Perceraian

Romance Completed 335

saat-saat yang dinantikan pun tiba. aku melahirkan putraku ba'da subuh.. semua gembira, bahkan majapahit pun diberi kabar juga. aku melihat putraku yang sangat kecil, Ia sangat mirip ayahnya. Para Dayang sibuk menyiapkan mandi dan pakaian bayiku yang baru lahir beberapa waktu lalu. setelah bayiku dimandikan dan di pakaikan bedong, bayiku disusukan oleh inang nya (ibu susu).

“Assalamualaikum.. Putri Siu, apakah kami boleh berkunjung?” kata Nyi Sahilan.

“waalaikumsalam… Silahkan masuk Nyi.. ”kata ku. “wah.. kukira kau datang sendiri, silahkan duduk mbak Ayu , Wahita..”

aku menyuruh Dayang menyiapkan tempat duduk untuk para istri Swan Liong.

“kau sangat baik .. tak usah repot-repot Siu.. istirahat saja jangan banyak fikiran dan banyak gerak. ” kata Wahita.

“tidak repot mbak.. sudah seharusnya saya menyiapkan keperluan para tamu yang datang..”

“bagaimana keadaanmu?” tanya Ayu.

“alhamdulillah , saya sehat mbak.. ” jawabku.

kami pun berbincang-bincang , mereka juga menceritakan pengalaman mereka masing-masing ketika melahirkan anak-anak mereka.

“Assalamualaikum… boleh saya masuk?” tanya Swan Liong yang menongolkan kepalanya di pintu.

“waalaikumsalam… ” jawab kami semua.

ketiga istrinya tertawa melihat kelakuan Swan Liong yang konyol.

“ayo masuk a'.. biasa juga aa' yang paling sering berkunjung kesini.. ” jawab Nyi Sahilan.

“iya… sok-sok an pake nanya boleh apa tidak… hm… ” timpal Ayu.

Swan Liong masuk dan menggendong bayiku .

“Masha Allah… mirip sekali dengan Romo ku. ” kata Swan Liong, aku hanya tersenyum mendengarnya.

“Lah.. emangnya harus mirip siapa? mirip kanda? ” jawab Ayu manyun.

“Kan ini adik ku.. harus nya miriplah… ” jawab Swan Liong menggoda Ayu.

mereka sepertinya sangat harmonis dibanding yang lain. setelah kunjungan itu, Ayu mulai sering menjengukku. bahkan hanya untuk sekedar bertanya aku sudah makan atau belum. aku tak pernah menyangka seperhatian itu dia padaku setelah sebelum nya dia sangat sedikit mengerikan untuk ditegur sapa.

setelah 40 hari setelah helahiran bayiku, Swan Liong datang lagi kerumahku, tapi kali ini untuk meminangku .

“apa kau sudah meminta izin pada istri-istrimu terlebih dahulu? aku sangat tidak enak jika saya harus berselisih faham lagi kepada mereka terutama Mbak Ayu.” kataku..

“baiklah jika itu mau mu.. aku akan mengumpulkan mereka disini, dan aku akan menepati janjiku padamu dulu.” kata Swan Liong, ia pun berlalu pergi.

“janji? janji apa?”

“memang nya Tuan pernah berjanji apa di kapal putri?” tanya dayang.

aku hanya menggelengkan kepalaku, perasaan ku tidak enak. pasti akan terjadi apa-apa. kira-kira apa yang akan dilakukan Swan Liong lagi kali ini. kenapa Dia selalu membuat masalah yang aneh-aneh. tiba-tiba saja para istri Swan Liong datang kerumahku, mereka disuruh berkumpul dirumahku, aku dan para dayang kebingungan. tak lama, Swan Liong datang.

“apa yang kalian inginkan dariku?” tanyaku.

“kami juga tidak tahu Siu.. tiba-tiba saja mas Liong menyuruh kami berkumpul disini..” kata Wahita.

“semua sudah berkumpul? bagus.. saya mau menjelaskan kenapa kalian dikumpulkan disini. saya mau menceraikan kalian semua, dan menikahi Putri Siu Ban Ci.” tegas Swan Liong.

“apa??” kata mereka serentak.

aku melangkah menuju Swan Liong dan menamparnya.

“apa yang kau lakukan? rujuk… jangan kau menceraikan mereka.. apa salah mereka padamu? aku tidak akan mau menikah denganmu jika mereka kau ceraikan… " kataku dengan nada tinggi, lalu meninggalkan mereka pergi menuju sungai.

“apa yang membuatmu mau menceraikan kami? apa salah kami?” tanya Wahita.

PLAKKK… tangan kanan Ayu melayang kepipi Swan Liong.

“aku jauh-jauh dibawa dari Majapahit kesini hanya untuk dipermalukan seperti ini dihadapan selir buangan itu? kau sudah merendahkan ku.. ” kata Ayu dan berlalu pergi meninggalkan mereka yang masih kebingungan.

Nyi Sahilan dan Wahita shock dan pergi ke rumah mereka masing-masing. Swan Liong pergi keruangan senjata, ternyata disana sudah ada Bong Swi Hoo yang sedang memelihara pedangnya.

“kenapa? ada masalah apa lagi kau dengan para wanita itu?”

“aku tidak mengerti.. aku telah menjalankan amanat dan janjiku dahulu, tapi kenapa jadi seperti ini, aku ditolak.. dan disuruh untuk rujuk?” kata Swan Liong menggelengkan kepala nya.

“Siapa yang kau maksud ?”

“Siu..” jawab Swan Liong

“kau telah menceraikan ketiga istrimu demi Siu?”

“iya.. memang nya kenapa? Siu itu cinta pertama ku.. harusnya dari awal, dia yang menjadi istriku. dan aku tidak perlu menikahi wanita -wanita yang lain..”

“kenapa kau berkata begitu Liong.. kau benar-benar tidak punya akal?"

“apa aku bersalah jika aku bahagia mendapatkan cinta ku yang sebenarnya? apa aku tidak boleh mendapatkan dia yang aku inginkan menjadi satu-satunya milikku tanpa harus berbagi malam dengan wanita lain?” tanya Swan Liong.

“tidak ada yang salah dalam cinta, tapi kau harus sadar Liong.. kau sudah memiliki tiga istri yang telah menemanimu selama bertahun-tahun, apa lagi Ayu.. dia yang kau boyong dari Majapahit ke sini. kau bilang kau cinta padanya, tapi kenapa sekarang begini?”

Swan Liong terduduk dilantai, menangus dan mencoba menjelaskan.

“sebenarnya paman.. Ayu itu.. dia itu hanya pelarian hati. saat Romo menyuruhku menikah, aku tidak bisa menemukan keberadaan Siu. aku mencarinya keseluruh penjuru negeri, berharap bisa bertemu dia kembali dan mengabulkan janji ku dahulu untuk menikahinya dan menjadikan dia satu-satunya wanitaku. tapi, aku tidak bisa menemukannya kembali. hingga saat Romo dikabarkan akan mengirim Siu kepadaku. Aku sangat terpukul, kenapa harus Romoku yang menjadi sainganku sendiri. aku kesal dengan kehamilannya, aku kesal dengan kelahirannya.. tapi .. semua sudah terjadi.. aku ikhlaskan semua yang sudah terjadi.. hari ini aku melamarnya dan menceraikan ketiga istriku, aku malah seperti melakukan dosa besar. apa yang harus aku lakukan paman.. ?” jelas Swan Liong panjang lebar.

Bong Swi Hoo hanya melirik nya heran.

“kisah cinta yang terlalu rumit. kau yang memulai, kau pula yang harus mengakhiri. jika kau menceraikan mereka bertiga, apa kau tidak perduli dengan masa depan anak-anakmu yang masih kecil-kecil? dan para wanita itu, pasti akan menjadi cacian dilingkungan keluarga mereka.” kata Bong Swi Hoo.

Swan Liong mulai menyadari kesalahan nya. dia pergi kekediaman istri-istrinya, dan meminta maaf. walaupun awalnya banyak penolakan, akhirnya mereka semua rujuk kembali. akan tetapi, tidak dengan Siu. dia memutuskan untuk pergi dari kediaman Swan Liong dan tinggal bersama warga biasa.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience