Bab 6 Panggilan Darurat

Romance Series 6315

Ingin rasanya aku membangunkannya dan menyuruhnya pulang namun aku tidak berani melakukannya. Aku bingung sendiri dengan kondisiku saat ini, diluar mulai banyak terdengar suara motor terparkir sepertinya orang-orang penghuni kos ini sudah balik dari kerja dan kegiatan kampusnya.

Aku mengintip keluar memastikan bahwa tidak ada yang tau kalau dikamarku tidak ada seorang lakiu. Meski kosan ku kosan campur baru kali ini aku memasukan cowok ke kamarku.

Setelah terasa aman aku kembali dengan keadaan agak panik, bagaimana kalau om Deri tidak bangun, dia akan menginap di kosanku, ini tidak boleh yang ada aku bisa digrebek orang-orang. Apalagi jika Ririn tau ayahnya menginap dikamarku bisa berabe yang ada Ririn akan benci padaku dan menganggap ku seorang pelacur yang menggoda ayahnya.

Aku tidak kuat lagi melihat ke arah Om Deri, tubuhnya yang masih telanjang bulat membuat dadaku berdebar, beberapa kali aku menelan ludah entah kenapa ingin sekali aku memegang dadanya yang atletis.

Karena tidak kuat akhirnya aku tutupi Om Deri dengan selimut, dengan berhati-hati aku menyelimuti om Deri.

Setelah itu aku bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan badanku dari hadas besar ditambah badanku penuh dengan keringat sehabis bertempur dahsyat sama Om Deri.

Secepat kilat aku mandi tidak butuh waktu lama karena aku tidak biasa mandi lama, kalau badan terasa sudah bersih ngapain harus lama-lama mandi. Aku mulai mengganti pakaianku dengan pakaian tidur karena waktu sudah agak malam yaitu sekitar pukul 08:34.
Om Deri masih belum bangun saja, aku masih merasakan risih khawatir ada orang yang mengetahui dari luar.

Sampai pukul 10:24 om Deri masih belum bangun juga, dia pulas sekali tidurnya mungkin kecapean seharian mengurusi politik agar pak Hendra memenangkan kompetisi Pilgub.

Mataku sudah mulai ngantuk terpaksa aku gelar karpet dibawa dan aku ambil satu bantal lalu aku rebahkan badanku. Terasa sangat lelah sekali aku hari ini padahal tidak kemana-mana hanya membersihkan kosan saja.

Tak lama aku tertidur karena mataku berat sekali, aku tidak kuat menahan ngantuk yang melanda.

Tengah malam sekitar pukul 12 malam aku terbangun karena ada sesuatu yang mengusik tidurku. Terasa ada yang meremas-remas payudara ku, awalnya aku kira itu mimpi ketika aku membuka mata ternya om Deri sudah ada samping. Sambil merebahkan badannya dia meremas-remas payudara ku.

Sekejap aku terperanjat kaget karena om Deri masih dalam keadaan telanjang bulat. Aku bangkit duduk sambil menghindari pelukan om Deri.

"Om sudah malam, om GK pulang" tanyaku
"Om lelah sekali tidak kuat pulang"
"Yaudah om tidur diatas saja" pintaku

Om Deri langsung berdiri, aku kira dia akan pindah ke kasur tapi dia malah menghampiri ku dan mengarahkan joninya yang sudah tegap ke wajahku.

"Udah om aku tidak mau" ucapku
"Ayoooo sayaaang, jilat Joni om" pinta Om Deri

"Nggak omm"

"Ayooo sayaaang"

Om Deri memegang kepala belakangku dan mendorong nya agar mulutku mengulum joninya.
Aku membuka mulutku dan dengan ragu aku menjilati joninya, perlahan aku jilati lama kelamaan aku malah menikmati joninya si Om.

"Akhhhh... Enak sekali sayaaang" lirih Om Deri.

Tak lupa aku memasukan Joni om Deri ke mulut dan melumatnya.

Om Deri memaju mundurkan joninya dan menekan joninya kedalam sehingga aku batuk.

Ditengah asiknya si om memaju mundurkan joninya di mulutku dan akupun mulai terangsang tiba-tiba berbunyi panggilan telepon dari hp nya Om Deri.
Awalnya Om Deri menghiraukan teleponnya namun karena telepon itu berulang akhirnya Om Deri mencabut joninya dang mengangkat teleponnya.

Aku tidak tau apa yang dikatakan di dalam telepon itu yang jelas Om Deri terlihat serius menanggapi si penelpon sampai dia mendekati pintu kamar mandi.

"Baik pak , saya kesana sekarang" hanya itu yang aku dengar.

"Kenapa om?" Aku beranikan bertanya
"Suara bagian selatan direbut oleh calon musuh, mereka menggunakan money politik untuk mendapatkan suara" jelas Om Deri.
"Bukannya money politik udah jadi budaya kita Om" aku kembali menimpal.

Om Deri hanya melihatku sambil mengenakan baju dan celananya.

"Aminah kamu harus ikut dengan Om" aku kaget mendengar ajakan Om Deri. Mana mungkin aku ikut dengannya, apalagi hari udah malam.

"Nggak om" jawabku singkat

"Aminah... Ayo ikut dengan Om, temani om"
"Nggak om.. besok aku kelas"
"Pagi nanti om anterin kamu ke kampus"

Aku bingung, disisi lain aku penasaran dengan apa yang terjadi disisi lain aku takut cewek malam-malam keluar bersama orang-orang yang lagi adu perang politik.

"Ayooo.." teriak Om agak kencang
"Iyaaa ommm, aku ganti baju dulu" sontak aku kaget dan menerima ajakannya.

Setelah semuanya selesai kami langsung masuk ke dalam mobil Pajero hitam yang terparkir di area kosan. Mobilnya om Deri cukup banyak, dia sering gonta ganti mobil sama seperti Ririn.

Tanpa makeup akupun langsung berangkat mengikutinya kemana Om Deri membawaku. Entah kenapa saat ini aku tidak terlalu takut berada dekat Om Deri walau sedikit masih ada sih cuma tidak seperti di awal. Mungkin karena aku sering melakukan intim dengannya ditambah aku mulai menikmatinya.

Dalam perjalanan aku hanya melamun memikirkan bagaimana kalau Ririn tau saat ini aku bersama ayahnya entah kemana. Bagaimana kalau ibunya Ririn tau, yang ada aku pasti habis diserangnya.

Namun lamunanku buyar ketika Om Deri berbicara.
"Uang jajan kamu masih ada min?" Tanya om Deri.
"Maa asih om" jawabku dengan suara agak serak.
"Kalau habis bilang saja pada om"
"Ii yaaa om, makasih",

Sebenarnya aku tidak mengharapkan uang pemberian dari Om Deri, akupun tidak pernah memintanya meski dia selalu menikmati tubuhku. Aku bukan pelacur yang melayani lalu dibayar, tapi apa bedanya aku dengan pelacur yang mau dinikmati oleh seseorang yang bukan muhrim ku.

Entah aku juga bingung dengan keadaanku saat ini, musibah besar melanda hidupku. Terlintas dalam pikiran ku bagaimana jika aku hamil, perutku berisi, lalu aku pulang membawa perut buncit tanpa diketahui bapaknya siapa, pasti di desa aku akan jadi bahan omongan tetangga jika aku hamil.

Tapi sejauh ini Om Deri hanya baru 2 kali menyemprotkan lahar panas di mieaw ku, selebihnya diwajah dan dimulutku, semoga aja tidak berbuah.

Sudah hampir 30 menit kami berjalan dan akhirnya Om Deri memarkirkan mobilnya dihalaman rumah yang sangat besar. Garasinya dan halaman rumahnya sangat luas, sudah terparkir banyak mobil dan motor disana. Terlihat dari dalam mobil orang-orang berkumpul didalam dan diluar rumah, ada juga yang ditaman dan disamping.

Kenapa orang-orang bisa ramai gini apakah lagi hajatan tapi tidak ada dangdutan. Biasanya kalo di desa ku orang-orang berkumpul di tempat hajatan sambil menikmati alunan musik dangdut.

"Ayo min kita turun"
"Tapi aku malu om"
Jujur aku malu jika harus turun dan masuk kedalam. Pasti dikiranya aku gadis panggilan atau psk oleh orang-orang, mana orang-orangnya laki semua hanya ada satu dua perempuan itupun sudah Emak-emak.

Nantikan lanjutan ceritanya ☺️

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience