BAB 8

Family Completed 551

Di depan seluler aku duduk menghadap kamera. Bernyanyi sebuah lagu dan memainkan gitar sebisaku. Jenuh menyambar hati dan pikiranku. Ku rebahkan tubuh di atas ranjang seiring mengingat kata-kata ayah yang entah kenapa terasa begitu menyesakkan dadaku.

“Memang kau yang harus betanggung jawab! Gara-gara kamu aku masuk hospital . Gara-gara kamu ibumu juga meninggal. Kau tahu kalau kau itu anak sial! Pembawa petaka. Seharusnya kau sadar. Kenapa aku bersikap dingin padamu. Mikir!!!”

Air mataku meleleh.

“Apa yang harus aku banggakan dari seorang pembunuh sepertimu. Jika kau tidak kekeh waktu itu mengajak aku, dan ibumu juga kakak-kakakmu ke pantai. Ibumu tak akan mati. Ngerti kamu?!”

Hatiku tersayat sembilu.

“Jangan kau pikir, semua kebaikanmu akan membuatku luluh. Tidak. Aku tidak akan lupa dengan semua kejadian itu. Dari kecil, kau sudah merepotkan. Sampai sekarang. Kau juga masih merepotkan…”

Tangisku pecah.

“Maafkan, Herman . Ayah!”

“Keluar kau dari sini!” bentaknya membuatku kaget. Aku mengiba agar ayah tak memantapkan niatnya.

“Cepat keluar!” bentak ayah keras sehingga Mak Marni meminta pengertianku. Dia memanggil perawat dan memberi ayah obat penenang.

“Herman , sayang ayah…” kelakarku lalu pamit dan langsung pulang kerumah.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience