4

Crime Completed 14534

YOU WILL BE REALLY HURT BY THE PERSON YOU LOVE THE MOST

Selingkuh

"HARI nyebeliiiiiiiiiiiiiiin!" maki Maya keras-keras.

"Tukang bo’ong nomor satu di Bandung," tambah Rini.

"GILA!!! Jadi selama ini...? Ya ampuuuuuuun..." Maya mengepalkan telapak tangannya kuat-kuat.

Rini memamerkan ekspresi seorang pembunuh bayaran. Geram luar biasa.

"Gue gak nyangka dia tega selingkuh, Rin..." Lama kelamaan mata Maya mulai berkaca-kaca karena begitu kesal dan sebal. "Selama ini... gak ada tanda-tanda ke sana. Gue yakin dia setia-setia aja." Maya terdengar sangat sedih. Padahal tujuannya datang ke UTP ini adalah untuk meminta Hari kembali. Ternyata Hari malah memberinya ’kejutan’ lain.

"Buaya darat tuh orang! Berani macem-macem sama sobat gua," maki Rini.

Tiba-tiba Maya merasa dadanya sesak. Sadar ternyata selama ini Hari telah memiliki orang lain alias selingkuh.

"Orang macem Hari harus dikasih pelajaran tuh," Rini geram. "May, udah deh... Mendingan sekarang elu turun... Samperin tuh si kadal gila yang katanya lagi rapat di himpunan. Penasaran gua pengen liat ekspresi dia." Maya masih terlihat geram dan marah, namun tetap diam. Tidak bereaksi terhadap perkataan Rini.

Melihat sikap Maya, Rini kembali memanas-manasi. "Hari bener-bener harus dikasih pelajaran, May. Udah datengin aja dia mumpung ketauan lagi berduaan sama si Nenek Sihir itu.

Labrak dong.

Seenaknya aja mutusin elu. Hari... Hari... Sinting banget sih lu jadi orang!"

Maya kembali tenggelam dalam alam pikirannya sendiri. Mendengar apa yang dikatakan Rini membuatnya sangat marah dan kesal sekali pada Hari.

"Kamu terlalu baik buat aku, May..." penggalan kata-kata Hari malam Minggu kemarin kembali menggaung di telinga.

Terlalu baik ?

Terlalu baik dari Inggris?

Sial banget sih gue… Bisa-bisanya dikadalin orang macem Hari.

"Heh... kok bengong?" Rini menjentikkan jarinya persis di depan mata. "Buruan sana, langsung labrak... Marahmarah... ."

"Uh?" Maya tersadar dari alam pikirannya sendiri.

Labrak?

Emang paling seru kalo sekarang gue datengin Hari... Marah-marah... Ngelepasin semua rasa kesel gue karena terbukti banget semua yang dia omongin itu bullshit doang.

"AARRRRRGGGGGHHH... Dari tadi gue tahan tapi sekarang gue bener-bener marah sama dia!" Maya kembali membayangkan Hari yang sedang bermesra-mesra ria dengan si Nenek Sihir itu.

"Orang kayak gitu emang pantes dihajar, May. Dia ngga inget apa kalo lu itu punya sabuk hitam taekwondo."

Pandangan Maya masih terfokus pada Hari dan si perempuan misteri yang Rini sebut si Nenek Sihir. Meski dari jauh, Maya dapat melihat mereka... Saling tatap, dengan pandangan malu-malu. Persis seperti yang terjadi saat ia dan Hari pertama kali bertemu di kereta api. Sekarang, pandangan mata itu bukan miliknya lagi. Harapan untuk mengajak Hari kembali, pupus sudah. Rasa sayang yang masih menggunung dan mengharap Hari kembali kini runtuh, berubah menjadi rasa benci yang amat sangat.

You will be really hurt by the person you love the most.

Seperti saat ini. Maya yang sangat perih, marah dan sedih dengan apa yang sedang dilihatnya. Ternyata apa yang dikatakan Hari di malam saat ia memutuskan Maya hanya alasan yang dibuat-buat. Setiap detik, setiap hari, setiap nafas menyayangi Hari... kini terasa sia-sia.

Bila memang Maya orang yang spesial baginya, tentu tidak akan mudah untuk melupakan Maya hanya dalam waktu 2X24 jam saja.

Maya berpikir panjang. Melabrak Hari adalah satu-satunya hal yang sangat ingin ia lakukan sekarang ini.

Tapi... Tapi...

Maya memutar kunci dan tancap gas. Dengan kecepatan tinggi ia meninggalkan area kampus UTP.

"WOY!!! MAY! MAU KEMANA LU? HEH, BUKANNYA ELU MAU NGELABRAK HARI?"

I Will be Your Worst Nightmare

"GA berani lu?"

"..."

"Woy, say... Jawab dong... Gua baru tau nih kalo ternyata elu ga bernyali buat nyamperin Hari."

"..."

"Wah.. wah... Ada orang bermental ayam nih di mobil ini."

Maya menjawab dengan senyuman. Entah kenapa wajahnya malah terlihat tenang. Berbanding terbalik dengan Maya beberapa menit yang lalu ketika ia melihat Hari berduaan dengan si Nenek Sihir.

"Heh... Gimana sih ini... Malah senyum-senyum lagi," Rini semakin bingung dengan sikap Maya. "HALOOO... Maya?

Lu sakit ngga sih?"

Maya asik dengan alam pikirannya. Rini, sahabatnya sendiri sangat bingung dengan sikap Maya. Sebegitu putus asanyakah Maya sehingga Rini mengganggap Maya sudah tidak waras?

Maya malah menjalankan mobil dengan kecepatan tinggi. Rini akhirnya menyerah. Ia diam dan dalam hati menuduh Maya sudah sakit jiwa.

---

Mobil sedan hitam milik Maya perlahan memasuki halaman rumah tempat Rini tinggal. Rini langsung menghempaskan tubuh di atas tempat tidur begitu mereka masuk kamar.

"Pokoknya sekarang gua minta penjelasan!" Rini kembali menyerang Maya. Ia terlihat penasaran dengan sikap Maya yang menurutnya ’tak bernyali’. "Gua ga percaya ngeliat lu tadi. Bukannya ngelabrak malah kabur. Chicken banget sih lu... Petooook."

"Santai dong..." ujar Maya tenang sambil duduk di sisi tempat tidur.

"Santai gimana maksud lu? Kalo gua jadi elu, udah abis tuh si Hari tadi. Elu... Ngelabrak dia doang ga berani...

Payah!"

Maya menggeleng. "Cuma sekali labrak doang mah gak ada puasnya buat gue."

"Ngelabrak Hari sama selingkuhannya di depan umum itu ga bikin lu puas?" Maya tertawa penuh arti. Rini bengong.

"Kurang jahat, Rin."

"Hah?"

"Di mana-mana yang namanya bales dendam itu harus lebih jahat biar lo puas. Killing him softly, honey. Macemmacem sama gue urusannya bisa panjang." Maya tersenyum licik.

"Killing him softly?"

"Iya dong, kalo gue langsung labrak dia... enak di dia, nggak enak di gue. Gue bakal dicap sebagai cewek temperamental dan gak punya manner. Males banget kan?" "Hmmm... "

"Lagian... berantem gara-gara ngerebutin cowok? PLEASE deh..."

"Hahaha..."

"Ngerti sekarang kenapa tadi gue gak turun dan langsung labrak kan, Rin?" "Wah... lo cerdas juga ya say," Rini tertawa.

"Gue pinter, tapi Hari nggak tau sepinter apa gue. Dia pikir gue udah berhasil dikadalin, kali. Tapi dia salah!" Maya mengeluarkan sebuah buku dari tas ranselnya.

"..."

"Nih, gara-gara ini pikiran gue berubah." Maya menyodorkan buku itu pada Rini. Rini yang sedang terbaring dengan lipatan tangan di bawah kepala, segera bangun.

"Sun Tzu (Seorang Jendral besar di Cina yang sangat terkenal di dunia. Ia menyusun sebuah buku tentang strategi perang sebanyak 13 bab (yang merupakan strategi perang tertua di dunia). Tidak hanya untuk perang, strategi Sun Tzu juga banyak diaplikasikan di bidang lain seperti marketing, misalnya) ... The Art of War..." Itulah judul yang tertera besar-besar pada kulit buku dengan hard cover. "Buku ini yang bikin lu ga jadi ngelabrak Hari? Bukannya ni buku tentang perang? Nah, bukannya elu secara ga langsung lagi perang juga sama Hari?"

"Justru itu," Maya berbinar-binar. "Seminggu belakangan gue emang lagi baca buku The Art of War ini, makanya gue masukin ransel. Pas gue udah niat mo keluar mobil buat ngelabrak Hari, gue jadi inget buku ini. Yang namanya perang, harus ada strategi-nya juga. Gak bisa langsung labrak."

"Jadi strategi lu apaan?"

Maya tersenyum sinis. Devilish smile.

"Bales dendam dong...

Perang.

Dan abis itu... gue pengen bikin Hari nyembah-nyembah gue minta balik sampe dia nangis. Inget ya Rin, sampe dia nangis!

Gue mau bikin dia ngemis-ngemis cinta sama gue. Gue mo bikin dia nyesel karena udah mutusin gue... Gue mo ngancurin dia sama si Nenek Sihir itu... pelan-pelan..."

"Duh... Lu tuh ya..." Rini tersenyum lebar mendengar ide gila-nya Maya.

"..dan kalo dia minta balik, udah pasti gue tolak mentah-mentah."

"Hahaha... Jahat!"

"Ok, fine… Sekarang dia udah ngerjain gue... Udah nyakitin gue, tapi nggak bakal gue biarin dia asik-asikan hidup bahagia sama si Nenek Sihir itu..."

Rini tersenyum sambil menggelengkan kepala.

Lagi-lagi Maya tersenyum licik. "Harianto Prabowo... Mulai detik ini, I will be your worst nightmare."

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience