Bab 9 Maafkanku Ririn

Romance Series 6315

Hari ini aku terpaksa bangun pagi sekali karena ada kelas pagi yang harus aku kejar, mataku masih merah karena tidur cuma bentar. Semalem setelah Om Deri mengantar kannku aku tidak langsung tidur, buka-buka hp dan makan karena perutku kalo di kosan lapar Mulu.

Pagi yang cerah tapi tak secerah arah langkahku hari ini, meski sekarang aku sudah tidak memikirkan uang kiriman dari orang tuaku entah kenapa pikiranku selalu tidak tenang.

Aku merasa aku yang sekarang bukan aku yang dulu, aku yang sekarang tidak sebersih yang dulu, aku sudah kotor.

Terbesit dalam pikiranku bagaimana kalau aku hamil, siapa yang akan bertanggung jawab atas anak yang aku kandung. Bagaimana orang tuaku jika tau anaknya hamil tapi belum menikah apakah mereka masih menganggap ku jika aku pulang.

Sepanjang perjalanan ke kampus aku diam penuh dengan lamunan, menyesali apa yang telah aku perbuat tapi aku juga menikmati apa yang telah aku rasakan.

Sesampainya di kampus aku langsung pergi ke kelas karena sebentar lagi kelas pagi akan dimulai, beberapa menit kemudian kelas berjalan dan aku mencoba tetap fokus mengikuti perkuliahan.

Setelah kelas selesai perutku terasa sangat lapar, perutku belum terisi apa-apa darinpagi. Biasanya secangkir Energen menemani perutku tapi pagi ini tidak karena terburu-buru.

"Min..."
"Rin.."

Aku ketemu dengan Ririn di kantin dan menghampiri dia yang sedang minum es bersama dua temannya, aku juga tau kedua temannya itu cuma tidak terlalu akrab aja.

"Kamu kemana aja min sekarang-sekarang?" Tanya Ririn sambil mempersilahkan duduk.

"Aaa ada gk kemana-mana" Jawabku bingung emang akhir-akhir ini aku kemana ya akupun bingung.

Kamipun mengobrol sambil aku memesan makan karena perutku sudah tidak bisa ditahan lagi.

Selama obrolan dengan Ririn aku merasakan telah melakukan kesalahan besar pada sahabatku sendiri. Bagaimana mungkin aku bisa melukai temanku sendiri dengan melakukan hubungan intim bersama ayahnya.

Sebenarnya aku ingin sekali Ririn tau dan menyudahi apa yang telah terjadi tapi tidak mungkin justru akan memperparah keadaan.

Sesekali aku selalu memandang wajah Ririn yang cantik dan bersih, aku merasa bersalah padanya tapi Ririn selalu membuyarkan lamunanku dengan candaannya.

Sesekali Ririn juga memelukku dan ketawa lepas seolah tidak terjadi apa-apa, ya karena Ririn tidak tau tapi aku yang tau. Mungkin jika Ririn tau dia tidak akan mau lagi berteman denganku.

"Min.. kenapa kamu diam aja"
"E ee enggak Rin"
"Itu nasi kamu udh nyampe dimakan"
"ee iya"

Aku sampai lupa makananku sudah tersaji di depan ku, karena melamun dan penuh penyesalan aku sampai tidak sadar siapa yang mengantarkan makanan ku.

Karena cuma satu mata kuliah saja di hari ini aku memutuskan untuk membeli kerudung yang sudah lama aku rencanakan, dengan beberapa halangan akhirnya aku membeli hijab kesukaanku.

Setelah beli hijab aku putuskan untuk langsung pulang karena mataku ngantuk parah kurang tidur, sebelum sampai aku berhenti putuskan untuk makan dulu. Aku sudah lama impikan bisa makan makanan yang enak, dekat kosannku ada resto yang katanya makannya enak sekali. Aku belum pernah kesana ataupun mencicipi masakannya karena kendala uang, dulu aku tak mampu untuk membelinya.

Hari ini aku putuskan untuk makan sepuasnya di resto itu, sekarang aku sudah punya uang banyak meski hasil dari pemberian Om Deri ketika aku sudah melakukan hubungan dengannya.

Tapi aku sama sekali tidak berniat menjual diri demi uang, itu musibah yang tidak bisa dihindarkan meski sedikit merubah ekonomiku tapi tetap hal itu aku anggap musibah hidupku.

Ketika sampai di tempat yang aku maksud yaitu resto makanan enak aku langsung turun dan membayar ongkir ojek.

Akupun masuk tanpa lagi membaca menu yang terpampang di depan, tempatnya besar dan luas. Ruangannya juga sangat nyaman ditambah setelan musik yang begitu membuat suasana tenang.

Aku memilih duduk di pojokan meski masih banyak tempat duduk di tengah tapi aku rasa dipojok lebih nyaman karena di tengah ada beberapa orang yang sedang makan.

Tak lama datang kasir memberikan list menu padaku, begitu banyak menu yang tertera sampai aku bingung mau makan yang mana.

Akhirnya aku putuskan untuk mencoba makan steak dan dan jus anggur yang harganya lumayan padat dikantong.

Saat menunggu makanan tiba-tiba handphone ku berdering ada yang telepon, tidak langsung ku angkat karena nomor baru dan aku sendiri malas harus mengangkat nomor baru.

Untuk kedua kalinya nomor itu kembali menelepon ku dan akhirnya aku coba angkat.

"Hallooo"
"Hallooo Aminah"
"Maaf ini dengan siapa" siapa dia tiba-tiba tau namaku.
"Ini pak Hendra"

Serrrr.... Jantungku langsung berdetak dengan kencang, darimana pak Hendra mendapatkan nomor ku dan mau apa dia.

"Oh iya pak, ada apa ya pak?" Aku langsung tanya ke intinya mau apa pak Hendra meneleponku.

"Minggu depan kita bisa ketemu tidak min"
"Mau apa pak?"
"Kebetulan bapak ada rapat dengan para relawan jadi bapak butuh sekretaris yang membantu bapak mencatat ketika rapat"

Aku melongo mendengar ucapan pak Hendra, masa aku jadi sekretaris nya dan masa dia politikus dan calon gubernur tidak punya sekretaris.

"Bapak tidak punya sekretaris emang?"
"Sekretaris bapak sedang pulang kampung jadi aku butuh sekretaris untuk menggantikannya Minggu depan"

Aku masih bingung bisa-bisanya sekretaris calon sempat-sempatnya pulang kampung.

"Baik pak, nanti kabarin lagi saja" akhirnya aku menyanggupi permintaan pak Hendra.

Setelah aku terima tawarannya teleponpun aku matikan, pikiran ku masih bingung menerka apakah Minggu depan aku benar-benar bisa atau tidak. Setelah melihat kalender ternya tidak ada jadwal kuliah yang terlalu penting akhirnya sudah pasti aku ikut pak Hendra.

Tak lama menu yang aku pesan kini sudah sampai dan langsung aku santap dengan lahap. Rasanya begitu meleleh dimulutku aku belu pernah makan ini sebelumnya sehingga membuatku tidak berhenti dan menghabiskan tidak tersisa sedikitpun.

Selesai makan aku langsung pulang menaiki ojek online karena jarang dari sini ke kosannku lumayan jauh.
Sebenarnya dengan uangku yang sekarang aku sudah bisa beli motor second yang sedikit murah, tapi aku tidak kepikiran kesitu dan lebih nyaman naik ojek online tidak cape bawa-bawa motor.

Jaman sekarang udah canggih mau kemanapun bisa asal ada uangnya karena semua bisa karena uang. Ke Bali pun bisa asal punya uang bahkan ke luar negeri pun bisa asal ada uang jadi uang nomor satu yang bisa mewujudkan keinginan kita tapi ingat manusia hanya merencanakan yang menentukan ya tetap tuhan.

Sesampai di kosan aku langsung terbaring dikasur, kosannku sangat panas ketika siang bolong seperti ini. Ingin rasanya aku pindah kosan ke yang AC tapi aku malas untuk pindahan. Aku juga tidak mau kalau sampai keenakan dengan uang yang kumiliki sampai aku lupa sebenarnya kesusahan yang akan memberikan pelajaran terbaik.

Disaat aku memejamkan mata bayang-bayang Ririn selalu muncul dalam benaku, mengingat bagaimana kebaikan Ririn selalu menganggap ku sebagai teman sejatinya. Aku merasa sedih dengan apa yang telah aku lakukan, aku tega berbohong pada temanku sendiri.

Air mataku menetes menyesali apa yang telah aku perbuat, ingin rasanya aku tidak lagi dipertemukan dengan Om Deri untuk selamanya.

Terus meneteskan air mata dan merenungi kesalahan tak lama akupun tertidur pulas.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience