KISAH ANGIN SEMUSIM #6

Fantasy Series 311

POP Author

Mungkin efek lelah setelah berenang, seusai makan siang  rasa kantuk di mata Nadiapun datang. Nadia menghampiri papanya karena pak Prasetia memanggil nya. Pak Prasetia sedang ada di ruangan keluarga saat memanggil Nadia matanya sibuk dengan tontonannya yang membahas tentang proferty.

“Duduk sini, Nak” Titah pak Pras sambil menepuk sisi kosong pada sofa panjang yang sedang didudukunya.

Nadia pun menuruti permintaan pak Pras tapi bukan posisi duduk yang Nadia lakukan.
Nadia menjatuhkan kepalanya di paha pak Pras sementara tempat yang di tepuk pak Pras tadi di jadikan tempat tubuhnya untuk direbahkan , Karena tubuh Nadia lumayan tinggi untuk ukuran perempuan tentunya kaki nadia menjuntai melewati pegangan sofa.

Pak pras  yang sedang nonton TV pun kini lebih fokus untuk mengelu-elus rambut Nadia sesekali menyisirnya dengan jari jari tangannya.

“Terimakasih, kamu sudah berbaik hati pada Dimas dan Alea...!” Ucap Prasetia. Tak ada jawaban dari Nadia karena mata Nadia sudah berat oleh rasa kantuknya.

"Nadia kangen dimanjain papah kayak gini." ucap nadia. yang di sambut oleh senyuman hangat papahnya.

Tiadak butuh waktu lama mata  Nadiapun mulai terpejam dan mulai memasuki alam mimpi. Setelah Nadia lelap pak  Pras menjejalkan bantal diantara sofa dan kepala Nadia untuk menggantikan paha Pak Pras yang sedari tadi di jadikan bantalan oleh Nadia.

Derrrrt

Derrrtt

Handphone Nadia bergetar tepat pada jam 2  terdengarlah lantunan lagu ‘ Somebody You Love’ , Nadia mengerjap-ngerjapkan matanya kemudian mengambil benda pipihnya dari atas meja yang tak jauh dari sofa tempat Nadia tidur.

“Hallo...” Nadia mengangkat sambungan dengan mata yang kembali dia pejamkan, karena kantuknya belum hilang.

“....”

“Gue masih di rumah..., baru bangun gue. ”

“....”

“Jadi lah...?”
“....”

“Jadi...Jadi, Nanti gue jemput”

“....”

“Pokoknya lo siap-siap aja, nanti kalo udah nyampe depan kosan lo, gue kabarin, Stell...”

“....”

“Iya sorry tadi malem gue balik duluan”

“...”

“Gue brantem sama Arya semalem” seketika Prasetia, Adnan dan bu Neni saling pandang. Tapi tetap membiarkan akanknya berbicara dengan seseorang yang ada di seberang sana.

“...”

“Si Arya terlalu pemaksa orangnya, gue gak suka. Bukan tipe cowok gue banget dia”

“...”

“Hehehe Kayak bokap gue lah...! Ganteng, Tajir, Sabar, penyayang, lemah lembut dan pastinya bisa manjain gue.” Mendengarkan penuturan Nadia Pak Prass menunjukan expresi bangganya di depan Neni istrinya dengan mengangkat tangan kanannya yang diletakan di bawah dagu, dia mengacungkan jari telunjuk dan ibu jarinya dimana jari tengah, jari manis dan jari kelingking dia lipat ke dalam seperti sedang berfose. Ibu Neni tersenyum geli melihat tingkah suaminya.

“....”

“Bokap gue emang sempurna banget,Stell. Susah nyari cowok kayak bokap gue, sampe gue nyari di Playstore gue gak nemu juga, hehehe ” Kali ini Pak Pras mengerutkan keningnya.

“...”

“Ga tau deh, kayaknya gue Cuma bisa halu buat dapetin cowok seperti yang gue mau.” Adnan menunduk hatinya merasa sakit, sebagai suami yang tak dianggap hanya bisa meratapi sosok dirinya sendiri yang jauh dari kriteria sang istri. Sementara Prasetia gelisah karena hawatir Adnan akan tersinggung.

“...”

“Suatu saat nanti lo bakal tau! sekarang blom saatnya lo tau”

“Hemmmp...” Tiba-tiba Prasetia berdehem, mengagetkan nadia hingga mata Nadia terbuka kemudian mendongakkan kepala mengarahkan pandangannya ke arah sumber suara. Nampaklah Papa dan mamanya duduk berdampingan di sofa panjang tepat di atas kepala Nadia, sementara Andan duduk menunduk di sofa dekat kaki Nadia. Nadia menghempaskan nafasnya.

“Stell, udah dulu ya... bentar lagi gue jemput” Sambunganpun ditutup.

“Sepertinya papa tidak salah menjatuhkan pilihan, Nak. Kalau Type laki-laki yang kamu suka itu seperti papa...!” Nadia memutar bola matanya malas.

“Kayaknya papa mesti ikut kelas kepribadian,pah. Supaya papa mengenali kepribadian papa sendiri” Protes Nadia.

Entah itu sindiran untuk Adnan atau hanya mengingatkan papanya untuk tidak mensejajarkan diri dengan suami pilihan papanya. kemudian Nadia beranjak dari rebahannya.

“Alea, mana pah” tanya nya sebelum melangkahkan kaki menaiki tangga.

“Tumben nanyai Alea” tanya pak Pras

“Tadi Nadia janji mau ngajakin dia nonton. Nadia ke kamar dulu pa, bilangin Alea buat siap-siap...!”
Lima belas menit kemudian Nadia turun dari kamarnya dan Alea sudah siap menunggunya.

“Dimas gak di ajak nih, kak?” Protes Dimas yang sedang memakan potongan buah mangga berbentuk dadu dengan menggunakan garpu.

“Urusan Anak perempuan, kamu gak usah ikutan” Timpal Nadia.

Nadiapun pergi bersama Alea yang duduk di samping kemudinya. Pak pras tersenyum haru melihat keakraban anak-anaknya sekarang. Meskipun sikap acuh Nadia belumlah berubah ketika menatap Adnan dan Neni istrinya.

Mobil melaju dari rumah Nadia menuju kosan Stella kemudian menuju Apartemen Anggi untuk menjemput Anggi tentunya.

“Alea pindah ke jok belakang ya!duduk sama kak stella! biar kak Anggi duduk di depan.” Aleapun menurutinya.

Anggi adalah sosok manusia yang hobi ngoceh, kalau di temani Anggi di sampingnya membuat Nadia semangat dan tidak mengantuk saat membawa mobil. Apapun yang dilihat Anggi di depannya pasti jadi topik pembahasan dan menjadi suatu keseruan. Beda dengan Stella yang pendiam makanya sering menjadi sasaran pembulian Anggi dan Nadia.

“Eh...Ada Alea...! Tumben mau ikut?” Tanya Anggi kepada Alea.

“Di ajakin sama Kak Nadia, kak” jawab Alea.

“Wah..., kak Nadia emang WOW dech...” Goda Anggi pada Nadia.

“Brisik lo” Timpal Nadia. Sementara Anggi tertawa renyah.

“Kemana dulu kita?” tanya Anggi...

Derrrrrtttt...

Belum Nadia menjawab pertanyaan Anggi Handphone nya berbunyi, kemudian Nadia memasangkan earphone dan terdengar suara papanya yang memberitahukan kalau papanya sudah mentransfer uang untuk agenda shoping-shopingnya kali ini sebagai tanda terimakasih untuk sikap manisnya hari ini. Dibukanya notif pesan dari M-Banking Bank swasta yang memunculkan angka sejumlah uang  sudah masuk ke rekeningnya.

“Shoping-shoping dulu kita, gimana? Gue teraktir lo pada. Mau gak.?” Tanya Nadia minta persetujuan semua yang ada di mobil.

“Mau dong...mau dong...” Jawab Anggi dan Stella. Setelah penawaran disetujui kedua sahabatnya.

Nadiapun memarkirkan mobilnya di salah satu mall yang bioskopnya, alesannya biar gak muter-muter lagi nyari bioskop. Mereka belanja kemudian makan setelah itu baru ke acara pokok Nonton.

“Gie...Lo mau nonton FILM apa?” tanya nadia pada saat mereka melihat-lihat pamplet yang di tempel di Mading bioskop. Berderet  judul FILM yang akan di tayangkan yang di tempel sebagainya iklan.

“Yang ada edukcation sex nya kalo bisa, biar lo ga tabu, Nad” jawab Anggi datar

“Sialan lo...! Gue bawa Alea,  Dasar sesat lo!” Jawab Nadia, Anggipun nyengir menampilkan deretan gigi putihnya.

“Senyuman lo Gie, kayak yang lagi ngarep dapet kontrak iklan dari Pabrik Pepsoden” Ledek Nadia, yang di susul gelak tawa Stella, Alea dan Nadia.

“Stella, lo punya recomendasi gak menurut lo FILM yang bagus yang mana?” Stella menggeleng. Dan akhirnya rekomendasi datang dari Alea yang menginginkan nonton FILM horor. Secara kebetulan juga jam tayangnya setengah jam kemudian jadi tidak usah lagi menunggu lama.

Di dalam gedung bioskop  mereka duduk di jajaran yang sama, Nadia duduk di kursi pertama deretan ke 5 dari bawah, di samping Nadia kursi ke 2 ada Anggi, kursi ke 3 Alea dan kursi ke 4 baru Stella.

Setelah Film di mulai Stella dan Alea fokus dengan tontonannya, sementara Anggi ngobrol berbisik bisik dengan Nadia.

“Saran lo udah gue jalanin” bisik Nadia kepada Anggi.

“Trus gimana...?” Tanya Anggi.

Nadiapun menceritakan kejadian yang dialaminya tadi malem. Dan Anggi tidak berenti terkikik sementara di gedung bioskop itu yang lain lagi pada tegang karena FILM yang ditonton bukan komedi tapi FILM horor.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience