KISAH ANGIN SEMUSIM #10

Fantasy Series 311

Nadia menggeliatkan tubuhnya, Nadia merasakan ada benda berat yang menimpa pinggangnya perlahan matanya terbuka, dan apa yang dia lihat? Benar saja tangan Adnan memeluk erat pinggangnya dan ternyata dia tertidur di pelukan Adnan dengan berbantalkan lengan kanan Adnan dimana wajah Nadia tepat menghadap dada bidang Adnan. Entah mengapa saat ini Nadia merasakan  ada kenyamanan tersendiri berada dalam pelukan Adnan. Nadia mendongakkan kepalanya nampaklah wajah Adnan yang begitu sempurna ketampanannya, Bulu mata yang lebat, Alisnya yang tebal, garis wajahnya yang halus, hidungnya yang mancung dan bibirnya yang menggoda, sedikit tebal dan menggiurkan bagi Nadia. Nadia menatap takjub melihat begitu indahnya pahatan Tuhan pada wajah Adnan. Tak lama kemudian terdengarlah suara Adzan subuh menyadarkan Nadia kalau dia sudah terbangun sepagi ini, selama ini Nadia selalu bangun siang, kalaupun Adnan membangunkannya untuk shalat Subuh Nadia tak lagi menggubrisnya.

Karena setelah kejadian itu dimana Adnan pernah mengikat tangannya, sejak malam itu Nadia jadi susah untuk memejamkan mata, hatinya selalu was-was. Untuk mengganti jam tidurnya sehabis kuliah Nadia akan mampir dan tidur di Apartement Anggi sahabatnya sampai sore hari. Tapi kali ini dia bangun jam 4 subuh, Ya tadi malam dia tertidur lumayan lama mungkin karena kelelahan menangis setelah pertengkaran sengitnya   dengan Adnan sampai jam 8 malam.

Adnan menggerakkan tubuhnya ketika suara Adzan berkumandang, selarut apapun adnan tidur ketika suara Adzan subuh menggema tubuhnya akan langsung berinteraksi.  Adnan mengerjap-ngerjapkan matanya menyesuaikan matanya dengan penerangan cahaya sementara Nadia dengan cepat memejamkan kembali matanya untuk berpura-pura supaya Adnan tidak mengetahui kalau Nadia sudah bangun dan sempat mengamati wajah tampan suaminya.

Adnan menyunggingkan senyuman menatap perempuan yang sedang di peluknya, beberapa kali mencium kening Nadia. Adnan menarik Tangannya dari pinggang Nadia kemudia menarik lengan kiri Nadia untuk dialihkan ke pinggangnya seolah Nadia sedang memeluknya.

“Nih cowok maksudnya apa?” batin Nadia, sementara degup jantungnya semakin tak menentu.
Tangan kiri Adnan beralih mengelus-elus kepala Nadia penuh sayang kemudian mengecup kening Nadia kembali.

“Maafkan aku, Nadia. Aku sudah menyakitimu, membuatmu takut dan menangis.” Bisik Adnan tanpa dia ketahui kalau Nadia sudah terbangun.

“Aku tak ingin kita saling membenci, Nadia. Kalaupun kau tidak menyukaiku sebagai suamimu, setidaknya kau bisa menjadikanku sebagai teman. Aku ingin melihatmu tersenyum, meskipun senyuman mu  itu bukanlah untukku.” Kemudian tangan Adnan beralih ke pipi Nadia, dan mengusap-usap bibir sexy Nadia dengan ibu jarinya.

“Please, lo jangan pernah nyium bibir gue lagi...!” Dalam hati nadia membatin. Sementara jantungnya berdetak semakin tak menentu.

“Awas aja kalo lo sampai nyium gue_” Ancam Nadia dalam hati sementara dia sendiri tidak tahu apa yang akan dilakukannya kalau sampai Adnan mencium bibirnya.
“Nadia, bangun...” Suara serak khas bangun tidur Adnan terdengar lembut di telinga Nadia.

Akhirnya hati Nadia tenang karena apa yang tak diharapkannya tidaklah terjadi.

“Ayo bangun, Nadia. Kita sholat subuh sama-sama!” Kini Nadia mulai berfikir, apa yang harus di lakukannya menghadapi Adnan yang ada di hadapannya sementara tangannya sekarang berada di atas pinggang Adnan seolah olah dia sedang memeluk Adnan. Apa Nadia harus pura-pura kaget, marah, atau tersenyum.

“Bangunlah, Nadia...!” pinta Adnan, tangan halus Adnan kembali mengelus-elus pipi Nadia. Nadiapun mengerjap-ngerjapkan matanya seolah matanya masih berat. Setelah itu Nadia menarik tangannya dengan kasar, dan menjauhkan diri dari tubuh Adnan. Sementara Adnan menyunggingkan senyuman.

“Apa aku tidur dengan  memelukmu semalaman...?” Tanya Nadia pura pura terkejut.

“Tentu saja, Seperti yang ku lihat. Apa kau mau membantahnya?” Jawaban bohong Adnan, karena kenyataannya Adnanlah yang memeluk Nadia semalaman dan Nadia tahu itu.

“Sumpah... cara lo licik banget, bang” gumam Nadia dalam hati.

“Kamu gak bohong, kan...?” Tanya Nadia penuh penekanan. Adnan tidak menjawab.

“Sudahlah jangan bertengkar lagi, sudah subuh. Sebaiknya Kita sholat sama-sama. Kalau kamu masih ngantuk kamu bisa lanjutin tidur kamu setelah sholat” Kemudian Adnanpun ke kamar mandi untuk mengambil air wudlhu.

Setelah selesai sholat Adnan membalikan tubuhnya menghadap Nadia yang berada di belakangnya, Dia mengulurkan tangan untuk bersalaman. Dengan perasaan yang masih ragu tangan Nadia yang masih berada di balik mukena meraih tangan suaminya dan tangan kirinya ia letakan di atas tangan suaminya kemudian dia mencium punggung tangannya sendiri yang masih berada di balik mukena. Adnan tersenyum kepada Nadia kemuduan mencium pucuk kepala istrinya yang masih terbalut mukena.

“Dear God, aku jadi pengen nangis...!” Gumam Nadia dalam hati.

Nadia berdiri dan melipat sajadah dan mukenanya kembali lalu menaiki ranjangya meringkuk di balik selimut tebalnya yang dia tarik sampai ke dada sesekali ia mengamati wajah Adnan yang sedang melantunan ayat demi ayat bacaan Al-Qur’an yang terasa indah di dengar dan menyejukan hatinya.

Waktu sudah menunjukan jam 5 pagi, Adnan menyudahi bacaannya kemudian dia beres-beres, nyapu lantai, mengepel dan membuat sarapan. Setelah pekerjaan rumahnya dia anggap selsai dia mandi bersiap untuk pergi bekerja. Nadia yang berada di balik selimut pura-pura tertidur dan pura-pura tidak tau apa yang sedari tadi Adnan kerjakan.

Adnan sudah berpakaian rapih dilihatnya jam dinding sudah menunjukan jam 06:30, mungkin setengah jam lagi dia harus berangkat untuk bekerja. Adnan mendekati Nadia untuk membangunkannya karena sekarang mereka hanya tinggal berdua tentunya ketika Adnan berangkat bekerja tidak akan ada orang lagi yang akan membangun kan Nadia. Adnan duduk di sisi ranjang.

“Nadia, Bangun...!” bisiknya sambil mengelus-elus ujung kepala nadia yang di tutupi selimut tebal.

“Hemmp” hanya deheman yang keluar dari mulut nadia.

“ Bangun..., Nadia! hari ini kamu ada kuliah tidak? aku akan berangkat kerja, aku takut kamu gak ada yang bangunin.” Nadia penasaran dengan apa yang di tuturkan suaminya karena Nadia tidak tahu kalau suaminya punya pekerjaan, yang Nadia tahu selama ini suaminya berprofesi sebagai ustad yang dibayar papanya untuk mengajari Dimas dan Alea.

Nadia menyingkap selimut dari kepalanya dan nampaklah sosok Adnan dengan style exekutif muda yang tampan dimatanya, seketika mata Nadia terhipnotis dibuatnya.

“Lo berubah wujud, bang...? Eh tunggu, ko berubah wujud sih? suami gue kan bukan Baja Hitam atau Ultramen,kan?” Batin Nadia yang tengah disibukan dengan pemikiran konyol nya.

“Kenapa bengong?” Tanya Adnan yang melihat nadia seperti takjub melihat penampilannya. Ciee...Takjub...! Nadia hanya menggelengkan kepalanya.

“Jangan menatapku seperti itu...! Aku takut Nanti kamu jatuh cinta, aku juga yang repot...!” Rupanya apa yang di lontarkan Nadia tadi malam di copy paste oleh suaminya.

“Kamu gantengan sekarang...!”Ujar Nadia jujur.
“Trus selama ini aku jelek ya....?” Goda Adnan.

Nadia tersenyum, tidak menyangka kalau suaminya akan jadi setampan ini, karena yang selama ini Nadia lihat hanya sarung dan baju koko yang selalu dikenakan suaminya.

“Kamu mau nemenin aku sarapan?” tanya Adnan.

“Ak_Aku ” Ucap nadia terbata menunjuk mukanya sendiri.

“ Gak ada orang lain lagi kan di sini?” Adnan menyingkap selimut yang menyelimuti tubuh Nadia kemudian melipatnya. Sementara Nadia beranjak untuk mencuci muka kemudian berjalan menuju meja makan. Nadia mengamati sekeliling ruangan yang sudah rapi lalu duduk di hadapan Adnan yang sudah menunggunya di meja makan.

“Makanlah...!” seru Adnan. Nadia pun menuruti perintah Adnan tanpa rasa malu, harunsnya kan seorang istrilah yang menyiapkan sarapan untuk suaminya.

“Lo kerja di mana?” Tanya Nadia

“Lo_?” Adnan menggelengkan kepalanya menandakan ketidaksukaannya atas pertanyaan Nadia yang masih menggunakan Lo-Gue nya.

“Hemmmp, kamu kerja di mana Babang tampan?” Ulang Nadia kesal namun membuat Adnan menyunggingkan senyuman.

“Rupanya kau benar-benar mengakui ketampananku. Terimakasih Nadia sayang” Nadia memutar bola matanya malas, sementara Adnan mengulum senyuman.

“Cihh, Sayang! Eh...tunggu, tadi kenapa juga gue mesti gombalin dia?” Gumam Nadia.

“Aku kerja dikantor papamu” Jawabnya singkat.

“Sejak kapan?” Tanya Nadia sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.

“Sebulan yang lalu” Sahut Adnan dengan senyuman khasnya.

“Ko bisa kerja di kantor papa? Dan kenapa aku gak tahu?” Tanya Nadia Lagi.

“Butuh kerjaan, untuk menafkahi istri aku. kebetulan papahmu menawarkan pekerjaan. Kamu tidak tahu karena kamu gak mau tahu.”

“Nepotisme...!” Ucap Nadia pelan, namun masih bisa didengar Adnan. Adnan menyunggingkan senyuman.

“Rejeki anak soleh” Timpal Adnan, sementara Nadia memanyunkan bibirnya lucu.

"Memangnya kamu faham tentang proverti, ko bisa papa mempekerjakan kamu?" Tanya Nadia tak percaya.

"Papa kamu yang ngajarin. Dan aku bekerja di bagian sesuai kemampuan ku" Jawab Adnan.

"Bagian apa...?" Tanya Nadia penasaran

"Aku kerja di Divisi HR Compensation And Benefit" Jelas Adnan. Sementara Nadia sangat penasaran sangat tidak percaya dengan posisi pekerjaan suaminya.

“Sepertinya papah lebih sayang kamu ketimbang aku?” keluh Nadia.

“Perasaan kamu saja, Nad. Semua yang papamu lakukan semata-mata untuk bahagiain kamu, Nad.”

“Termasuk menikahkan aku sama kamu?”

“Yup, karena papa kamu tahu, akulah yang mampu menghangatkan hati kamu”
mendadak kulit Nadia meremang dan teringat kembali kejadian 2 Minggu yang lalu.

“Aku pulang jam 5 sore, kamu pulang kuliah jangan keluyuran kalau gak  ada urusan yang terlalu penting langsung pulang!” sambungnya.

“Cihhhh..., mulai ngatur-ngatur...” Batin Nadia. Nadia menatap sosok yang ada di depannya tajam, karena tidak suka dengan kalimat perintahnya.

“Apakah aku harus memasak dan menyediakan makan untuk kamu? ” Nadia mencoba menelisik tujuan Adnan kenapa pulang kuliah harus langsung pulang.

“Gak usah, aku tidak akan memintamu untuk melakukan sesuatu yang tidak kamu sukai” Nadia tersenyum karena tebakkannya salah.

“Senyum kamu manis, Nad. Meneduhkan...! Beda sama yang kemaren-kemaren, kamu jutek, bikin aku tegang” Nadia melotot salah mengartikan.

“Hati... Nad, Hati aku yang tegang. Bukan_”

“Stop it...” Nadia memotong penuturan Adnan takut Adnan berbicara jorok, kemudian Nadia menunduk dan mengulum senyum untuk menutupi malunya.

“What do you thing about_...?” Goda Adnan

“No...”Dengan cepat Nadia memotong pertanyaan Adnan.

“Ok..., aku berangkat dulu. Sepertinya aku  terlambat, Aku takut nanti papah kamu mecat aku, aku jadi pengangguran dan bisa-bisa kamu nanti makan batu” Nadia terbahak mendengar kalimat suaminya, yang takut dipecat.

“Gak mungkinlah papa mecat lo, anak perawannya aja dia sumbangin buat hidup lo” Batin Nadia

“Bey...!” Adnan yang sudah ada di dekat pintu keluar menoleh lagi ke arah Nadia sambil mengerutkan kening penuh tanya siapa yang Nadia maksud.

“Beybeh...” Goda Nadia

“ Biar enak saja manggil kamu?” Sambung Nadia, Adnan tersenyum.

“Tidak terlalu buruk! But, what do you love me?”

“I will be learn to....” ucap Nadia pelan.

“Thank’s ‘U so much, honey...” Teriak Adnan. Nadia tersenyum dan Adnan keluar dengan terburu-buru.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience