Dengan sekuat tenaga aku melangkah kembali ke ruangan tempat Ririn dan om Deri berada. Aku berusaha sekuat mungkin tidak bersikap aneh ketika bertemu dengan Ririn. Perasaanku hancur, sungguh tidak menyangka Ririn memiliki seorang ayah yang bejat kelakuannya dan tertimpa padaku selaku korbannya.
Ku gesek-gesekan mata agar air mata tidak terus mengalir, kurapihkan seluruh pakaianku yang lecek bekas serangan dari om Deri.
Sesampai di ruangan terlihat Ririn ternya lagi tidur di sofa ruangan, aku coba mendekati dan membangunkannya.
Di ruangan itu aku tidak nampak om Deri, kemana dia pergi, ku perhatikan semua isi ruangan tidak ada siapapun hanya ada Ririn seorang yang sedang tidur.
"Rin bangun Rin"
"Mhhhhh"
Ririn mengucek-ngucek matanya dan duduk tegap mengarahku.
"Papah keman min"
Aku diam, rasanya aku ingin ceritakan apa yang dilakukan bapaknya padaku tadi. Namun aku tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun, seolah mulutku terkunci entah kenapa, ditambah aku takut Ririn tau dan dia tidak mau lagi berteman dengan aku.
"Minnnn" panggil Ririn berulang.
"GK tau Rin" jawabku singkat
Ririn langsung merogoh hp nya dalam kantong celananya.
"Hallo pahh, papah dimana?" Tanya Ririn
"Papah di lantai 3 sayaaang, Pph lagi nemenin pak Hendra"
Pak Hendra ini salah satu calon gubernur yang akan menggantikan gubernur sebelumnya. Di perhelatan pemilihan gubernur pak Hendra akan berperang melawan petahana yaitu gubernur sebelumnya yang baru menjabat 1 periode.
"Ririn pualng ya pahh"
"Iyaaa sayaaang, hati-hati yaaa, bilang ke bunda papah pulangnya agak maleman" terdengar Om Deri menitipkan pesan pada Ririn.
Telepon pun terputus dan Ririn mengajakku untuk pulang.
Selama perjalanan aku diam tanpa bahasa, aku masih mengingat kejadian tadi.
Aku jijik dengan diriku sendiri, aku juga jijik dengan kelakuan Om Deri padaku meski aku sendiri orgasme 2 kali dan menikmatinya.
"Min, toko hijab yang kamu maksud sebelah man" aku hanya diam kala Ririn bertanya.
"Min?"
"I..iyaaa min" aku terpental dari lamunan
"Nggak jadi Rin kita pulang saja, nnti aja aku belinya" timpalku.
"Beneran ini min?"
"Iyaaa Rin, anterin aku ke kosan aja"
"Okee dehh"
Sesampainya di depan kosan aku langsung keluar dari mobil, Ririn melambaikan tangannya dan bialng terima kasi karena aku telah menemaninya.
Setelah mobilnya berjalan aku langsung masuk kedalam kamar kosanku, aku ngekos sendirian di kosan campur cewek-cowok. Terlihat suasana kosan sangat sepi karena mungkin para penghuni nya lagi pada tidur sore.
Sekitar pukul 5 sore aku putuskan untuk mandi membersihkan tubuhku dan adus (mandi besar) karena bekas perlakuan om Deri aku sampai orgasme hingga 2 kali.
Meaw ku terasa sedikit sakit, aku melihat masih ada bercakan darah kering yang mengalir ke luar mieaw ku. Darah perawanku masih tersisa.
Sambil mandi aku kembali meneteskan air mata, hancur rasanya ketika mahkota yang aku jaga dari godaan-godaan hilang begitu saja. Sebelum aku berusaha tidak memilki pacar karena ketakutan akan terjadi seperti ini.
Namun dengan sekejap tidak disangka ternyata keperawananku hilang hanya sekejap saja.
"Aahhhhh" dengan kesal aku teriak sekencang-kencangnya.
Setelah mandi aku kembali merebahkan bada di kasur, mencoba melupakan semuanya dan kembali normal seperti biasanya.
Ku buka hp dan iseng melihat-lihat pakaian di online shop, pakaian yang sudah lama kumasukan dalam keranjang namun masih belum aku check out juga karena nunggu harganya turun dulu.
Bekal bulananku sudah menipis jadi aku harus bersabar menunggu kiriman dari orang tua, meski aku tidak mematok seberapa banyak orang tua mengirimkan bekal padaku, karena aku juga menyadari bapak ku hanya pengusaha kecil yang kadang rugi kadang untung.
Sedang asik lihat-lihat pakaian di online shop sketika aku teringat Om Deri memasukan amplop kedalam celanaku. Aku langsung cek celana dan mengeluarkan amplop coklat yang cukup tebal.
Aku pun membuka dan mengeluarkan isinya, aku terperanjat kaget melihat isinya. Uang ratusan ribu dengan jumlah 5 juta dalam amplop itu. Akupun senang bergembira karena aku bisa check out pakaian tanpa menunggu kiriman dari orang tua.
Namun seketika aku murung, apakah ini hasil dari aku menjual keperawanan ku, seginikah harga keperawananku. Aku mulai berpikir kesana kemari, aku kembali meneteskan air mata. Aku merasa hina, keperawanan yang seharusnya aku berikan pada suamiku dimalam pertama malah diberikan pada om Deri orang yang baru aku temui, orang yang baru aku kenal, bapaknya temanku sendiri.
Namun nasi sudah jadi bubur, sebesar apapun aku menyesalinya tidak akan mengembalikan keperawananku. Terlintas dipikiran aku juga menikmatinya.
........
Hari ini aku bangun pagi sekali, bersiap masuk kelas pagi pukul 8. Aku bangun dan langsung mandi. Selesai mandi aku langsung memakai pakaian kampusku, tidak ada pakaian khusus kalo saat ngampus bebas yang penting sopan.
Selesai memakai baju aku langsung mengambil peralatan makeup ku, dan aku makeup sekedar nya saja karena aku tidak suka harus make up medok-medok.
Teman-teman ku bilang wajahku udah cantik jadi GK perlu di make up in tebel-tebel nanti dosen suka.
Memang ketika aku kelas selalu ada saja dosen laki-laki yang selalu memerhatikan ku dengan beda, pak Yusril dosen tua umur sekitar 40 tahunan selalu memandangku aneh, kadang aku merasa risih jika dia terus memandangiku.
Selesai make up aku langsung menyiapkan peralatan kelasku. Aku siapkah buku dan pensil, tadinya aku mau bawa laptop takutnya dipakai di kelas karena hari ini ada mata kuliah statistik.
Namun aku putuskan untuk tidak membawa nya karena males. Entah kenapa hari ini aku males sekali untuk kelas, badanku masih lemes tapi aku paksakan mengingat tugas kuliahku masih banyak.
Setelah selesai dan semuanya sudah disiapkan tiba-tiba hp ku berbunyi, pesan WhatsApp masuk dari Ririn.
"Min... Sehabis kelas temani aku ketemu bapaku lagi ya, bapaku ngajak aku ikut kampanye, katanya mau dikenalin ke pak Hendra calon gubernur itu, bapaku suruh ajak kamu juga agar kita belajar memahami politik katanya, ya mau yaa"
Serrr... Dadaku berdetak kencang, hari ini aku harus bertemu kembali dengan Om Deri membuat perasaanku tidak karuan, aku masih merasakan ketakutan ketika harus berjumpa dengannya.
Namun entah kenapa aku mengiyakan ajakan Ririn itu. Aku berharap kejadian kemarin tidak terulang lagi hari ini padaku.
Aku langsung berangkat ke kampus, memesan objek online rutinitas ku tiap pagi. Sebenarnya jarak kosan ku ke kampus tidak terlalu jauh, sekitar 4 kilo an, cuma gempor kakiku kalau harus jalan kaki.
Tapi kadang aku naik angkot kalau lagi kepepet yang, kalo angkot sedikit murah dibandingkan objek online.
Setelah kelas selesai aku langsung menemui Ririn yang sedari tadi menungguku di parkiran. Hari yang sangat panah, Ririn menyalakan mobil untuk sekedar ngadem didalam.
Aku selesai kuliah jam 12 an, sebelum ke tempat bapaknya Ririn kami putuskan untuk makan dulu sambil aku mau menunaikan shalat duhur.
Selamat membaca ☺️
Share this novel