Bab 8 24 Jam Tiada Henti

Romance Series 6315

Setelah Om Deri menumpahkan lahar panasnya di dalam mieaw ku badannya ambruk menimpaku. Akupun sama ambruk di kasur sambil berpelukan dengan Om Deri, tenagaku sudah terkuras habis sampai aku biarkan lahar panas Om Deri mengalir ke paha ku yang mulus dan putih.

Tak sadar aku tertidur begitu sangat cepat, karena bandanku terasa sangat lemas ditambah aku belum tidur karena mungkin aku belum terbiasa begadang sampai jam segini.

Menjelang siang aku mulai tersadar, aku merasakan suasana yang asing, kamar yang dingin kasur yang empuk membuatku malas untuk membuka mata. Tidak seperti biasanya, kalau bangun tidur kamarku terasa panas oleh sengatan matahari meski matahari pagi tapi panasnya menembus ubun-ubun, karena kamarku kecil jadi pengap dan mudah panas.

Sambil menikmati suasana kamar entah kenapa di bokongku ada benda yang bergerak, aku takut itu toke yang masuk kedalam celanaku. Tapi toke pasti kulitnya kasar sedangkan ini begitu halus, aku raba pelan-pelan menyusuri keberadaan benda itu dengan mata yang masih tertutup dan ketika aku sudah mendapatkan benda itu aku sangat kaget.

Ternyata yang aku pegang Joni nya Om Deri yang sudah keras berdiri. Aku sontak kaget membuka mata dan beranjak berdiri, namun aku lebih kaget ternyata aku tidak mengenakan kain sehelai pun yang menutupi badanku.

Sehabis dihantam Om Deri pagi tadi aku ketiduran dan belum sempat memakai baju, tenagaku terkuras dan tidur begitu saja.

Kulihat Joni Om Deri bergerak-gerak seolah mengisyaratkan agar disentuh tapi Om Deri masih tertidur.

Aku bingung antara harus memegangnya atau memukulnya, disisi lain aku tergoda dengan tegaknya Joni yang keras disisi lain juga aku benci karena benda itu selalu menerobos mieaw ku yang sempit ini.

Aku tarik bajuku yang tertindih badan Om Deri, kutarik perlahan takut Om Deri terbangun. Tapi Om Deri bergerak dan malah menindih bajuku tepat dipantatnya. Dengan posisi terlentang Joni Om Deri lurus tegak ke atas, aku kaget melihat nya.

Makin susah saja untuk ku mengambil baju dan harus menggeser badan Om Deri tapi jika di geser yang ada nanti Om Deri malah bangun.

Tak menyerang aku terus berusaha mengambil bajuku secara pelan-pelan, kini mukaku berhadapan lurus dengan Joni nya Om Deri.

Mataku melotot melihat itu, susah sekali aku paling kan wajahku agar tidak melihat benda itu.

Tiba-tiba desiran nadi menyusuri urat badanku, nafasku mulai meronta lebih kencang dan menimbulkan dengusan yang keras.

Hasrat ku naik, aku tak kuat menahan itu, ingin sekali aku lumat Joni Om Deri tapi masih ada perlawanan dari jiwaku meski kini tanganku sudah menyentuh paha Om Deri.

Alih-alih aku hanya ingin memegang pahanya kini tanganku bergerak mendekati benda yang berdiri dihiasi bulu-bulu hitam lebat. Ku usap perlahan dari bulu-bulu nya yang sedikit kasar dan ku pegang batang si Om terasa begitu hangat di tangan.

Ketika dipegang Joni si Om makin keras, urat-urat terlihat kencang melingkar seperti akar yang biasa di pohon. Tanganku gemetar tidak biasa megang beginian, biasanya aku cuma megang pensil ketika di kelas sekarang aku megang benda kenyal tegang di hotel Oyo.

Perlahan mulai aku usap-usap joninya si Om dengan lembut tak lupa ku tekan-tekan juga lubang kecil di ujung kepalanya.
Nafasku makin memburu ingin rasanya aku isap benda itu dengan lahapnya tapi tiba-tiba Om Deri tersadar dari tidurnya.

Sontak aku terkejut dan melepaskan kocokan, aku berlagak bingung ketika si Om memandang ke arahku.

"A... a... Nggak om aku mau ambil bajuku" sontak aku langsung tarik baju yang ditindih si Om.

Sementara Om Deri masih memandangku dengan senyuman yang semakin membuatku grogi.

Setelah baju itu akan ku kenakan tiba-tiba si meraih tanganku dan mengarahkan tanganku pada joninya.

"Kamu GK kasian dilepas gt aja"

Ku telan ludah yang sudah menumpuk dimulutku, aku diam saja mendengar ucapan Om Deri.

Tanagnku kini sudah kembali memegang joninya si Om, sambil dituntun mulai ku kocok kembali joninya.

"Akhhh... enak sayang"

Sempat tertunda kini nafasku kembali memburu, mataku tidak lepas memandang besarnya Joni si Om ketika mendapat sentuhan yang dariku.

"Ayo sayang.." pinggul ku ditarik mengarah pada wajahnya, aku sempat berontak karena takut mengenai mukanya. Maklum sopan santun ku sangat tinggi jadi aku tidak mau kalau pinggul ku mengenai mukanya.

Ternyata disaat kondisi seperti ini sopan santun seperti itu tidak berlaku justru Om Deri mengarahkan bokongku de mukanya dan menjilati buah pinggul ku yang tidak terlalu besar ini.

Sambil di remas-remas Om Deri dengan lahapnya melumat mieaw ku dari belakang. Aku merenguh menerima jilatan yang belum aku rasakan sebelumnya.

Karena ingin membalas atas kenikmatan yang Om Deri berikan akupun berkontribusi mengulum joninya yang sedari tadi tagak lurus. Kini posisi kamu sudah membentuk formasi 69, dengan buasnya aku ku lumat joninya tidak mau kalah dari Om Deri.

"Akhhhh akhhhh..." Jilatan Om Deri di mieaw ku terasa sangat enak, mieaw ku sebentar lagi akan mengeluarkan cairan panas.

"Akhhhh.. akhhhh.. akhhhh" aku orgasme duluan.

Badanku ambruk dipangkuan Om Deri, terasa sangat lemas sekali tapi masih ingin terus melanjutkan permainan ini.

Kini si Om membalikkan badanku berputar arah, wajahku kini sudah berpapasan dengan si Om.

Diangkat nya pinggulku sedikit naik dan diarahkan pada joninya si Om, blesshhhh..... tidak terlalu repot kini Joni si Om sudah tenggelam didalam gua kenikmatanku.

"Akhhh"
"Ayo sayang goyangkan pinggulnya"

Aku menuruti permintaan si Om, ku goyang-goyang pinggul layaknya orang India sedang menari. Kadang ku naik turunkan agar Joni si Om bisa bernafas.

Si Om terlihat sangat menikmati tarianku, tangannya sambil meremas-remas buah durenku yang lembut dan kenyal.

Setelah sekian lama Om Deri memompa kubdsri bawah dengan kencangnya sepertinya dia akan menyemburkan lahar panas didalam mieaw ku.

"Akhhhh akhhh..." Om Deri menumpahkan semuanya didalam mieaw, sementara aku sudah dua kali orgasme.

Badanku kembali amburk menimpa Om Deri, joninya masih dalam gua kenikmatan ku.

24 jam sudah aku dan Om Deri berada di hotel Oyo, setiap dua jam sekali kami melakukan permainan tanpa henti. Kini badanku terasa sangat lemas mungkin karena banyak sekali aku merasakan orgasme dalam satu hari.
Selama di Oyo aku terus dihantam tiada henti, paling ketika kami lapar rehat sejenak dan melakukan permainan lagi ketika sudah makan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 01.47 dini hari, aku dan Om Deri bersiap meninggalkan tempat ini. Aku sendiri ingin secepatnya pulang ke kosan padahal kamar ini lebih nyaman dari kosannku tapi aku harus cepat pulang karena paginya aku ada kelas dan Om Deri pun ada kerjaan tidak tau kerjaan apa kami langsung bergegas meninggalkan tempat ini.

Nantikan bab selanjutnya ☺️

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience