7

Crime Completed 14534

FAKTOR ’X’

Junissa Daniarti

"JADI lu kemaren ngedetektif gitu ke UTP?"

"Iyah, sendirian ditambah bonus disorakin cowok kampus sana gara-gara gue pake kacamata item." "Hahaha, bete dong lu."

"Iyah sih, secara gue juga sih pake kaca mata item pas mendung."

"Lagian salah elu sih."

"Yaaah... Tapi gue kan harus nyamar dong biar Juni gak ngenalin gue." "Oo... Jadi si Nenek Sihir itu namanya Juni," Rini manggut-manggut.

"Tapi dia gak kayak Nenek Sihir kok. Orangnya lumayan lah... Manis juga, dandan, trendy..." Pikiran Maya seakan terbang mengingat kejadian kemarin.

"Jadi sekarang ngebelain dia nih, say?"

Maya tersenyum. "Yah, nggak juga sih..."

"Udah ah, daripada nyeritain si Nenek Sihir mendingan lu nemenin gua yuk besok."

"Kemana?"

"Ke Cardtic, ngambil pesenan kartu undangan nikahnya Teh Nia."

"Emang kapan sih Teh Nia rencananya nikah?"

"Dua bulanan lagi deh."

"Ya udah, besok mo jemput gue jam berapa?"

Jodoh Itu Jorok

JAM satu siang Rini menjemput Maya. Setelah berpamitan pergi pada orangtua Maya, mobil sedan hijau Rini mengarah ke jalan Setiabudi menuju Cardtic.

"Kenapa May? Gua perhatiin dari tadi mukanya kok suntuk bener."

"Ah nggak apa-apa kok."

"Lagi ngga mood?"

"Nggak... Gue lagi... mikirin... mmm..."

"Mikirin Hari ya? Ih orang kayak gitu pake dipikirin segala. Buang-buang waktu aja," Rini ketus.

Sejenak mobil Rini tertahan lampu merah di perempatan Cihampelas-Pasteur. Dua orang pengamen pria yang berdandan seperti wanita mendekati mobil. Bertepuk tangan dengan centil sambil bernyanyi dangdut: Tidak Semua Laki-laki. Sesaat sebelum lampu berwarna hijau, Rini memberi mereka beberapa keping uang logam. Mobil kembali melaju.

"Susah juga yah ternyata ngelupain dia... Siang bawaannya kesel, malem bawaannya kangen. Terlalu banyak cerita yang udah kita lewatin bareng," kenang Maya.

"Ya itu sih tergantung elu-nya juga. Kalo lu inget yang indah-indahnya doang sih yaaa susah dong ngelupainnya..."

Tips Mengatasi Patah Hati #6:

Jangan berlarut-larut dengan kenangan indah yang pernah ada dengan mantan bila kamu ingin melupakannya.

"Hari tuh laen sih sama cowok-cowok laen yang gue kenal, Rin."

"Iya... Lu cocok sama dia, tapi dianya yang ga cocok sama lu. Makanya dia selingkuh dan mutusin elu."

"Emang menurut elo, dia selingkuh karena gak cocok sama gue ya?"

"Yaaah... Pasti ada faktor X-nya, lah dan mungkin aja ternyata ada ketidakcocokan dia sama elu yang bikin dia selingkuh."

"Gue sih ngerasa udah cocok banget sama dia... Gila apa, setaun jadian tuh hebat banget loh buat gue, Rin. Selama ini gue ngerasa Hari yang terbaik... Tapi... mmmhhh... Mungkin nggak ya suatu saat gue dapetin yang lebih baik dari

Hari?"

"Yang namanya jodoh itu rahasia, May. Gua nih udah dua tahun dalam kesendirian... Hahaha... Bahasanya... Ya, maksudnya gini... Gua juga udah dua taun ngejomblo masih nyantai-nyantai aja tuh," ujar Rini dengan ekspresi geli.

"Ah elo..."

"Sekarang lu kayak gini... Besok lusa, gua yakin lu pasti dapetin yang jauuuh lebih baik dari Hari. Liat aja kakak gua." "Emang Teh Nia gimana?"

Rini memasukkan persneling ke gigi tiga.

"Uh dulu tuh ga tau berapa kali Teteh gonta-ganti pacar terus, putus nyambung-putus nyambung. Sampe pusing nginget nama pacar-pacarnya. Dalam seminggu yang ngapel udah ganti lagi."

"Oh yah?"

"Iya, sampe suatu hari gua tanya kenapa sih gonta-ganti pacar terus."

"Trus, jawaban Teh Nia apa?"

"Ngabisin seumur hidup sama seseorang itu penting, Tapi lebih penting dengan siapa kita menghabiskannya. Teteh ga mau nyesel dengan pilihan yang terakhir."

"Wah... wah... "

"Trus lu tau di mana Teh Nia ketemu calon suaminya?"

Maya mengangkat bahu.

"Di toko daging pasar baru."

"Oh yah?"

"Orang bilang jodoh itu jorok karena ia bisa datang di tempat dan waktu yang tidak pernah disangka-sangka. Contoh kasus: Teh Nia, kakak gua, dia ketemu calon suami di toko daging, di tempat yang bau daging tentunya yang buat sebagian orang mungkin bukan suatu tempat yang kondusif untuk jatuh hati."

"Hahaha!"

"Kata Teh Nia waktu ketemu, calon suaminya itu kucel banget. Gua juga bingung gimana proses flirting mereka. Tapi ternyata mereka memang berjodoh dan akhirnya bentar lagi nikah."

"Ih aneh-aneh aja yah cara orang ketemu jodoh," decak Maya, kagum.

"Giliran gua nih sekarang diteror keluarga biar cepet-cepet nikah."

"Hahaha..." Maya tertawa. "Ntar gue masukin lo ke kontak jodoh yang ada di koran deh yah... Profil: wanita kesepian berumur 22 tahun, mendamba jodoh seorang pria berusia antara 40 – 50 tahun..." "Dasar!" Rini melemparkan tissue ke arah Maya.

Tips Mengatasi Patah Hati #7:

Menghabiskan hidup dengan seseorang itu penting, tapi yang lebih penting lagi adalah dengan siapa kita menghabiskannya.

---

Lima menit kemudian mobil sedan hijau itu sudah masuk ke Jalan Setiabudi. Rini membelokan mobil ke sebelah kanan di mana tempat percetakan undangan itu berada. Begitu masuk ke ruangan bercat kuning, Rini segera menuju meja customer service sementara Maya duduk di sofa. Sambil menunggu undangan yang akan diambil, Maya melihat contoh-contoh undangan yang dibundel seperti album. Rini menghampiri dan melakukan hal yang sama seperti Maya.

Rini yang senang berkhayal, langsung membayangkan bila nanti ia menikah. "May, kalo misalnya gua nikah... kalo bikin undangan yang kayak ini, gimana? Bagus ga?" Rini menunjuk ke salah satu contoh.

"Hmmm yang itu? Oke juga tuh."

Dalam sepuluh menit, mereka masih membolak-balikan bundel. Terlihat ada calon customer yang datang melakukan hal yang sama.

"Lucu ga sih say kalo pake foto di undangan?"

"Terserah sih... Pake juga ngga apa-apa. Tapiii... gue saranin jangan pake foto yang pelukan segala kayak gini nih," Maya menunjuk ke contoh undangan dimana ada foto calon pengantin yang saling berpelukan mesra.

"Kenapa?"

"Kayak yang mo gulat."

"Ah masa sih."

"Nih liat aja."

Rini menempatkan dagunya di bahu Maya. "Eh iya juga ya, gaya pelukannya kok beda gini."

"Jangan-jangan tema nikahannya juga gulat lagi." "Ah Maya, lo tuh ya..." Rini menyikut Maya.

"Ucapan terima kasihnya: dibanting dengan gratis sesudah acara selesai." "Hahahaha," mereka tertawa serempak.

"Oh, ini memang atlit gulat Jabar kok," timpal seorang perempuan yang cukup berotot disamping Rini. "Dapet dua medali emas waktu PORDA (Pekan Olah Raga Daerah)."

"Kok tau sih?" Maya dan Rini langsung melirik heran ke arahnya.

"Iya... Soalnya mempelai pria-nya kan KAKAK SAYA."

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience