End

Romance Completed 7276

"Nia..They're all my friends", kata Theodore Xavier apabila kami berdua berada dihadapan mereka semua. "Guys' this is my Nia", katanya lagi dengan merenungku. Lagilah aku menjadi berdebar.

"So, this is the one? Hi, Nia. I am Brian", kata pemuda yang bernama Brian tersebut menghulurkan tanganya sambil berdiri dengan senyuman dibibirnya. Kemudian yang lain melakukan benda yang sama. Memperkenalkan diri mereka kepadaku.

"Nia, Thoe always talking about you to us. This guy really loves you. And please don't break his heart", kata pemuda yang bernama Daniel kepadaku.

Aku hanya tersenyum dan memandang wajah Theodore Xavier yang mula merah sebelum memandang ke arah mereka yang berada di depan. Wajah mereka mula tersenyum nakal mengusik Theodore Xavier.

"You guys know, there is the time he's brought me to eating here, all weeks just because he hopes to meet Nia here", kata Brian dengan ketawa nakal nya. Dia memandang tetap ke arah Theodore Xavier seperti dia puas untuk mengenakan Theodore Xavier ketika itu.

"Shut up, Brian", kata Theodore Xavier dengan ketawa yang di buat-buat.

"Do you know Nia, he always post your picture in....", kata Harry tetapi tidak meneruskan kata-katanya apabila melihat Theodore Xavier seperti ingin menghampiri dia.

"If you guys' want to embarrass me in front of her, then you all should go out and find another restaurant to eat", kata Theodore Xavier dengan nada seperti serius.

Dia menarik tangan kawanya yang berdekatan dengan dia ketika itu. Pemuda tersebut seperti terkejut dengan tindakkan Theodore Xavier. Manakala yang lain ketawa dan tidak makan saman dengan kata-kata Theodore Xavier tersebut. Aku yang ketika itu "blank" dan tidak tahu hendak berbuat apa. Apa yang aku mampu buat hanya memerhati apa yang sedang berlaku di hadapanku.

"Why me, Theo? All of the people here. Why me? I didn't"t say anything", kata pemuda tersebut seperti tidak puas hati.

"Should I spread the bean, what you have done at the airport earlier?" kata pemuda itu lagi sambil memandang wajah Theodore Xavier. Di wajahnya seperti bom atom yang menunggu masa untuk meletup meluahkan apa yang terjadi antara mereka berdua ketika di airport.

"Oh. Sorry man. Yes, you did not say anything, Nigel. I mistook you with the three monkeys here when you just laugh with what they said. Sorry man", kata Theodore Xavier sambil menepuk bahu rakannya yang bernama Nigel tersebut. Dia kemudian mengundur sedikit ke belakang dan berdiri di sebelah ku semula.

"Nia, I am sorry for what happened. They just like this when they meet or be together. Just ignores what they say Nia", kata gadis yang duduk di sebelah Brian. Tadi dia memperkenalkan dirinya sebagai isteri kepada Brian. Dia tersenyum memandangku yang seperti seseorang yang culture shock dengan apa yang terjadi. Aku hanya tersenyum.

"Guys please stop to embarrass me in front of her. It's not fair guys. I did not say much when you all introduce your wife or your girlfriend last time", kata Theodore Xavier memandang satu-satu wajah rakan-rakannya.

"Yeah. Please stop. Can we order something now", kata gadis yang di sebelah Daniel pula.

"So, you don't say much, Theo?" kata Daniel dengan nada sinis. Dia memandang gadis di sebelah apabila gadis itu mengusap bahunya lembut seperti menyuruh dia berhenti.

"He does the same things, baby, when I have introduced you to them last time. We both almost have the fight that night when we go back home. I have to make leverage for us, baby", kata Daniel dengan nada seperti mengadu sesuatu kepada ibunya apabila di buli oleh rakan-rakannya.

Kata-kata Daniel membuat Theodore Xavier dan lain ketawa. Gadis yang berada di sebelah Daniel hanya tersenyum dan dia hanya mengangguk faham. Mungkin dia sudah mengingat kembali apa yang terjadi masa lalu.

"Ok, I am sorry for what happen last times guys. How about, I make deal with you guys which are treating for meal and drink of you guys in a week", kata Theodore Xavier seperti membuat perundingan. Dia memandang wajah setiap orang rakannya itu.

"Please, guys. Stop this for the ladies. Poor for them, that wants to eat something but have to wait for us to finish this argument. Let order something for them", kata Theodore Xavier dengan nada yang lembut dan tersenyum Aku yang berada di sebelah nya tersenyum dan mengangguk tanda setuju.

"Ok. Deal. For the ladies. And for the girl beside's you. She passes, she says nothing but only smiles all the times. That's what I want for my future in law to be. Always be patients and have charming at the same time with smiles in her face", kata Brian dengan menghulurkan tangan kepada Theodore Xavier tanda persetujuan. Rakan Theodore yang lain mengikut tindakkan Brian membuat persetujuan. Aku yang mendengar kata-kata Brian tadi hanya tersenyum dan mengeleng kepala.

"This is just the beginning Nia. Later on, you will see more sides of them that will make you irritated and headache at the same time", kata gadis yang di berada di sebelah Nigel. Aku melihat dia meletakkan tangannya di paha Nigel dan Nigel merenungnya dengan senyuman.

"So, Theo, as you already eating here a few time, or you maybe have many time come here", kata Danie dengan senyuman nakalnya. Dia kemudian meneruskan kata-katanya "and now you work here as a helper as you started a few hours ago, can you tell us the best menu that you have here". Daniel membuat muka selamba memandang Theodore Xavier dengan nada seperti ingin menguji.

Theodore Xavier mula memberitahu setiap menu makanan yang ada di dalam buku menu tersebut. Rakan-rakanya membuka buku menu tersebut sambil mendengar setiap penjelasan daripada Theodore Xavier. Aku yang berada di sebelahnya memandangnya dengan renungan bangga. Dia buat aku jatuh cinta lagi, desis hatiku.

"So guys, I suggested to you all the dish like spaghetti and chicken roaster, sandwich chicken..... That is one of my favorite dishes to eat here. Nia also loves that kind of dishes", kata Theodore Xavier menunjukan menu-menu tersebut.

"Everything is about Nia", kata rakan-rakan Theodore Xavier sesama sendiri separuh berbisik tetapi dapat aku dengar, yang membuat aku tersenyum.

Mereka semua mula tick makanan yang mereka hendak order selesai Theodore Xavier menerangkan menu yang ada.

"If you want to stay here with your friends, or talk with them, it's okay. You can stay", kata ku sambil mengumpul kertas order menu dengan buku menu sekali. Aku memandang wajahnya dengan pandangan lembut.

"Besides you can take your rest if you stay with them here". Kali ini belakangnya ku sentuh. Aku tahu dia letih sebab baru balik daripada outstation meeting dia hari ini.

"It's okay Nia. We have a lot of customers' today. Besides, they know how to entertain themselves. And I met them every day at office", kata Theodore Xavier. Dia memandang ke belakang sekilas melihat pelanggan sebelum memandangku.

"Theo says the right thing. Don't mind us. Nia you should use Theo fully. Don't let he slacking", kata Daniel dengan nada bergurau kepadaku. Rakan-rakannya yang lain mengangguk seperti setuju dengan kata-kata Daniel.

Aku dan Theodore Xavier kemudian meneruskan kerja masing-masing. Di satu sudut, ketika ku berdiri di depan kaunter cashier, aku melihat Theodore Xavier melayan pelanggan dengan penuh sopan dan ramah. Kenapa dia begitu dashing dan charming sangat, walaupun dengan apron itu, desis hatiku.

Aku melihat pelanggan yang di layannya itu seperti terpaku apabila dia membuat penerangan tentang menu. Mesti gadis itu terpikat dengan dia. Makan hatilah kau Nia dapat boyfriend yang banyak peminat, desis hatiku lagi. Tetapi sebenarnya, aku tak kisah sangat kalau ada gadis-gadis minat dekat dia. Entah kenapa dengan dia, aku boleh yakin yang dia memiliki perasaan yang sama dengan aku rasa. Daripada renungan matanya, daripada gerak gerinya, aku tahu dia jujur menyanyangiku.

Lamunan ku terhenti apabila Ruby yang menjaga kaunter cashier menepuk bahuku. Aku memandangnya yang sedang tersenyum nakal seperti mengusikku. Mesti dia melihat gelagat aku yang sedang merenung kea rah Theodore Xavier. Aku memberi isyarat tangan supaya dia berdiam, yang membuat dia tersengih. Aku selepas itu, membuat seperti tiada apa yang berlaku apabila melihat pelanggan masuk dan menunjukan kepada mereka meja yang kosong.

Apabila rakan-rakan Theodore Xavier hendak balik, Brian menghampiri kami berdua. Aku membawa Theodore Xavier menghantar mereka ke luar restaurance. Setiap mereka bersalaman dengan ku dan mengucapkan Merry Christmas

"As for what happened today, we are sorry. We know that you must be shocked by our immature behavior. But excually, we're just joking. Life without joking will be boring you know!?" kata Daniel memandangku dengan senyuman.

"And we hope for what happens today, it doesn't make you less to love our friend Thoe", kata Brian pula dengan senyuman yang bermakna. Dia memandang Theodore Xavier sekilas sebelum memandangku.

"It's okay. I know that you all just joking. Thanks to the entire joke, which make me, could see another side's of him. And it's doesn't make me less to want to be known about him. I like him, just like he do. I think he knows that", kataku dengan penuh pengakuan yang aku meluahkan yang aku suka dekat dia depan rakan-rakannya itu. Aku merenung wajah Theodore Xavier lembut yang memang memandang wajahku yang aku tak tahu berapa lama dia berbuat begitu.

"But, thank you for coming here today and it nice to know all of you. And I hope we can see again. Please come again to Winter Café and Restaurant", kata ku lagi menghadiahkan senyuman paling ikhlas seperti selalu aku buat dekat pelanggan yang datang dekat Winter Café and Restorance.

"Behave yourself Theo. And bye Nia. Say thanks to Kak Alice", kata mereka sebelum berlalu menuju kereta mereka. Aku hanya melambaikan tangan dan begitu juga Theodore Xavier apabila mereka menghon kereta mereka apabali lalu di depan aku dengan Theodore.

Waktu itu, bunyi bunga api kedengaran di sekeliling. Itu pertanda sudah 12 tengah malam. Dengan kelipan cahaya lampu daripada pokok Christmas depan mataku, membuat aku seperti terpaku. Cahaya daripada bunga api yang berdekatan membuat langit begitu indah malam itu.

"You know, we can go to church together tomorrow morning and I pick you up. After that we can celebrate with my familys' and my friends or maybe visit Kak Alice house too", kata Theodore Xavier yang berada di sebelahku. Ada nada geteran daripada kata-katanya itu. Mungkinkah dia nervous? Ataupun dia takut aku menolak pelawaan dia.

Aku memandangnya yang masih menanti jawapan daripada ku. Kemudian aku memandang kembali cahaya daripada pokok Chirstmas yang berada di depan ku. Dan tanpa teragak-agak aku mengenggam tangannya. Aku tahu dia mesti terkejut dengan tindakkan ku itu.

Aku memandangannya dengan mengangguk sebagai tanda aku setuju dengan kata-katanya. Matanya bersinar dengan gembira apabila aku melihat ke arahnya yang sedang tersenyum ketika itu. Dengan berpegang tangan aku membawanya masuk semula ke Winter Café and Restaurance. Dan aku melihat Kak Alice melambai tangang menyuruh aku dan dia masuk ke café. Ketika itu, aku merasa genggam tangannya semakin kuat dan dapat aku merasa debaran di dadaku namun pada ketika itu aku merasa begitu bahagia. Aku merasa bunga cinta yang sedang mekar di hatiku dan aku tahu dia merasa benda yang sama.


-END-

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience