Bagian #1

Drama Series 398

Seseorang yang mendorong kursi, melangkah cepat, dan memutuskan untuk pergi itu, Shella.

Plug!

Sebuah batu terlempar jauh didepan sana. Alih-alih langsung menuju ketengah sungai. Lantas, seperti biasa, langsung tenggelam.

Plug!

Batu berikutnya ikut terlempar. Lebih tepatnya, memang sengaja di lempar. Kali ini lebih jauh daripada sebelumnya. Terlihat sekali gadis itu melemparnya lebih kuat, lebih bertenaga.

Ia sedikit membungkukkan badan, hendak mengambil batu untuk dilempar kembali. Entah ini hitungan yang keberapa, ia tidak memikirkannya. Pikirannya kacau, sama kacaunya dengan tingkahnya kali ini. Yang ia tahu, ia hanya butuh pelampiasan. Sayangnya, orang yang selama ini menjadi tempat pelampiasannya, justru telah mengecewakannya kali ini. Dalam kasus yang lebih rumit. Dan Shella tak pernah merasa semenyakitkan ini sebelumnya.

Gadis berambut sebahu itu membungkuk kembali, meraba-raba sekitar tempatnya berpijak. Tapi kosong, tidak ada batu disana. Ia berbalik, hendak mengambil batu beberapa meter di sampingnya. Tapi, belum saja ia hendak melangkah, seseorang membawa banyak sekali batu berukuran sekepalan tangan. Meletakkannya didepan Shella.

Shella kembali ke tempat semula, mengambil batu itu. Tanpa perlu mengucapkan terimakasih. Melemparkannya kembali.

Seseorang itu hanya mengangkat bahu, menggaruk kepala yang tidak gatal, sedikit bingung. Lantas, ikut melemparkan batu ke sungai.

***
Hujan turun lebih deras mengguyur kota ini. Tepat sekali. Menjadi teman dalam suasana mencekam yang baru saja terjadi di antara keheningan dua remaja yg saling berhadap-hadapan. Tanpa percakapan apapun. Justru malah pikiran merekalah yang saling bercengkrama. Saling bergaduh, tapi tak terucapkan.
Sudah dua puluh menit orang itu meninggalkan mereka. Dan apa yang terjadi, bukannya kelegaan yang pria itu dapat, tapi justru rasa bersalah yang lebih kuat menyergapnya. Pikirannya kalut, bukankah di saat sperti ini yang terpenting adalah ia dan gadis barunya? Dan bukankah gadis itu menerimanya? Lalu mengapa kepergian Shella justru membuatnya bungkam? Membuatnya lebih tak berdaya.
Pria itu mendesah, memegang gelasnya erat.
"Kau tau apa yang terjadi?" Tanya Tiara, mencoba menetralisir keadaan.

"Hujan."jawab pria itu singkat.

"Bukan itu yang kumaksudkan"

"Aku tahu, aku akan mengantarmu pulang."

Tiara mendesah, bukan itu jawaban yang ia kehendaki. Tapi, sudahlah. Toh moment yang seharusnya bahagia ini harus ia jaga bukan? Dan ia tidak akan merusaknya. Apalagi dengan pertanyaan-pertanyaan yang belum tentu pria ini bisa menjawabnya.
Gadis itu mengangguk, berdiri mengambil tas jinjingnya. Mengikuti langkah pria itu keluar dari restauran. Menggandeng tangannya. Pria itu sedikit terkejut, tapi bukankah memang seharusnya seperti itu? Tapi.....

"Ah sudahlah..."

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience