Setelah pesta pernikahan selesai, aku di arah kan oleh para dayang menuju kamar ku. Hiasan yang sangat indah bergelantungan di langit langit kamar, semerbak harum kelopak mawar berhamburan di atas Kasur putih empuk di hadapan wajahku.
Tiba-tiba saja lamunan ku terhenti karna dikejutkan oleh pelukan dari paduka raja. Detik itu juga aku mematung dan terhanyut oleh cumbu sang paduka yang sangat lembut. Malam itu kami terhanyut oleh irama kesunyian yang indah dan tak pernah kurasakan sebelum nya.
Ke esokan pagi nya, aku di ajak oleh dayang-dayang yang membangun kan ku untuk segera mandi. Aku lupa, aku harus junub… buru-buru aku pergi menuju kolam yang di arah kan para dayang. Kolam yang sangat besar dengan uap air yang sangat banyak menandakan kalau air itu hangat. Aku memasukkan kaki ku sedikit demi sedikit ke dalam kolam.
“hangat… “ ucap ku.
“silahkan yang mulia berendam.. “ kata dayang.
Aku berendam dan menikmati hangat nya air, sementara para dayang menggosokkan sesuatu di bahu ku .. seperti ini rupa nya menjadi putri, ada suatu kesenangan tersendiri. Air nya wangi segar, dan hangat..
Sementara aku sibuk dengan kesenangan ku, tiba-tiba saja para dayang pergi keluar meninggalkan ku, aku bingung saat menoleh kebelakang, ternyata paduka raja sudah berada di belakang ku. Kami pun mengulangi lagi hal yang kami lakukan semalam.. mungkin kali ini lebih seru dari semalam.. haha..
Setelah mandi, aku di ajak para dayang berkeliling istana para selir dan berkenalan dengan mereka, kebetulan mereka sedang berkumpul di sebuah gazebo, mereka sedang asyik bercerita dan bersendagurau hingga Salah satu dari mereka melihat ku dan mengajak ku bergabung.
“hai.. selir baru… ayo bergabung dengan kami.. “ menarik tangan ku dan menduduk kan ku di tengah rombongan mereka. “perkenalkan … aku sita (menunjuk kepada perempuan manis yang ramah), ini piu (seorang perempuan imut dan cantik dari ras peranakan), ini caca(seorang perempuan yang terlihat sangat anggun), aku dewi , dan yang itu yang paling senior ratih (seorang perempuan yang terlihat sedikit dewasa duduk di dalam gazebo). Dan yang lain nya… jangan lupa berkenalan juga… disini ada sekitar 78 selir. Aduh… banyak sekali yang harus kau hafal… oh ya.. namamu siapa?”
“aku siu ban chi, panggil aku siu..” jawab ku.
“ooooh… siuu… “ kata mereka bersamaan.
Aku tersenyum kecut.
“jangan malu-malu.. disini kita saudara. Sesama selir, kita harus bersama-sama saling membantu. Tapi, di hadapan yang mulia raja, kita tetap saingan… “ kata sita menjelaskan.
“aku dengar kau beragama islam.. “ kata ratih.
“iya… “ aku terpanah dengan wajah rupawan ratih. Ia sangat cantik dan bersahaja, pantas saja ia diperistri oleh raja.
“berarti, kau dan permaisuri satu agama, kalian saudara seagama.. “ kata ratih.
“wah.. aku baru tahu kalau permaisuri beragama islam, dia berasal dari mana?”
“permaisuri berasal dari kerjaan champa, dia anak dari raja Kauthara yang berdarah cina yakni Bong Tak Keng. Dia memiliki nama asli dewi Amarawati. “
“yah… mereka sudah menikah bertahun – tahun tapi belum mendapatkan keturunan. Apalagi saat mengetahui yang mulia menikah lagi secara terbuka didepan permaisuri langsung… hahahah…. Permaisuri sempat pingsan, dan sampai sekarang belum ada kabar mengenai kesadaran permaisuri.. “kata dewi.
“apa? Dia belum sadar juga?” aku merasa bersalah atas semua yang terjadi. “dimana ruangan permaisuri? Apa aku bisa berkunjung?”
“kenapa? Kau merasa bersalah? Sudahlah.. permaisuri memang seperti itu.. setelah nya dia akan kembali seperti sediakala. Sudah puluhan kali kami melihat kejadian seperti itu..” kata dewi menjelaskan.
Tapi biarpun dewi sudah menjelaskan seperti itu, aku tetap tidak enak hati kepada permaisuri, dia pingsan beberapa hari setelah pernikahan ku. Aku jahat sekali, aku melangkah pergi dari kumpulan para selir dan bertanya kepada dayang-dayang yang ada disana. Aku bertemu salah satu dayang yang amat manis tersenyum pada ku ketika aku melewati nya. Aku berhenti dan bertanya pada nya.
“permisi.. apa aku boleh tahu dimana letak kamar permaisuri?”
“kebetulan hamba juga mau kesana, mari ikuti hamba, putri.” Kata dayang.
“siapa namamu?” kata ku.
“panggil saja hamba bondrit cemara. Paduka raja yang memberikan nama itu pada hamba.” Terang nya.
Tak lama bersua, kami sudah berdiri di pintu kamar permaisuri. Bondrit cemara menyuruh ku menunggu sebentar diluar hingga permaisuri mengizin kan aku masuk.
“silahkan masuk putri.” Kata bondrit .
Permaisuri pingsan.. apa yang terjadi pada nya? aku merasa sangat bersalah.
Share this novel