POP Nadia
Pagi ini aku tak punya kesibukan kuliahku sedang libur, karena ini hari minggu sementara jadwal aku jalan-jalan dengan Stella dan Anggi masih terlalu lama. jam 2 siang, kita sudah janjian akan nonton bertiga. Sebenernya tadi subuh aku sudah bangun, seperti biasa suami misteriusku getol banget membangunkan aku untuk melaksanakan sholat subuh, tapi setelah sholat subuh aku biasanya kembali lagi nyungseb di balik selimut. Aku menggeliatkan tubuhku aku melirik ke arah jendela ternyata di luar sudah terang benderang. Aku mendengar teriakan-teriakan Dimas dan Alea dari arah kolam renang, karena penasaran aku mendekati jendela untuk mengintip keseruan mereka berdua.
Aku menyunggingkan senyumanku ketika melihat Dimas. Betapa berdosanya aku terhadap anak itu. Anak itu sering aku kerjai dengan menyuguhkan gerakan gerakan sensual di hadapannya, aku sekarang berfikir apa mungkin dimas sering mengadu kepada ibu sambungku hingga akhirnya aku cepet-cepet di nikahkan.
Sebetulnya aku kagum melihat Dimas, dia sangat begitu menjaga dan memanjakan adik perempuannya. Jadi iri pada alea, sayangnya aku tidak punya kakak laki-laki kakak perempuanpun tidak. Jujur Sebetulnya aku tidak pernah membenci mereka berdua, mereka lucu dan menggemaskan bagaimana mungkin aku bisa benci mereka apalagi aku tidak punya adik. Hanya saja aku benci dengan sikap papaku yang memanjakan Neni ibu sambungku. Aku suka keinget mama, ingat bagaimana papaku memanjakan mamaku dan aku merasa papah sudah menghianati mamaku dan melupakannya.
Melihat Dimas dan Alea yang begitu asyik di dalam kolam renang akupun jadi tertarik ingin berenang, apalagi sudah lama sekali aku tidak berenang. Aku mengambil baju renangku dan berganti pakaian di kamar mandiku, sialnya aku lupa membawa handuk kimonoku jadi dengan baju renang sadanya aku keluar dari kamar mandi. Aku mencari-mencari handuk kimonoku di lemari gantung.
“Jangan bikin ulah lagi, De...!” Suara bariton itu tiba-tiba menggema di ruangan kamarku. Aku terperanjat dibuatnya.
“Lo..., bikin gue kaget aja. Gue mau renang, bukan mau bikin ulah” Aku tidak mempedulikannya.
“Baju kamu...? apa tidak bisa diganti. Maksud saya pake bajunya yang lebih tertutup.” Protesnya.
“Maksud lo, gue harus pake baju daster atau mukena gitu? Yang benar saja...?!” Jawabku ringan.
Aku pergi meninggalkannya setelah menggunakan kimono tanpa memperdulikan segala protesnya.
Dalam hati aku merasa senang karena mengetahui titik lemah untuk mengerjai laki-laki itu.
“Kakak mau renang?” Tanya Alea yang sekarang berada ditepian kolam.
Aku tersenyum ke arahnya. Sepertinya aku harus belajar mengakrabkan diri dengan anak ini supaya dia tidak lagi merasa ketakutan atau canggung ketika berpapasan denganku.
“Hemmmp. Iya. Alea kenapa gak ngajakin kakak?” Tanyaku basa basi.
“Alea takut kakak marah, kakak kan jutek” Jawabnya polos. Bener banget dugaanku. Ternyata selama ini dia takut.
“Kakak jutek karena kamu lebih cantik dari kakak, kakak takut kalah saingan sama kamu” ucapku sambil menyunggingkan senyuman.
Tiba-tiba dimas datang membawa 2 gelas susu dan beberapa roti panggang untuk Alea.
“Kakak mau susu?” Tanya dimas, mengakrabkan diri. Aku mau jailin Dimas seperti biasanya tapi gak enak ada Alea.
“Ini susu buat kakak” Tawarnya, setelah Dimas memberikan satu gelas susu dan roti ke Alea. Kemudian Dimas duduk di sampingku.
“itu kan punya kamu?” Jawabku
“Buat kakak saja, Dimas kan cowok harus banyak ngalah sama saudara perempuan, kak” tuturnya. Aku terharu Dimas.
“Dimas, harusnya aku yang nawarin kamu...! Kamu mau susu...?” Bisikku menggoda dimas sambil kukedipkan sebelah mataku, lalu kususul dengan gelak tawa.
“Yang ini susunya buat kaka saja” Katanya, Dimas berusasaha tak memperdulikan godaanku.
“Diamas takut obesitas kalau terlalu banyak minum susu kemasan, kak. Punya pacarnya Dimas lebih enak dan menyehatkan, Kak” Bisiknya tak kalah vulgar.
“Heh..., Kamu... Udah berani ya?”sahutku sambil ku tonyor kepalanya pelan.
“Kan, kakak yang ngajarin.” Timpalnya. Aku sejenak terdiam mencerna penuturan Dimas. Mungkin benar selama ini kejahilanku membawa efek buruk buat Dimas.
“Kakak minta maaf, Dimas. Kakak suka jailin kamu.” Dimas Cuma mengangguk-ngangguk.
“Dimas pikir, kakak suka sama Dimas?” Akupun tertawa, tak percaya.
“Beneran kak, sampai dimas ngayal. Bawa kakak kabur, trus kawin lari” ucapnya pelan. Aku coba mengamati mimik mukanya sepertinya seriouse.
“Masih kecil kok ngayal hal-hal jorok, kamu?” Aku ngakak geli banget ngebayangin diajakin kawin lari sama bocah SMA.
“Aku udah gede kali, kak. Aku ngayal juga Gara-gara kakak tuh. Tapi sekarang harapan aku punah, kak.” Ucapnya
“Sok METAL kamu,Dim...?”Ledekku
“Metal...? maksud kakak...?”Tanya Dimas
“Mello Total...? ” Dimas melirik padaku lalu tertawa.
“Kamu ngadu sama mama-kamu ya? Kalau kakak suka jailin kamu?” tanyaku penuh curiga.
“Maksud kakak...?”Tanya Dimas pura pura tak mengerti.
“Aneh aja, tiba-tiba papa menikahkan kakak, dengan cowok yang kakak gak kenal pula.” Dimas menunduk. Dan aku curiga dugaanku sepertinya bener.
“Dimas Cuma bilang sekali, kak. Hehehe” Aku menepuk jidatku, kesal.
“Eh...ka, ngomong-ngomong sekarang udah nikah gimana? enak gak?” tiba-tiba Dimas mempertanyakan pernikahanku.
“Enak..., Enak banget. Kenapa...? Kamu mau nikah juga?” Godaku lagi
“Dimasmah cowok kak, mana boleh nikah kalau belum punya kerjaan.”
Jelas Dimas.
“Kakak bahagia gak nikah sama pak Ustad? Kalau gak bahagia selingkuh saja sama Dimas...!” timpalnya lagi.
“Sembarangan kamu....!” kataku sambil ku tonyor kepalanya. Dimas tertawa meskipun aku menonyor kepalanya lebih keras.
“Pacar kamu cantik ga?” tanyaku mengalihkan pembicaraan.
“Cantik sih, tapi gak secantik kakak. Kakak punya temen cantik gak? Kalau punya kenalin ke Dimas, kak!” tuturnya.
“Emang pacar kamu kenapa?” Tanyaku penasaran.
“Gak seru pacaran sama anak seumuran. Ngambekan, dikit-dikit nangis, cemburuan. Bikin lelah” Aku tersenyum menanggapi keluhan dimas. Aku fikir hampir semua cewek emang kayak gitu.
“Kak, katanya mau renang...? kok malah ngobrol sama kak Dimas.” Tiba-tiba Alea berteriak dari tepian kolam renang.
“Iya, sebentar...” jawabku pada Alea
Aku berdiri membuka kimonoku.
Byurrrr...
Aku melompat nyebur ke kolam. Setelah sekitar 15 menit aku di dalam kolam, aku mencoba melakukan gerakan gaya punggung dan shitt aku baru sadar suami misterius aku ternyata sedang memperhatikan aku dari balik jendela kamarku, entah sejak kapan dia berdiri di sana.
Mengingat kejadian semalam muncullah ide jahilku. Aku menengok ke arah dimas ternyata Dimas sudah tidak ada, "amannn" Gumamku. Jadi sekarang Cuma aku dan Alea. Aku berenang ke tengah dengan menggunakan gaya punggung lagi. Aku menengok ke arah jendela aku buat wajahku sesensual mungkin kemudian aku menekan-nekan dadaku sendiri. Dan akhirnya si culun menghilang dari balik jendela, Akupun tertawa puas karena sudah mengerjainya untuk yang kedua kalinya.
“Alea, nanti siang kakak mau jalan-jalan ke mall dan nonton, kamu mau ikut?” tawarku pada Alea.
“Emang Alea boleh ikut, kak?” Tanya Alea
“Boleh kalau Alea mau!” ucapku.
“Mau kak, mau...”Jawabnya girang.
“Ok..., Alea boleh ikut. Jam 2 kita berangkat” ucapku lagi.
“Yeeee...” Alea bersorak penuh semangat.
“Udah jam 10. Udahan yuk...!” Kami pun keluar dari kolam renang, kemudian mandi dan tak lupa menggosok gigi. Untuk membersihkan tempat tidur yang berantakan kayaknya itu jadi urusan suami misteriusku sekarang.
Share this novel