Selesai makan dan shalat kami pun kembali melanjutkan perjalanan. Kini arahnya lumayan jauh dibanding kemaren, kini kami memasuki gedung-gedung tinggi. Bentangan apartemen menjulang tinggi, Ririn masih kebingungan membaca share lok yang diberikan bapaknya.
Masih di area kota Ririn berhenti di depan gedung lantai 4, terbentang lebar spanduk bertuliskan "BERSAMA HENDRA PROVINSI SEJAHTERA" di depan gedung.
Mau segede apapun baliho yang di pasang, kata-kata yang intelek tetap saja ketika sudah duduk di kursi empuk mereka diam tidak memikirkan rakyatnya.
Sekikas otak ku mengkritisi isi baliho itu.
"Ayo Rin turun" sahut Ririn
Aku pun langsung turun dan mengikuti langkah Ririn menuju masuk kedalam gedung. Selama jalan aku diperhatikan oleh beberapa orang yang aku lewati, terlebih satpam yang sedang berjaga.
Entah apa yang mereka perhatikan padahal aku tidak berpakaian seksi, aku mengenakan celana kulot dan kemeja. Tidak mungkin terlihat seksi, namun pinggul ku sedikit terangkat karena bentuknya memang menungging.
Kini kami sudah berada di lantai 3 tempat bapaknya Ririn berada, orang-orang banyak dilantai ini. Terlihat juga banyak wartawan yang sedang meliput di ruangan cukup besar dan dipenuhi oleh orang-orang.
Ternyata disitu tempat Pak Hendra berkampanye dengan banyak orang, setelah ku perhatikan audiensi nya bukan ibu-ibu atau bapak-bapak biasa.
Bukankah kalau kampanya sasarannya masyarakat biasa kok ini malah orang-orang yang berdasi semua.
Pikirku heran dengan keadaan saat ini, namun tak lama aku memahami ternyata Pak Hendri melakukan kampanye pada masyarakat golongan atas, masyarakat yang terdiri dari pengusaha-pengusaha sukses, pantas saja penampilannya tidak seperti masyarakat pada umumnya.
Selama acara kamipun menunggu diluar, berharap acaranya cepat selesai karena aku sudah bosan berada di tempat seperti ini.
Tiba-tiba orang-orang berlarian keluar, sontak aku berdiri dan kaget. Ternya para wartawan berlarian keluar menunggu Pak Hendra diluar.
Begitulah ketika orang sudah terkenal, wartawan pun jungkir balik agar bisa meliputnya.
Tak lama Pak Hendra pun keluar dijaga ketat oleh orang-orang bertubuh kekar, dibelakangnya terlihat Om Deri bapaknya Ririn berjalan dibelakang.
Aku menyaksikan ketika pak Hendra menyampaikan semangat nya maju di Pilgub pada media. Dia bicara akan memajukan daerah dari segi apapun.
Dalam hati aku hanya ketawa, bagaimana bisa aku percaya pada janji-janji manisnya. Semua calon pasti berkata yang sama hanya saja itu manis dimulut pahit diperut.
"Ayo Min"
Ririn mengajakku berjalan mengikutinya, ternyata dia sudah di chat bapaknya untuk menunggu di ruangan ujung sebelah kiri. Kami pun masuk kedalam, ruangan yang sepi tidak ada sedikitpun orang di ruangan ini.
Ririn langsung duduk di sofa ruangan
"Capek min tiap hari harus mengikuti papaku" umpatnya kesal.
"Ibu kamu kok gak ikut Rin?" Tanyaku.
"Bundaku dinas, dia gk bakal ada waktu buat ikut papah"
Ririn memang anak yang beruntung, ibunya seorang PNS yang bekerja di bagian administrasi pemerintah kota dan bapaknya seorang politikus dikenal oleh banyak pejabat.
Tak lama masuk seorang laki-laki bertubuh kekar dan tinggi memakai kemeja putih tak lain yaitu bapaknya Ririn.
"Hallo sayaaang"
"Pahhh"
"Makin cantik aja kamu sayaaang" sontak jantung ku berdebar mendengar ucapan itu. Namun ternyata itu diucapkan pada Ririn sambil dipeluknya anak kesayangannya itu.
"Hallo Aminah" sapa om Deri.
"Hallo om" balasku pelan sambil menunduk.
"Ayo kita ke ruangan sebelah, papah akan perkenalkan kamu ke pak Hendra" ajak om sambil berjalan keluar.
Kami pun langsung mengikutinya dari belakang, terlihat diluar masih ramai orang-orang mengobrol dan kami memasuki ruangan yang tidak terlalu besar. Didalam hanya ada beberapa orang saja dengan berpakaian rapih dan berdasi.
"Hallo mas Deri" sapa lelaki tua memakai jas hitam lengkap dengan dasinya. Ya itu adalah Pak Hendra calon gubernur.
"Hallo pak" balas Om Deri
"Kamu bawa bidadari dari mana mas Deri" ucap pak Hendra sambil menatapku.
"Kenalkan pak , ini Ririn putriku dan ini Aminah temannya" om Deri mengenalkan kami pada Hendra.
"Baik silahkan duduk mas"
Kamipun duduh di kursi bundar, seolah akan melakukan rapat rahasia tapi ternyata hanya ngobrol dan guyonan saja yang ada.
Tapi sedikit-sedikit pak Hendra mengajari kami bagaimana komunikasi politik untuk memenangkan pertarungan. Aku hanya mengangguk-angguk saja karena sebenarnya aku tidak terlalu suka dengan politik.
Malah aku sibuk mengawasi om Deri, khawatir dia berbuat yang tidak-tidak.
Tiba-tiba aku kaget mendengar penawaran dari Pak Hendra, dia menawariku menjadi asistennya selama kampanye. Namun aku tepis karena aku masih kuliah dan harus mengerjakan kewajiban ku sebagai mahasiswa.
Terlihat Om Deri melirik ke arahku dan mengedipkan matanya seolah kode untuk aku menolak tawaran pak Hendra.
"Bagaimana non Aminah" tanya pak Hendra.
"Maaf pak sepertinya saya belum bisa karena fokus mengurus kuliah dulu" jawabku pelan agar tidak menyinggung perasaan pak Hendra.
Pak Hendra pun mengangguk sambil tersenyum ke melihatku. Akupun langsung menundukkan kepalaku tidak kuat menatap wajah pak Hendra.
Sekitar pukul 3 sore acara obrolan selesai, semuanya bergegas pergi keluar berikut pak Hendra dan Om Deri.
"Kita kemana Rin" tanyaku pada Ririn
"Ikut papah, katanya dia mau ajak kita makan"
Akupun hanya mengiyakan saja, asal tidak berduaan dengan Om Deri. Aku takut kalau dia melakukan hal yang sama seperti kemarin.
Setelah Om Deri mengantar Pak Hendra keluar dia langsung menghampiri kami yang masih dari belakang.
"Rin, papah laper ayok kita cari makan"
"Iya pah"
"Zul" panggil Om Deri Pada sopirnya
"Iya pak"
"Kamu pulang duluan saja ya, saya bareng anak saya" ucap Om Deri
"Baik pak"
Aku langsung mendelik itu berarti Om Deri akan satu mobil dengan Ririn dan aku. Perasaanku makin tidak karuan, aku mulai merasa risih dengan keberadaan Om Deri bersama kami.
Tak lama kami memasuki mobil, kali ini Om Deri yang membawanya sementara Ririn duduk di depan dan aku di belakang. Sepanjang perjalan Om Deri selalu melihat ku dari kaca depan. Aku hanya menunduk takut dan gelisah.
Tak lama mobi pun berhenti di depan restoran
"Sayaaang kita makan disini saja yaa" ucap Om Deri pada Ririn.
"Iya pah"
Kami langsung keluar dari mobil dan berjalan memasuki restoran.
Selepas makan kami langsung pergi untuk pulang, waktu sudah pukul 5 sore. Tak terasa cuma makan saja tapi menghabiskan waktu cukup lama.
Di perjalanan kami kena macet sehingga kemalaman di jalan, waktu sudah pukul 8 tapi jarak ke kosannku masih 20 menitan. Terlihat Ririn sudah pulas tidur di kursi depan, sementara aku hanya diam seribu kata tidak berani mengucapkan apa-apa begitupun Om Deri yang sedari tadi diam saja.
Karena kami melewati jala tol Om Deri membelokan mobil nya ke res area, sepertinya dia mau membeli sesuatu atau kebelet kencing. Setelah terparkir Om Deri keluar tapi bukan ke supermarket atau toilet, melainkan ke pintu belakang dan mengetuk-ngetuk kaca.
"Tok tok tok..... Tok tok tok....
Sontak aku kaget, perlahan aku turunkan kacanya.
"Ada apa Om" Tanyaku
Namun dia malam menutup mulutku
"Jangan berisik nanti Ririn bangun"
Serrrr..... Dadaku berdenyut kencang
Ditambah Om Deri membuka pintu mobil dan masuk ke kursi belakang diamana Akau berada.
Kemudian Om Deri menutup kembali kaca mobil dan mendekat padaku.
Aku kaget dan Munduk ke pojokan, namun om Deri terus mendekatiku.
Aku takut jika Ririn bangun dan memergoki kami, tapi Ririn nampaknya tidak menyadari.
Om Deri dengan cepat melumat bibirku dan meremas-remas buah dadaku. Aku merenguh menerima serangan dari Om Deri.
"Om hhh jangan ommm"
Namun Om Deri terus melancarkan aksinya, kini dia membuka kancing bajuku dan meraba kedalam payudara ku.
"Aakhhhh"
Sontak badanku menggelinjang menerima sentuhan dari Om Deri.
Om Deri langsung menutup mulutku agar tidak bersuara.
Aku coba berontak tapi badanku sudah terkapar.
Ditambah aku malah terangsang dengan hisapan-hisapan om Deri di payudara ku.
Aku tutup mulutku dengan tanganku agar tidak bersuara dan Om Deri meloroti celanaku.
Aku berusaha mencegah namun usahaku sia-sia celanaku sudah turun dan CD ku sudah titariknya ke bawah.
Kini giliran om yang membuka celananya dan mengeluarkan Joni nya yang besar, aku tak kuat melihatnya, aku hanya merem pasrah dengan keadaan. Aku hanya menikmati apa yang dilakukan Om Deri padaku.
Tak lama aku disuruh berbalik nungging membelakanginya, akupun langsung menuruti karena takut dia membentak dan Ririn terbangun.
Dari belakang aku merasakan ada sesuatu yang menyentuh pantatku, terasa hangat entah benda apa itu.
Lama kelamaan benda itu mengarah pada mieaw ku, aku sontak kaget dan menepis benda kenyal itu.
Namun tangan om Deri memegangi tangan ku ke belakang sehingga aku ambruk di kursi tanpa penyanggah.
Perlahan Om Deri Kemabli berusaha memasukan Joni kedalam mieaw ku Ari arah belakang, sedikit susah namun dia berhasil.
Bleeeesshhhhhhh...... Bleshhhhh....
Terasa benda tumpul masuk kedalam mieaw ku, aku menggelinjang menerima hantaman itu.
Perlahan Om Deri memaju mundurkan Joni nya dan aku mulai merasakan kenikmatan yang sama seperti kemarin.
Aku berusaha menutup mulutku rapat-rapat
"Akhhhhhhhh" suaraku sedikit tertahan
Om Deri terus memompaku dari belakang lebih cepat sampai mobil terasa bergoyang.
Akupun kembali menangis dengan keadaanku seperti ini, air mataku turun dan isakan demi isakan keluar.
Namun tangisan itu seakan tak berarti, aku tak bisa melawan apalagi menghindar dari buasnya nafsu Om Deri.
Lebih parah Om Deri melakukannya ketika berada dekat dengan anaknya, meski Ririn tertidur pulas namun sebagai orang tua seharusnya Om Deri tidak melakukannya.
Aku merasakan desiran nadi yang kencang dalam tubuhku, reflek aku langsung nungging lebih tinggi dan kepala ke atas
"Akhhhhhhhhh" aku kembali merasakan orgasme.
Tubuhku terkulai lemas ambruk di kursi sesasi yang sangat luar biasa, sekarang aku menikmati genjotan Om Deri.
Tak lama genjotannya mulai cepat, dia memelukku erat dan serrrrrrr...... Terasa hangat cairan keluar didalam mieaw ku.
Om Deri merenguh ambruk menimpaku...
Setelah semua tumpah didalam mieaw ku Om Deri mencabutnya dan mengelap menggunakan tisu. Dengan sigap dia langsung merapikan celana seperti semula, aku pun langsung mengusap mieaw ku yang basah dan langsung mengenakan kembali CD dan celanaku.
Setelah semua selesai aku duduki termenung di pojokan, sementara Om Deri sibuk merongoh tas nya.
Dia menjulurkan tangan ke arahku dengan sekepal satu buah amplop. Aku hanya diam tidak menerimanya.
"Ini buat kamu sayaaang" bisik Om Deri pelan.
Aku ambil amplop itu dan kumasukan dalam tas tanpa aku melihat kemabli pada Om Deri.
Om Deri kemabli medekat ke wajahku dan berbisik
"Terima kasih sayaaaang, om puas sekali"
Dengat cepat dia melumat bibirku dan reflek aku malah merespon lumatan itu. Kini kami saling mengadu lidah dan menikmati lumatan demi lumatan.
Next nantikan cerita selanjutnya ☺️
Share this novel