Pulang

Romance Completed 335

Dua bulan kemudian, terdengar kabar kalau raja sedang sakit. Aku tidak tahu raja sakit apa. Aku hanya mendengar desas desus itu dari para selir yang lain.

“selir siu… mari kita besuk paduka bersama, kau belum melihat nya sama sekali bukan?” kata rara.

“iya selir rara.. aku belum sama sekali menjenguk paduka.. ayo kita pergi bersama..”

Aku pergi menemui raja bersama para selir yang lain nya dengan diketuai oleh selir ratih , kami berjalan bersama-sama menuju kamar raja. Sesampai nya di kamar paduka raja, kami melihat ada permaisuri, para penasihat, dan tabib sudah berada disana . mereka menjelaskan penyakit yang diderita raja, kalau raja terkena penyakit sipilis. Begitu dijelaskan sebab penyakit nya, permaisuri langsung melabrak ku.

“kau yang membuat raja terkena penyakit ini kan… ayoo.. kau harus bertanggung jawab….” Kata permaisuri. 

“jangan permaisuri.. jaga sikap mu.. disini bukan hanya putri siu yang menikah dengan paduka … kau tidak bisa menuduhnya begitu saja..” kata ratih.

“terus siapa yang harus disalahkan mbak…? “ tanya permaisuri menangis.

“tidak ada yang bersalah dalam hal ini.. kita harus berfikir jernih dalam keadaan seperti ini, bukan saling menuduh dan menjatuhkan.” Jelas ratih.

 Ratih membawa para selir dan permaisuri pergi dari kediaman paduka raja dan berkumpul di kamar para selir.

“tenangkan dirimu.. nanti kau bisa jatuh sakit..” kata ratih menenangkan permaisuri.

Aku tidak bisa berbuat apa-apa aku hanya tertunduk malu.. aku malu sekali, apakah benar aku yang membuat paduka raja jadi sakit? Padahal aku tidak melakukan apapun, aku hanya melayani nya sesuai dengan aturan agama ku. Aku pergi meninggalkan rombongan selir menuju kamarku.

“aku sebaiknya pergi sholat saja, untuk menenangkan fikiran ku.” Aku bergumam. 

Selesai sholat dan membaca al-qur’an, aku memutuskan untuk pergi dari istana dan menemui ayah ku. Aku memberanikan diri menghadap selir tertua, ratih. Dengan perasaan yang gemetar aku berbicara terbata-bata .

“put.. p.. putri ratih.. aku ingin minta izin, ak.. aku mau pulang menemui ayah ku.. sudah lama aku tidak pulang.. “

“kenapa terburu-buru? Kau sudah bicarakan pada paduka? “

“be.. belum putri.. aku sepertinya sedang tidak enak badan.. aku rindu ayah ku.”

“jangan bilang kalau kau merasa bersalah atas apa yang terjadi akhir-akhir ini di istana .. iya kan.. ?”

“tidak… bukan begitu.. aku rindu ayah ku.. apakah rindu ayah itu tidak boleh..?”

“baiklah… kalau memang begitu.. tapi aku tetap tidak percaya.. kau minta izin dahulu kepada paduka.. baru kau boleh pulang..” kata ratih.

“Baiklah..”

Aku berjalan juntai menuju kamar paduka raja. Dengan hati yang berat, aku menghadap raja untuk meminta izin pergi ke kediaman ayah ku.

“pengawal, izinkan aku menemui baginda.. “

“tapi di dalam sedang ada permaisuri, putri.. kami di larang menerima tamu.. “

“aku ingin berbicara pada raja..”

“ada apa ini.. ribut-ribu.. oh.. kau rupa nya.. mau apa kau datang kesini..?” tanya permaisuri.

“saya mau berbicara pada paduka raja, permaisuri.. “ 

“paduka sedang tidur.. apa yang ingin kau bicarakan , nanti aku sampaikan.. “

“saya ingin kembali kerumah ayah.. saya….”

“oh… kau mau melarikan diri ya dari kesalahan yang kau perbuat? Bagus sekali.. pergilah kau kerumah ayah mu.. dan , tak usah kembali ke istana lagi… “

Belum sempat aku menjelaskan alasan ku pergi, aku sudah di usir oleh pengawal. Aku pergi keluar istana layak nya gelandangan, tak di antar sama sekali malah dihina dan terhina.. tak ada gelar putri tak ada  cinta kasih.. itu sudah hilang.. aku berjalan tak tahu arah.. dimana kampung ayah berada.. 

setelah jauh aku berjalan tertatih-tatih, aku bertemu seorang warga tionghoa yang sedang menjajakan dagangan nya di salah satu pasar yang letak nya lumayan jauh dari istana. 

“maaf bu.. apa aku boleh bertanya..?”

“iya cantik.. kamu mau kemana? Heyy.. bukan kah kau ini putri syekh bentong.. ?”

“haha… iya bu.. saya mau pulang.. dimana rumah ayah ku?”

“dimana para pengawal dan dayang? Kau pulang sendiri? Kenapa.. ada apa sayang ku… mari kesini… aku antar kan kau kepada ayah mu.. “

Nyonya itu pun mengantarku ke ayah yang berjualan tak jauh dari tempat nya berjualan.

“ya allah.. ayah… “ aku berteriak memanggil ayah.

“masha allah.. anak ku… siu… “ayah berlari ke arah ku dan langsung memeluk ku.

“ayah.. aku rindu sekali dengan ayah… ayo kita pulang..”

“kenapa kau pulang sendirian? Dimana para pengawal? Oh ya.. ayah lupa, kau hanya seorang selir.. mungkin fasilitas nya beda dengan yang lain ya.. ayo kita pulang.. ayah bereskan barang dagang ayah dahulu..”

Aku mengangguk dan membantu ayah membereskan dagangan nya.

 

----------------------------------------------------POV PERMAISURI----------------------------------------------------------

Aku sedang bersama raja dan mengurus raja yang sakit, aku tahu sakit nya ini bukan sakit biasa. Ini pasti semua ulah gadis itu. Tapi aku terus berusaha berfikir positif kalau bukan gadis itu penyebab nya. Aku tak boleh jahat terhadap saudari seiman ku sendiri. Tapi entah kenapa kalau melihat dia, aku selalu sakit hati. Cemburu ku meledak-ledak, perih sekali teringat saat itu paduka raja dengan satu kali berjumpa dia langsung di ambil menjadi istri.

Kenapa begitu cepat nya para raja memperistri seorang wanita yang bahkan ia tak tahu dari mana asal nya. Aku tak pernah merasa secemburu ini pada wanita lain yang dinikahi raja selain dengan wanita itu.. siu ban ci.. bahkan aku pun tak mahu mendengar ataupun melihat wajahnya. Terdengar diluar sedang ada kegaduhan .

“ada apa ini.. rebut-ribu.. oh.. kau rupa nya.. mau apa kau dating kesini..?” tanya permaisuri.

“saya mau berbicara pada paduka raja, permaisuri.. “ 

“paduka sedang tidur.. apa yang ingin kau bicarakan , nanti aku sampaikan.. “

“saya ingin kembali kerumah ayah ku.. saya..”

“oh… kau mau melarikan diri ya dari kesalahan yang kau perbuat? Bagus sekali.. pergilah kau kerumah ayah mu.. dan , tak usah kembali ke istana lagi… “

Aku menutup pintu kamar raja dan menangis di sana. 

“Paduka, akan kah kau tau betapa hancurnya hatiku. Kau jahat sekali pada ku.. kenapa kau berkali-kali menyakiti aku seperti ini. “

Tak lama berselang, para tabib dating memasuki kamar raja. Aku membukakan pintu dan mempersilahkan mereka masuk bersama selir ratih yang ikut menggiring dibelakang nya.

“kenapa kau dating putri?” tanya ku.

“aku hanya menemani para tabib. Mereka bilang padaku bahwa mereka menemukan cara untuk menyembuhkan penyakit yang paduka hindap.” Jelas ratih.

“apa itu?”

“kau dengar saja nanti.” Jawab ratih.

“paduka raja, hamba membawa kabar baik. Setelah hamba dan murid-murid hamba bertapa selama 40 hari , hamba akhir nya mendapatkan wangsit yang telah hamba tunggu-tunggu kedatangan nya. Bunyi wangsit itu paduka akan sembuh jika paduka menikahi Wandhan seorang pelayan wanita berdarah wandhan. Dan disini pelayan kita yang berdarah wandan satu satu nya adalah bodrit cemara. Apakah paduka bersedia menerima wangsit ini?” jelas tabib.

Betapa terkejut nya aku. Terasa petir sedang menyambar ubun-ubun ku .. kenapa harus dia..?

“hah? Aku?” kata bondrit.

Paduka raja melihat kea rah bondrit seperti mengisyaratkan apakah ia bersedia menjadi istri raja selanjut nya. Bondrit menundukkan kepala nya.

“hamba hanya seorang pelayan paduka, apakah berhak menjadi seorang istri dari raja yang sangat besar seperti paduka?” tanya bondrit.

“kenapa tidak saudariku.. setidak nya kau akan mendapatkan kemuliaan di dalam istana ini. “ kata ratih.

Bondrit meoleh ratih dan menundukkan kepala nya, pertanda dia setuju dengan pernikahan ini. Malam itu juga pernikahan mereka dilaksanakan, lagi dan lagi paduka menyakitiku. Aku hanya bisa berpasrah kepada allah, semoga allah melapangkan hatiku untuk menerima kenyataan seperti ini. Aku berbaring sendiri dikamar ku, tak lama ada yang mengetuk pintu kamarku. 

“bondrit, tolong bukakan pintu.. “ sejenak aku terlupa kalau bondrit bukan pelayan ku lagi.

Pintu terbuka ternyata putri ratih dan para selir lain nya dating menjenguk ku. Ia melihat makanan ku yang tidak habis sama sekali.

“kau harus makan, jangan biarkan perut mu kosong. Nanti jika kau sakit, paduka bisa menikah lagi dan lagi.” Kata ratih sambil menyuapi makanan pada ku. Entah apa yang ada difikiran nya, apakah ia merasa sakit hati juga atau tidak karna selama ini aku juga telah banyak berbuat salah pada nya. 

“maafkan aku.” Aku memegang tangan nya dan menangis.

“maaf untuk apa? Semua sudah berlaku.. tak ada yang harus disesalkan. Kita semua menikah dengan raja tanpa paksaan sama sekali. Bahkan putri siu yang kau usir pun tidak pernah menggoda ataupun memaksa paduka untuk menikahi nya. “

Aku pun mengerti, dan merasa bersalah karna telah mengusir selir siu dari istana.

“apakah selir siu mau pulang kembali ke istana? Aku akan meminta maaf pada nya.” Kata ku.

“entah.. jangan berbuat sesuka mu lagi, berfikirlah dewasa. Kita semua disini adalah keluarga, sebelum kamu ada kami yang lebih dulu disini. Apakah pernah berfikir kami juga akan merasa sakit ketika kau menikah dengan baginda?” tanya ratih.

Aku terhenyak dan menatap wajah ratih. Ratih begitu baik, bahkan aku yang telah mengambil baginda darinya dan memperoleh status yang seharus nya untuk ratih. Tetapi ia tetap saja mengurusku mulai dari aku masuk pertama kali keistana, ia yang menyambutku mengajariku, dan mengurus semua yang aku butuhkan. 

“maafkan aku mbak ratih… maafkan aku… “ kataku menangis menyesali semua perbuatan ku pada nya.

“sudah.. asalkan kau mau berubah manjadi dewasa, semua akan kulupakan. “

“bagaimana kau bisa memiliki hati yang luas seperti ini? Kenapa kau malah mengurus ku, bukan menghukum ku?”

“kau harus membersihkan hatimu terlebih dahulu, dekatkan dirimu pada tuhan. Kau akan merasakan kedamaian .” kata ratih tersenyum dan meninggalkan aku sendiri dikamar.

Setelah hari itu, paduka mendatangi ku dengan agak emosi ia bertanya padaku tentang siu yang telah aku usir. Aku hanya bisa menundukkan kepalaku dan meminta maaf atas kesalahan ku.

“kau tahu, aku menikah bukan hanya dengan putri siu.. kau harus tahu, aku juga menikahi beberapa wanita lain. Kau jangan pernah mengambil keputusan sebelum meminta pendapatku. Aku akan pergi menjemput putri siu dan menyelesaikan permasalahan yang sudah kau buat.” Kata raja dan beranjak pergi menjauh dari kamarku.

“bahkan ia pun tak meminta maaf dan memikirkan perasaan ku.” Aku menggerutu.

Paduka sakit bukan karna ku.. tapi tidak ada yang mau mendengarkan satupun. aku harus kembali kepada kaum ku daripada aku dikucilkan di istana.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience