BAB 7

Family Completed 551

Aku duduk di tepi ranjang ayah. Beliau sudah siuman sehari yang lalu. Alhamdulillah kondisinya membaik. Sudah lancar bicara. Sudah pandai menggerakan tangan. Lihai tersenyum kala gurauan doktor mengelus bibirnya.

“Mereka, mana?” ayah menatapku dalam. Aku diam. Tak perlu ku jelaskan hal tak penting itu padanya.

“Herman . Kakak-kakakmu, mana?”

Aku diam.

“Mereka sedang bekerja ayah…” kataku akhirnya.

“Bisa, kau telfon barang sebentar? Ayah rindu Dikta dan Dika. Rindu cucu-cucuku…”

Cukup lama ayah berbincang ria dengan kedua kakakku bergantian. Entah kenapa wajah ayah tertegun dan air matanya pecah. Ayah menangis. Apa yang membuatnya menangis?

“Kenapa, Ayah menangis?”

Dia diam. Air matanya terus meleleh. Ia meletakkan selulerku di atas ranjang. Memejamkan mata dan seolah tak menghiraukanku. Aku tau dia tak mau di ganggu. Biarlah ia lepas dalam tangisnya. Kelak aku akan tahu apa penyebabnya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience