POP Nadia
Dua minggu sudah pernikahanku dengan lelaki misterius pilihannya papa, papa jadi sering menceramahi aku sekarang dan lebih mengatur-ngatur hidup aku.
Jangan pulang malamlah, harus belajar masaklah, harus pandai melayani suamilah, banyak banget ceramah papa yang tidak bisa aku cerna semuanya. Lagian salah papah sendiri kenapa menjodohkan aku dengan lelaki yang aku tidak sukai sih pah, coba kalau menjodohkan akunya dengan lelaki tajir, ganteng, pengertian tidak mungkin aku menolaknya. Dan mungkin aku tidak harus repot repot belajar banyak hal juga. Mau ini itu tinggal menjentikkan jari, kok tinggal menjentikan jari sih? Jadi kayak miara jin.
Kemarin malam papa memarahiku karena aku pulang larut malam, yang membuat aku gedek, papa memarahiku alesannya karena kasian sama cec*nguk itu katanya, ya siapa lagi kalau bukan menantu kesayangannya itu. Ya elah si papa, segitu hawatirnya sama menantunya itu. sampai aku ceramahi papah aku harus nenemani dia tidurlah, harus nemenin dia makanlah, sampai harus mijitin dia segala.
Tidur ya tidur saja! kalau masalah pijat memijat aku jelas bukan ahlinya pah. kenapa gak disuruh ke panti pijat saja kalau memang menantu papah badannya pada pegel? Sekalian saja suruh menantu papah pijat plus-plus tuh di sana! Kenapa jadi harus aku yang memijatnya sih pah? lagian tuh menantu manja banget cari perhatian ke papa aku terus.
Please deh pah yang mesti papa kasihani itu aku anakmu yang terabaikan ini, bukan dia benalu yang tidak tau diri itu. Untung saja aku punya Anggi, sahabat aku yang satu ini emang paling bisa membenahi hati aku yang paling kusut kayak benang layangan yang lepas layangannya. Anggi emang otaknya brilian banget, ada saja idenya. Berkat ide dari Anggi sahabat aku yang paling keren tadi siang, akhirnya aku memutuskan untuk melancarkan aksiku malam ini.
Sekarang sudah jam sembilan biasanya tuh **cunguk masuk kamar jam segini, biasalah si papah suka betah banget ngajakin dia ngobrol setelah dia selesai ngajarin Dimas dan Alea ngaji.
Sesuai anjuran Anggi, malam ini aku memakai lingeri yang super sexy. Kalian pada tahu dong potongan baju lingeri itu kayak apa? Baju mur*han tapi harganya lumayan mahal, kalau bukan karena titah Anggi aku mana mau beli baju model begini, sayang duit. gila banget nih baju harganya anjr*t tapi bahannya ngirit, ini bukan masalah uang tapi bikin malu yang make juga. Masih mendingan baju renanglah, meskipun ngetat di body masih bisa nutupin kulit aku. Anggi bilang kalau aku pake baju model kayak begini suami misteriusku bakalan banyakin ISTIGHFAR, lari meninggalkan aku dan pada akhirnya tidak mau lagi tinggal sekamar bareng aku.
Anggi bilang tipe lelaki seperti suami misteriusku akan selalu menjaga rumah atau ruangan yang ia tempati untuk selalu membuat para malaikat betah nengokin penghuninya dan akan selalu menjaga agar setan setan tidak betah singgah dirumahnya. aku jadi mikir apa sekarang aku sedang bekerjasama dengan para setan? Bodo amat lah yang penting aku bisa tenang lagi tidur dikamar sendirian tanpa orang asing. Jujur selama ini aku mengalami susah tidur, aku risih pada saat aku harus tidur sementara dikamarku ada orang asing, mana mungkin aku bisa tidur nyenyak kalau hati aku was-was terus. Ma’lum lah aku tidak pernah les karate jadi tidak bisa melakukan perlawanan yang kuat kalu nanti tiba-tiba ada serangan hebat.
“Anggi...Anggi, emang lo sahabat gue banget. Susah nyari sahabat kayak lo, meskipun gue nyarinya di playstor” Gumamku dalam hati.
Cklekkk
Suami misteriusku akhirnya datang juga dia membuka pintu kamar, aku sendiri sedari tadi sudah bersiap berfose duduk di sofa dengan melipatkan kedua kaki ku dimana kaki kiriku menghimpit kaki sebelah kanan dan make-upku kali ini agak tebal. Kalian bayangkan saja aku sekarang sudah seperti sang pengg*da.
“Hemmmmp...” tiba-tiba Dia berdehem, aku pura-pura acuh memainkan Handphoneku.
Bukannya kabur suami misterius aku malah masuk kemudian mengunci pintu dan bersandar di daun pintu sambil memperhatikanku dengan posisi tangan dilipat di depan dada. Dear God, hati aku mulai gak tenang sementara pikiran aku mulai berperang. Sesekali aku melirik ke arahnya lama-lama ko tatapannya malah semakin aneh.
“Kamu gak kedinginan pake baju setipis itu?” Tanyanya. Aku mulai salah tingkah. Dalam hati aku memaki diriku sendiri karena salah mengadopsi strategi.
“Atau jangan-jangan kamu sedang menggodaku, de?” Timpalnya lagi.
Deg
“Hemmmp...? Lo ko gak lari...?” Pertanyaan konyolku meluncur begitu saja. Sementara detak jantungku ritmenya mulai tak terkendali.
“Ngapain harus lari? Disuguhi pemandangan yang seindah ini, kenapa harus lari?” jawabnya sambil menyunggingkan senyuman.
“Njirrrr, Anggi ide lo menyesatkan gue... kalau gue sampai di terkam ini srigala lo yang harus tanggung jawab Anggi...!. karena Tu cowok bukannya kabur malah oleng..!”
Aku mencaci Anggi dalam hati.
“Dasar...Ustad c*bul !” ucapku. Lalu aku lari ke kamar mandi, mengganti bajuku dengan piama yang sebelumnya aku pakai kemudian cuci muka menghapus semua make-up dari wajahku.
Sementara tawa renyah aku dengar dari balik pintu kamar mandi yang ada di kamarku.
Aku keluar dari kamar mandi dengan muka ditekuk, menahan marah dan rasa malu.
“Kenapa ganti baju? Aku suka ko dengan pakaian kamu kalau lagi berduaan kayak gini. Jadi istri memang harus bisa menyenangkan suami” Ceramahnya panjang juga. Suami misteriusku sekarang sedang duduk di sofa yang aku duduki tadi.
“Enak saja, siapa juga yang mau nyenengin lo?” ucapku ketus.
“Hemmmmp, terus yang tadi maksudnya apa?” tanyanya lagi.
Aku menunduk tidak menjawab pertanyaanya, lalu aku membaringkan tubuhku di ranjang menarik selimutku sampai ke dada. Saat ini aku mendadak jadi tidak enak hati, takut dan aku jadi salah tingkah karena dia terus menatapku.
“Eh...lo mau ngapain...? Jangan kurang ajar ya...!” Ancamku
Ketika dia membuka sarung dan baju kokonya di depanku, nampaklah body sexy yang dia miliki yang hanya terbungkus kaos ketat dan celana boxer.
“Mau pelepasan...” jawabnya
Deg...
deg...
deg
“Dear God, so help me pleasss!” Batinku
Dan apa yang ku lihat? Sesuatu mengembang di area sana, yang masih tertutup oleh celana boxernya. dia mendekatiku dan jantungku makin deg-degan.
“Jangan bikin ulah kalau tidsk mau tanggung jawab” bisiknya, dan aku meringis mengeratkan peganganku pada selimut karena takut selimutku disingkabkan.
Dia menurunkan tubuhnya di lantai, aku pikir dia mau melakukan apa? eh...eh...ternyata dia melakukan beberapa gerakan olahraga yaitu push-up dan shit-up.
Akhirnya perasaanku lega juga, Aku terkekeh menertawakannya dan dia memasang muka dingin nampak di wajahnya kalau dia sedang marah.
“Anggi, ide lo emang tidak berhasil membuat dia lari. Tapi berkat ide lo gue berhasil mengerjainya. Thank’s anggi, gue puas dengan ide lo.” Gumamku dalam hati.
Aku melihat keringatnya bercucuran setelah setengah jam melakukan gerakan- gerakan olah raga tadi. dia bangkit menampakan wajah lelahnya.
“Kamu puas ngerjain aku, hemmmp” bisiknya. Dia mendekatkan wajahnya karena geram dari tadi aku menertawainya. Kemudian
Cup
“Eh...eh..., Lo berani banget ya nyium gue?” Protesku setengah berteriak karena dia sudah berani mencium pipi kiriku.
Aku menggosok-gosok pipiku merasa jijik meskipun tidak ada bekas ciuman dipipiku.
Dia berlalu ke kamar mandi sambil menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya.
Share this novel