apa mungkin Om Deri mau nginep disini, lalu bagaimana dengan aku yang harus pulang siapa yang mengantarku, mana kosannku masih jauh dari sini.

Akupun masuk mengikuti Om Deri, terasa sangat sejuk didalam kamar ini, harum memerbak tercium dari kamar ini. Beda dengan kosannku ketika masuk bukannya dingin malah panas biasanya langsung kunyalakan kipas agar tidak panas.

Aku masih berdiri melihat-lihat sekitar kamar ini, begitu sangat rapih semua barang yang tertata disini. Kamar nya tidak terlalu besar namun cukup untuk 4 orang, kasurnya juga luas dan lembut tidak ada lagi alasan tidak tidak nyenyak kalau tidur disini.

Akupun duduk di kasur yang lembut, aku usap-usap spray nya begitu sangat halus dan harum, kasurnya begitu empuk sampai aku genjot-genjotkan pantatku.

"Ayo sayang buka bajunya"
"Hah?"

Tiba-tiba Om Deri mendekatiku, perlahan dia membuka bajunya dan melemparnya ke meja. Terlihat perut Om Deri yang sedikit ada tonjolan ototnya namun tidak terlalu kencang tapi standar untuk orang yang sudah berumah 40 tahunan.

"Om jangannn aku mau pulang"

Tapi om Deri terus mendekatiku dengan senyumannya yang ganas, aku berangsur ke tengah kasur karena ada aja rasa takut ketika Om Deri akan melakukan ini padaku.

Breeekkk...... Om Deri meloncat layaknya kodok ke atas kasur yang empuk sehingga tubuhnya agak mengancul ke atas.

Kini pergerakan Om Deri yang terus mendekat ke arahku, matanya melotot tanpa berkedip, napas nya sudah mendengus kencang sepertinya nafsunya sudah membara.

Bab 8 Sehari Semalam Di OYO

"Om aku mau pulang om, besok kuliah"
"Puasin Om dulu sayang"
"Mhhh emhhh"

Bibirku langsung disosor habis oleh Om Deri, aku ngejengkal merobohkan badan langsung ditindih Om Deri.

"Emhhh emhh om"

Dengan ganasnya Om Deri melumat bibirku yang mungil, tangannya meraba-raba ke area buah dadaku yang masih tertutup oleh kain.

Om Deri perlahan membuka kancing bajuku, disigapnya kain yang menghalangi lalu tangan Om Deri menerobos masuk memegang buah dadaku.

Rasanya enak sekali buah dadaku diremas-remas lembut memancing hasratku mulai naik. Aku masih tidak memberikan respon dari apa yang Om Deri lakukan. Aku hanya diam saja tanpa membalas seolah pasrah terserah Om Deri mau melakukan apa padaku.

Semerbak harum bunga tercium dikamar ini, sepertinya harum ini berasal dari sprey kasur yang mulai teroyak-oyak sehingga menimbulkan bau yang sangat harum. Dinginnya AC memberikan kesejukan ditambah kehangatan tubuh Om Deri membuat suasana menjadi nyaman.

Namun aku tidak menampakkannya pada Om Deri, aku tidak mau Om Deri sampe tau kalau aku menikmati perlakuannya. Aku juga masih punya harga diri meski saat ini aku tak bisa melakukan apa-apa.

"Akhhhh akhhhh"

Badanku menggelinjang kala Om Deri menerobos masuk kedalam celana dan memegang mieaw ku yang sudah basah. Terasa nikmat ketika Om Deri memainkan jarinya di area klitoris ku.

"Akhhh akhhh akhhh"

Mulutku tidak bisa diam menerima sentuhan yang membuatku gila, bisa-bisanya Om Deri memainkan jarinya begitu nikmat.

Mulutku masih dalam lumatannya, beradu lidah dan air liur yang sangat hangat. Sebenarnya aku ingin menutup mulutku agar Om Deri tidak bisa melumat bibirku mulutku tidak bisa diam selalu mengeluarkan desahan.

"Akhhh omm geliiii"
"Masukin ya sayang"

Om Deri langsung berdiri membuka celananya dan mengeluarkan batang yang sudah keras. Batang yang tegak lurus tanpa cacat sedikitpun, sepertinya Om Deri rajin merawat Joni nya sehingga tidak ada daki sedikitpun.

Kini dia mengarahkan joninya mieaw ku dan perlahan memasuki lubang buaya punyaku. Aku menggelinjang ketika benda hangat masuk ke dalam mieaw ku. Om Deri memaju mundurkan joninya secara perlahan, aku meringis sakit. Sebenarnya ketika benda itu masuk ke dalam mieaw ku selalu saja sedikit sakit, namun jelang beberapa saat sakitnya hilang dan timbul kenikmatan.

"Akhhh akhhhhh"

Om Deri menggenjotku dengan intonasi yang luar cepat. Mataku merem melek menikmati, kadang desahannku tidak bisa ku kontrol dan keluar begitu saja.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience