8

Crime Completed 14534

PERINGATAN PERTAMA

Misi Jahat #2

HAMPIR jam delapan pagi. Maya sudah berada di tempat parkir tidak jauh dari aula barat UTP, tempat pertama kali ia melihat Hari berdua dengan si Nenek Sihir. Pagi ini ia berencana untuk memperhatikan gerak-gerik Hari secara total. Kembali mengintai lengkap dengan kacamata hitam dan topi baseball yang sudah dipakainya.

Sepuluh menit kemudian, mobil Hari memasuki parkiran. Seperti biasa, ia selalu memarkir mobil di paling ujung menghadap pintu keluar. Pintu mobil itu terbuka diikuti dengan pintu di sisi kiri. Rupanya Hari menjemput Juni untuk bersama-sama pergi ke kampus.

Selama setaun jadian, nggak pernah ada acara nganterin gue kuliah pagi kayak gini nih.

Maya membuntuti mereka. Hari dan Juni berjalan pelan. Layaknya seperti pasangan yang sedang jatuh cinta, mereka pasti menginginkan waktu berjalan selambat mungkin. Lagi-lagi Hari merangkul pundak Juni. Ada sedikit sengatan rasa cemburu saat Maya melihatnya.

Mereka berbelok ke kiri, menuju Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Maya berhenti membuntuti. Terlihat Hari mengantarkan Juni masuk ruang kuliah dan setelah itu pergi menuju jurusannya.

---

"Siomay dua sama tahunya juga dua ya, Mas."

"Pake sambel ndak Neng?"

"Nggak… Gak usah."

Mas siomay segera menyiapkan pesanan Maya. Pada saat yang bersamaan, seorang laki-laki tinggi yang menyembunyikan rambut cepaknya dibalik topi baseball merah, menyapa Maya.

"Maya..."

Maya berpaling. "Eh, Indra... Kirain siapa."

Indra adalah salah satu teman dekat Hari di kampus. Ia termasuk orang pertama yang diperkenalkan Hari pada Maya. Alasan kenapa ia belum lulus adalah karena selain kuliah di Teknik Arsitektur, Indra juga mendobel kuliah di Fakultas Hukum di kampus lain.

"Ngapain kesini, May? Ketemu Hari?" Maya mengangguk cepat.

"Kirain kalo udah punya pacar baru udah ngga ketemuan sama Hari lagi." "Sorry?"

"Iya... Hari bilang, katanya elo udah punya pacar baru tuh makanya elo mutusin dia. Iya kan?" "Hah? Hari bilang gitu?"

"Iya lah, makanya sekarang dia jadian sama anak Fisip juga. Katanya sih biar cepet ngelupain elo. " "Serius lo?" Maya gondok.

"Hari sendiri yang bilang. Udah ah, gua tinggal dulu ya... Kudu ngejar kuliah di tempat laen nih." Indra berlalu meninggalkan Maya.

WHAT THE ...

Si Buaya Darat itu ngeluarin statement gila yang ngebalikin fakta yang sebenernya???

SINTING banget tuh orang!!! Udah jelas dia yang kayak gitu... EH, malah ngelempar isu gue yang punya cowok baru lagi!

Awas lo, Har... The ’Party’ has just begun.

"Ini Neng, siomaynya." Suara Mas Siomay membuyarkan lamunan Maya.

"Jadi berapa Mas semuanya?"

"Seribu, Neng."

Maya mengeluarkan selembar uang lima puluh ribu.

"Nih Mas."

"Aduh, apa ndak ada uang pas Neng?"

"Wah maaf nggak ada tuh Mas," ujar Maya sambil kembali mengecek saku celana jeans-nya.

"Gimana ya?"

"Ya udah nanti aja kembaliannya, gak usah sekarang."

"Iya deh Neng, gitu aja. Saya coba tukerin ke recehan deh ke tukang parkir."

Maya kembali masuk mobil. Sambil menunggu ’mangsa-nya’ keluar, ia melawan rasa lapar dengan sepiring siomay.

Hatinya masih dongkol mendengar cerita Indra. Kenapa begitu mudah bagi Hari untuk memutarbalikkan kenyataan. Selama ini Maya merasa telah mengenal bagaimana Hari, ternyata ia salah.

"Mas ini mas piringnya."

"Aduh gimana ya Neng, saya masih mbelum dapet recehannya. Neng buru-buru ya?"

Secara tidak sengaja dari jauh Maya melihat Hari dan Juni berjalan menuju tempat parkir.

"Neng sih belinya cuma empat, piye toch ngasih uangnya lima puluh rib…" "Yah udah gak usah pake kembalian Mas," Maya bergegas masuk mobil.

"Tapi Neng…"

Maya segera memutar mobil dan membayangi ’mangsa-nya’.

"Ya ampun si Neng… " Tukang siomay itu melongo memegang selembar uang lima puluh ribu.

MERANA FM

SEDAN silver milik Hari berjalan pelan. Maya tidak terlalu kesulitan untuk membuntutinya dan menjaga jarak dengan kecepatan konstan. Hari menjalankan mobil menyusuri jalan Dago. Maya terus menjaga agar ia tidak tertahan lampu merah.

"You are listening to MERANA FM Bandung, radio khusus... hiks... untuk kamu-kamu yang siang ini lagi sedih dan sedih banget. Sedih karena mungkin baru... hiks... ditinggal pacar malem minggu kemaren... hiks..." "Itu gueeeee!" Maya setengah berteriak.

"... atau sekarang kamu lagi ada dibalik kemudi dan... hiks... mergokin ternyata pacar kamu ada di mobil depan sama selingkuhannya... hiks..."

"Loh kok bisa-bisanya gue banget sih," Maya heran.

"Oke deh kalo gitu... hiks... Berikut saya putarkan sebuah lagu spesial buat kamu yang lagi ngebuntutin mantan pacar yang ternyata selingkuh... hiks... Sebuah lagu yang berjudul... hiks... How Do You Heal A Broken Heart..."

Kening Maya berkerut. "Ini kok kayak yang nyindir gue gini sih?"

"Sebelumnya... jangan kemana-mana, stay tune di MERANA FM – Tiada Tangis Tanpa Air Mata – radio khusus untuk orang sedih se-Bandung raya." Suara penyiar itu terdengar menyayat hati.

Tips Mengatasi Patah Hati #8:

Mendengarkan lagu-lagu patah hati itu bukan sesuatu yang salah (terlebih lagi bila kamu penggemar Metallica).

Sambil mendengarkan radio, mobil Hari berbelok memasuki basement parkir Bandung Indah Plaza (BIP), sebuah mall yang terletak di pusat kota. Maya memarkir mobil tidak jauh dari sedan silver Hari. Pasangan paling menyebalkan yang sedang diintai Maya itu pergi menuju lantai paling atas sambil saling merangkul mesra. Mereka pasti berencana untuk nonton. Karena bukan weekend, loket tempat membeli tiket tidak diserbu penonton. Terlihat beberapa orang yang melenggang langsung membeli tiket tanpa harus mengantri. Hari dan Si Nenek Sihir menuju loket 2.

"Uh hari gini baru nonton Troy," keluh Maya dalam hati. Demi menjalankan misi balas dendam, ia rela menonton Troy untuk yang kelima kali-nya. Setelah Hari dan Si Nenek Sihir hilang dari pandangan, Maya bergegas menuju loket 2.

"Siang Mbak, saya minta satu tiket dan duduk nggak jauh dari orang yang baru pergi tadi," ujarnya sambil mengeluarkan dompet.

"Ada alasan yang spesifik kenapa Mbak ingin duduk dekat orang yang banyak bulunya?" tanya si Mbak Loket heran.

"Oh... Bukan yang itu... Itu tuh dua orang setelahnya," jawab Maya cepat.

Misi jahat #3

KEGANTENGAN Brad Pitt tidak berhasil mengalihkan pandangan Maya dari Hari dan si Nenek Sihir itu. Selama menonton, matanya jarang lepas dari mereka. Si Nenek Sihir itu menyandarkan kepala ke bahu Hari. Hari balik merangkul dan sesekali membelai rambut si Nenek Sihir.

Gue sumpahin besok rambut si Nenek Sihir itu kutuan!

Atau rontok sampe botak...

Biar tau rasa.

Melihat mereka, membuat Maya teringat saat terakhir Hari memeluknya di Rooms Café. "Aku bakalan susah ngelupain kamu, May." Sekarang rasanya Maya benar-benar ingin melempar mereka dengan kaleng minuman soda atau pop corn yang ia bawa.

Tiga jam kemudian setelah selesai menonton film, Hari dan si Nenek Sihir itu meninggalkan BIP. Entah kemana tujuan mereka, yang jelas Maya masih berada di belakang sedan silver Hari.

"This is MERANA FM Bandung. Dengan motto hidup Tiada Tangis Tanpa Air Mata. Masih bersama saya, Sidik Thamrin, yang terus nemenin kamu-kamu yang sedih, patah hati, pesimis, galau, gundah gulana, kelam, putus asa, tertindas dan selalu merasa hidup ini tidak adil.

Oke, sekarang waktunya kuis! Buruan dial ke 25056789 sekarang juga dan ceritain pengalaman tersedih kamu. Ada voucher senilai 200 ribu rupiah buat kamu yang dipersembahkan oleh majalah Broken Heart."

Maya kembali mendengarkan MERANA FM. Satu-satu-nya stasiun radio di Bandung yang selalu memutarkan lagulagu patah hati untuk memanjakan kesedihan para pendengarnya. Setelah diputuskan Hari, Maya jarang mendengarkan Metallica dan membuatnya beralih mendengarkan MERANA FM. "Halo MERANA FM Bandung, selamat sore... Dengan siapa nih?" "HWAAA..." Terdengar raungan histeris sang penelepon.

"Tenang... tenang... Coba, tolong sebutkan nama kamu dulu deh," ujar sang penyiar.

"Hwaaaa... Nama saya Nadya... hiks..." Terdengar suara si penelepon sedikit tenang. "Lokasi di mana, Nad?"

"Buah Batu."

"Oke Nad, ada yang mau di-share sore ini buat pendengar kita? Bisa kamu cerita kejadian sedih yang baru menimpa kamu?"

"Hiks... Kemaren malem saya nonton bareng temen-temen gitu... hiks..."

"Film apa yang kamu tonton, Nad?"

"White Chicks."

"HAHAHA... Lucu banget tuh filmnya," ujar Sidik, sang penyiar bersemangat. Produser radio mengetuk kaca ruang siaran memperingatkan sang penyiar untuk tidak keluar konteks karena segmen MERANA FM adalah tidak untuk orang-orang yang bergelimang kebahagiaan. Sidik sang penyiar kembali berpura-pura sedih. "Anyway... hiks... Trus apa yang bikin kamu sedih?"

"Iya... hiks... Ternyata saya mergokin Yudho, pacar saya nonton film ini sama cewek lain... HWAAAA," si penelepon kembali meraung.

"Aduh, sedih dong ya?"

"BANGEEEEET! Padahal Yudho cinta pertama saya loh, Kang Sidik... hiks... " "Oh ya?"

"Iya. Sekalian saya mo ngasih pengumuman nih ya buat cewek-cewek se-Bandung, jangan mau pacaran sama orang yang namanya Yudho, dijamin sedih kayak saya sekarang. Hwaaa..." Si penelepon sedikit emosional.

"Ya udah, cerita kamu saya tampung dulu. Baiklah pendengar, sebelum menerima telepon selanjutnya saya putarkan sebuah lagu request dari Andru di Cigadung, yang tentunya sedang sedih, sebuah lagu dari Padi, Kasih Tak Sampai

yang disusul dengan Dewa, Pupus. Stay tune terus di MERANA FM! Tiada Tangis Tanpa Air Mata."

Setelah dua lagu request itu diputarkan dan diselingi beberapa buah iklan, suara sang penyiar kembali muncul.

"Silakan untuk penelepon kedua. Sebelumnya tolong langsung aja sebutin nama dan lokasi kamu." "Halo?"

"Ya silakan langsung sebutin nama dan lokasi kamu."

"HALO? HALO?" Si penelepon kedua memperkeras suara, nyaris berteriak.

"Halo Bapak, silakan Pak langsung aja sebutin nama dan lokasi Bapak di mana... Ini udah on air."

"HALO? HALO?"

"IYA PAK! COBA DIPAKAI YA ALAT BANTU DENGARNYA," ujar Sidik sang penyiar tak kalah keras.

"Eeeh bego banget sih ni orang, telepon geus nyambung tapi teu di jawab (telpon sudah nyambung tapi tidak dijawab). Kurang tarik kitu ngomong teh? (kurang keras gitu ngomongnya?) HALLLLLLOOOOOOOO?" Penelepon itu menggandakan kekuatan berteriaknya beberapa desibel.

"Bukannya bego ya, Pak... ini udah on air. INI UDAH ON AIRRR."

"AIYAAAHHH... INI WEYWEY YA? INI SAMA KO’ SANSAN. YOU ORANG PUNYA PAPIH ADA WEY?"

Sidik sang penyiar langsung memutuskan sambungan dengan jutek. "Maaf Bapak, ini bukan rumahnya Ko’ Sansan karena ini adalah MERANA FM Bandung, radio khusus untuk orang-orang sedih, bukan rumah Papihnya Weywey. Silahkan penelepon selanjutnya..."

"Halo... Merana FM? Ini Weywey..."

Sambil mendengarkan radio, konsentrasi Maya terus tertumpu pada sedan silver Hari yang berbelok ke jalan Setrasari. Maya terus mengikuti sampai akhirnya Hari memarkir mobil di depan sebuah rumah besar berpagar tinggi warna hijau yang terletak di ujung jalan yang terbilang sepi. Hari turun disusul si Nenek Sihir itu. Seorang pembantu membukakan pagar. Mereka masuk sampai akhirnya Maya tidak dapat melihat mereka lagi. Ia terus mengintai dalam mobil, seperti sedang menunggu saat yang tepat.

---BEEP BEEP---

Handphone Maya berbunyi. Dari layar terbaca nama Rini.

"Lagi ngapain?"

"Lagi ngikutin Hari nih."

"Ha? Serius lu?"

"Iyah, dua rius."

"Hahaha... Giling!"

"Udah ah, ada apa?"

"Besok gua mo ke Jakarta, ikut yuk. Pake kereta yang jam sembilan. Sekalian kita jalan-jalan... " "Ke Jakarta? Ngapain?"

"Ini, nge-drop undangan nikah Teh Nia buat orang-orang yang di Jakarta. Yuk, ikut gua," ajak Rini.

"Besok?"

"Ngga say, pas tahun baru Cina di tahun 2010 nanti."

"Heheheh..."

"Iya lah besok... Gua jemput deh."

"Yah ntar gue kasih kabar lagi deh yah kalo udah nyampe rumah."

"Sip. " "Bye."

Lingkungan rumah si Nenek Sihir terlihat sepi.

Tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Tidak ada orang yang lalu lalang sama sekali.

Tengok kanan. Tengok kiri.

Setelah merasa aman, Maya menyelinap ke sisi mobil untuk mengempeskan semua ban mobil Hari. Setelah selesai, ia kembali masuk mobil dan tancap gas. Ia membetulkan letak kaca spion mobil, menikmati hasil karya pada mobil Hari sambil tersenyum sinis.

"Ini baru peringatan pertama buat elo, Har!"

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience