Apartemen Flora Garden terletak tak jauh dari lokasi rumah Yua di kota Seongnam.
Apartemen yang baru dibeli oleh keluarga Cho kemarin ini, memiliki ukuran luas dan sederhana.
Apartemennya hanya memiliki 2 kamar tidur yang masing-masing kasurnya berukuran king size ditambah lagi kamar mandi dalam kamar tersendiri.
Ruang tamu luas hanya terdapat 2 sofa panjang dan satunya pendek dengan meja kecil hitam didepannya.
Disofa itulah Yongki sedang duduk dengan mengenakan earphone biru.
Yongki bersenandung, mengikuti lagu yang sedang diputarnya.
"Any time every time I get lost you will find me...you will find me...any time every time I get lost you will find me..." kepalanya manggut-manggut menikmati lagu yang sedang jadi favoritnya.
"Yudha kemana?" Tanya Myung yang menghampirinya.
"Tadi antar Noona," Jawab Yongki yang masih manggut-manggut dan melihat kertas diatas meja, "ini..." Yongki mengambil kertas tersebut,"titipan Samchon." lanjut Yongki menyodorkan selembar kertas.
Noona : panggilan dr adik lk ke kk pr.
Myung baru selesai mandi, ia masih berbalut anduk mengambil kertas tersebut.
Lorong kelas yang panjang bersih mengkilap, susunan rak yang tertata rapi juga suasana yang sepi.
Yudha berjalan lurus menghadap kedepan.
"Sudah seharusnya, aku lepas hoodie ini." Ucapnya melepaskan hoodir JB.
Setelah terlepas, ia menjingjing hoodie tersebut dan berjalan lurus dengan santai.
Dari jauh panjangnya, ada seseorang yang berjalan kearahnya tampak membawa beberapa buku didadanya.
"Mungkin seorang guru yang hendak masuk kelas." Pikirnya, terus melangkah.
Sosok itu pun semakin terlihat jelas.
Sampai dihadapannya.
"Yudha?" Sapa seorang guru yang menghampiri Yudha.
"Aaa... Ssaem?" Sapanya senang.
Ssaem : guru
"Sudah lama tak jumpa ya, bagaimana sehat?" Tepuk bahu Yudha.
"Sangat sehat sekali, Ssaem. Masih betah ngajar disini ya Ssaem?" Candanya.
"Haha, kurang ajar kau. Sudah pasti,iya. Ada urusan apa kemari?"
"Hanya antar Yua sekolah, Ssaem."
"Oo... Bukan nyari yang bening-bening, ya?" Canda Ssaem mengangkat kedua alisnya.
"Haha bisa saja, Ssaem." Yudha merasa tersindir.
"Geure, sudah jam mengajar. Pergi dulu, ya."
Geure : baiklah
"Iya, Ssaem. Mari." Pamitnya.
Didalam mobil yang berada diparkiran sekolah, Yudha membuka ponselnya.
?
abaikan kesalahan editor untuk sementara ini ??????....
Dalam layar ponsel touchsreen,terdapat 4 notifikasi merah yang belum dibacanya.
Begitu dia buka, ternyata itu peringatan dari Yua.
"Aigoo, hanya karena nenek sihir itu dia benar-benar lembek." Hinanya.
Aigoo : Waduh
Ttut ttut nada sambung dalam telepon yang belum diangkat.
"Yoboseyo?" Suara Yudha dalam telepon.
"Dimana?"
"Disekolah Yua, waeyo?"
Waeyo : Kenapa ?
"Samchon minta kita belanja."
Samchon : Paman
"Maksudnya gimana? Kan ada Lee kojongbu."
"Ppallihae, jemput di apartemen."Myung Zhu langsung menutup teleponnya.
Ppallihae : Cepat
"Ikut dong." Pinta Yongki yang sedang main game tanpa menoleh.
"Tak usahlah, jaga rumah saja."
Yongki menggerutu, menatap kesal
Hidung Yongki berkembang kempis, matanya yang sipit menatap tajam.
"Hyeong, ini apartemen. Bukan rumah yang selalu dijaga seperti toko. Bilang saja 'gak boleh' biar jelas. Apartemen dibandingin sama toko, jauh bedanya. Babo!" Makinya.
"Yaa! Yongki Chen." Myung terpancing emosi.
Yongki mengambil topinya diatas meja, berdiri. "Dasar orang dewasa, egois! Karena diatas harus dipatuhi, maunya dituruti, kata-katanya harus dipercaya. Memang benar adanya, kalian sangat menyebalkan."
Yongki beranjak pergi meninggalkan Myung yang sedang duduk disofa.
"Kemana kau?"
"Apa peduli, lo? Pantas masih sendiri, mana ada yang mau sama orang seperti mu."
"Yaa! Dasar bocah badak!" Myung membalas makian Yongki.
***
Tulisan besar dalam gedung terpampang Bandar Udara New York, Amerika Serikat.
Mereka duduk dikursi menunggu penerbangan menuju Korea, tepatnya Seoul-Incheon International, Korea Selatan.
"Sudah sampai, langsung kabari Appa."
Appa : Ayah
"Geureyo."
Geureyo : Ya, baiklah.
"Jangan buat Appa dan Eomma khawatir, kabari kalau terjadi sesuatu."
Eomma : Ibu
"Geure."
Geure : Ya, tentu
Tung tungg tunngg tunggg...
Suara operator, keberangkatan.
"Your attention please,passenger of Korean Air on flight number KE697 to Seoul please boarding from door A12, Thank You."
?
Tung tungg tunngg tunggg...
"Itu pesawatku. Aku berangkat sekarang, Eomma-Appa."
Ibunya memeluk. "Hati-hati ho."
"Baik-baik disana. Kabari nanti sudah sampai, ya." Pesan Appa.
Dia mengangguk, melambaikan tangan dengan tersenyum lebar kemudian pergi.
Didalam kabin pesawat, ia duduk dan menghela nafas panjanh. "Hhhh"
Suara operator Pra-Penerbangan. "Ladies and gentlemen, welcome onboard Flight KE697 with service from New York To Incheon, Seoul. We are..."
Matanya terpejam tidak memperdulikan pengumuman operator saat pra-penerbangan.
Didapur apartemen Myung sedang kebingungan melihat list belanjaan.
"Persediaan apa saja yang harus ku simpan disini? Apa seleranya?" Myung kebingungan celangak-celinguk, menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Apa Lee yang biar bereskan semua disini? Hmm..." Pikirnya, mengangguk pelan.
Lalu dia mengambil ponselnya disofa untuk meminta bantuan.
?
Kesalahan editan lagi ????????
maafkan...
"
Aish... ck... Anak ini benar-benar menyebalkan. Tak jauh beda dengan Yua. Kalian memang musuh dalam keluarga." Gerutuknya menggelengkan kepala dengan tangan kanan memegang pinggul.
Beberapa menit kemudian, Line masuk.
?
***
Myung dan Yudha sudah mendapat beberapa belanjaan yang ada dalam list.
Sekarang mereka berkeliling mencari bumbu dapur.
Selama Yudha mendorong troli dari semenjak mereka masuk market, Myung menghiraukan suara ponsel Yudha.
Sampai batas akhirnya, Myung merasa jengkel akan suara ponsel itu yang terus berdering tak ada henti dan membuatnya terganggu.
Dia pun bertanya dengan ekperesi masam.
"Wae?"
Wae : Kenapa
Yongki berhenti melangkah.
"Mwo?" Yongki tak mengerti.
Mwo : Apa
Myung menghela nafas berat, memalingkan wajahnya untuk beberapa saat.
"Tak angkat teleponnya, wae?" Liriknya pada kantong saku celana Yudha.
"Aaa..." Yudha menganga, memutarkan bola matanya mencari alasan, "itu..." katanya terhenti.
Myung kembali berjalan.
"Yang model, itu?"
Yudha mendorong troli, kembali mengikuti Myung, "Orang ribet, bawelnya bikin stress. Hidup mewah glamor, sehari habis berapa kalo jalan sama dia." keluh Yudha.
"Ya, namanya juga perempuan. Tak heran, apa lagi lo berkantong tebal."
Yudha membalas dengan mengangguk saja, membenarkan ucapan Myung.
"Putuskan!" Tiba-tiba Myung mengatakan itu dengan tegas.
"Lo, kira gampang? Tak lama ini, dia ketahuan selingkuh. Begitu gw langsung minta putus, ck... mana dia mau." Jelas Yudha.
"Aish... Sudahi saja, mau atau tidak. Dia harus menerima. Kalo gw jadi lo, udah gw anggap putus."
"Gw awalnya mikir gitu. Tapi, dianya terus gangguin gw. Lo denger sendiri telepon terus bunyi, gw matiin eh surat banyak datang."
"Aigoo, kalo putus udah mana ada kontekan lagi, aish. Tak usah pedulikan itu."
"Gw cowok yang baik hati, bukan cowok brengsek pandai menyakiti perasaan wanita." Elak Yudha.
Myung mengambil bumbu masak, memastikan bumbu yang dicarinya benar.
"Masalah begini lain lagilah, dia sudah ketahuan. Lo berhak putus dari dia. Jadi cowok, tegas dong Yudh!" Tegas Myung menatap serius.
Myung kembali berjalan, "Kalo mau, lo balas selingkuh, deh. Tar pasti dia minta putus." lanjutnya.
"Hoho, entengnya lo punya mulut. Gak tahu dia, sih. Dia itu cewek terpicik sedunia dan tak mungkin bilang putus begitu aja. Yang ada cewek lain jadi korban kalo gw balas dendam."
"Ambil tindakan dong, lo kan laki. Jangan malu-maluin gwlah. Sama cewe gitu doang, kalah." Ejeknya.
Yudha membela diri. "Malu-maluin apaan? Lo sendiri aja masih single."
Mereka berjalan menuju kassa.
"Cewek banyak kali yang ngedeketin, gwnya aja ogah kalo buat ngabisin duit bareng mereka yang hidupnya buat party-party, begitu." Jelas Myung menunjuk beberapa wanita disekitar mereka.
"Itu sih, lo pengiritan. Mengatas dasarkan mereka." Yudha berkomentar.
"Kalo lo gak suka, bilang terus terang. Gak usah karena kasihan lo terima dia." Myung menggelengkan kepala.
"Aish ck... Lo ngertiin gw-lah sebagai Hyungnim."
"Siapa yang mau ngakuin lo, Dongsaeng. Malu-maluin gitu." Lirik Myung sinis.
"Yaa!"
"Ia kan agasshi," tanyanya pada kasir wanit, "mana ada laki-laki seperti dia dipermainkan wanita?" lanjutnya.
Kasir itu terpaku.
"Aish..." pandang kesal Yudha pada Myung, lalu berkata pada kasir itu "Agasshi, permainan wanita itu tak perlu dibalas dengan permainan lagi, benarkan? Aku sebagai laki-laki yang baik hati, tak boleh menyakiti wanita, apa lagi untuk balas dendam. Benarkan, Agasshi?" Yudha meminta pembenaran.
"Aaaa, ne..." Jawab kasir itu dengan suara tak memahami kata Yudha.
"Yaa! Anak muda. Kalian tak lihat dibelakang antri segini banyak." Bentak ibu-ibu dibelakang antrian Myung.
Kasir wanita langsung kembali bekerja gesit.
"Aa, ne ahjumma." Yudha berbalik.
Ahjumma : Bibi
Myung pun berbalik bersamaan dengan Yudha. "Jeosong hamnida."
Jeosong hamnida : Maafkan saya
"Omo..." Paruh baya itu kaget melihat wajah Myung.
"Myung...Zhu!"
"Ne?" Myung tampak bingung.
Ne : iya?
"Kau sudah besar ya..." Seyum Ahjumma lebar.
"Aa ne Ahjumma. ?" Ramahnya.
"Ah, Yoona Eomma. Masih ingatkah? Yoona yang sering kau gendong."
Suara kasir pelan."Semuanya jadi..."
Myung berusaha mengingat.
"Aah, ne..."
"Berapa?" Tanya Yudha.
"976 K." Jawab kasir.
Melihat Myung sedang asik, ia pun mengeluarkan dompet dan mengambil kartu debetnya.
"Siapa dibelakangmu, itu?" Tanya Yoona Eomma.
"Ah ne..." Myung membalikan badannya, dilihatnya Yudha sedang membayar belanjaanya.
"Yaa, kenapa jadi kau yang bayar."
"Siapa yang bayarin, ganti cash saja dirumah." Timpal Yudha datar.
"Aigoo... kau ini bagaimana, sesekali bayarkan belanjaanya." Yoona Eomma memukul kepala Yudha.
"Aya..." Yudha kesakitan.
Aya : Aw
"Andwae!" Myung berusaha mencegah namun, ia terlambat.
"Ahjumma... dia ini anak Samchon, Gong Yoo ."
"Mworago, Gong Yoo?" Eomma Yoona kaget dan merasa bersalah.
"Ekhem..." Seseorang mendehem keras dibelakang.
Mereka bertiga menengok dan melihat wajah yang antri menatap tajam pada mereka.
"Ahjumma..." Kata Myung.
"Ne?"
"Sepertinya, kami pulang duluan." Bisik Myung siap mendorong troli.
"I'll be back, pretty." Pamit Yudha pada kasir wanita dengan terburu-buru.
"Gila lo, bikin baper orang terus."Ujar Myung mendorong troli cepat.
Yoona Eomma meneriaki Myung agar berhenti, "Yaa. Anak muda, aish ck..." ia menengok kembali kepada para antrian lain yang berada dibelakangnya.
Yoona Eomma merasa tidak nyaman, "Ppallihae..." gesa Yoona Eomma pada kasir.
"Aish anak muda zaman sekarang sungguh keterlaluan pada yang tua." Batinya.
Lampu merah menyala.
Yudha pun berhenti, menaati oeraturan lalu lintas.
"Landing jam berapa, tu anak?" Tanya Yudha, menoleh Myung disampingnya.
"Dia bilang jangan jemput dulu."
"Trus?"
"Nanti dia kasih kabar."
Bip bip bip suara telepon Myung.
"Yeobuseo?"
"Yaa!! Gw telepon dari tadi, baru diangkat sekarang." Teriak keras suara laki-laki dalam telepon.
Yudha kaget mendengar teriakan dari ponsel Myung, "Keras betul dia teriak." gumamya.
"Yaa, sejak kapan rubah gendre?" Canda Myung menjauhkan telinganya dari ponsel.
"Aish gila lo, gw udah landing. Lokasi jemputan udah gw kirim."
"Ah, ne gw jem..." Katanya terpotong.
Tut tut tut
Myung menggerutu. "Aish, yang benar saja dia matikan."
***
"Awas-awas, gajah gemuk mau lewat." Teriak seorang anak kecil yang berlari-lari mengejek temannya ditaman.
"Semuanya minggir, nanti kalian bisa terinjak." Lanjutnya, berhenti berlari menunggu si gemuk melewatinya.
Anak kecil yang mengejek temannya sendiri itu berlari kearah kursi taman dan melewati seseorang yang duduk disitu.
Seseorang tersebut melihat ke taman, dilihatnya gadis cilik yang berjalan perlahan dengan kepala tertunduk seorang diri.
Alisnya berkerut, melihat gadis itu.
Ia teringat pada temannya dimasa kecil yang selalu menangis melewati taman ini.
Anak yang lainya menghindarinya dan saling berbisik. "Kemarin dia menginjak kakiku."
"Benarkah?"
"Iya, lihat kaki ku besar sebelah."
"Benar, aku pun pernah diinjaknya." Jawab anak lainnya berbisik-bisik keras.
Kemudian ia tersenyum dan menghampiri gadis gemuk tersebut.
Hiks hiks hiks, gadis itu menangis.
"Yaa! Kau gadis yang suka pipis dicelana. Dan kau, gadis berkuncir rambutmu seperti ekor kuda, dan dia..." Menunjuk anak laki-laki yang berlari didepannya tadi, "kau anak yang selalu memakan ingus hijaumu, sendiri." Katanya dihadapan gadis gemuk itu.
"Kalian benar-benar sangat menjijikan." Lanjutnya, memaki.
Anak-anak tersebut saling menghindar satu sama lain dan saling mengejek.
"Gwenchanayo?"
Gwenchanayo : Kau tak apa?
"Aniyo." Jawab gadis itu jujur dan masih menundukan kepalanya.
"Menangislah jika itu membuat hatimu tenang." Ia menyandarkan kepala sang gadis dipundaknya.
"Mereka jahat, hiks hiks... selalu mengataiku seperti monster, apa salahku, Ahjushi?" Isak gadis gemuk.
Ahjushi : Paman
Ahjussi itu mengusap untuk menenangkan sang gadis.
"Huaaa..." Tangisan gadis cilik itu mengeras.
"Gwenchana...gwenchana... jangan terlalu didengarkan, mereka hanya iri pada tubuhmu yang menggemaskan, ini." Peluknya berusaha menenangkan.
Gwenchana : Sudahlah
"Jinca? Hiks hiks..."
Jinca : Benar begitu?
"Oo... Ahjussi pun gemas memelukmu sampai tak mau lepas." Hiburnya.
Gadis ini mengucapkan terimakasih sambil menatapnya lekat.
"Hiks hiks Ahjushi, huks gomap huks huks seumnida huks huks..." Ucapannya terbata-bata dengan tangisan yang masih terisak-isak.
Gomap seumnida : Trimkasih
Ttid ttididd
Klakson mobil yang dikendarai oleh Yudha.
"Cheonmaneyo, hapus air matamu," Ia mengusap air mata dari pipi gadis itu "agar selalu terlihat cantik, jadi jangan menangisi hal seperti ini lagi, mengerti?"
Cheonmaneyo : Iya, sama2
"Arayeo huks..."
Arayeo : Baiklah, aku mengerti
"Ahjushi pergi sekarang, karena sudah ada yang menunggu." Menunjuk mobil yang dikendarai oleh Yudha.
Saat ia beranjak, gadis itu menahan mantelnya. "Ahjushi, nugu...imnika?"
Nugu imnika : Siapa nama paman ?
"Aah," ia kembali berlutut, "My name is Hyung-sik... Cho Hyung-sik."
"Dipikir-pikir, dia terlihat lebih tertarik pada gadis kecil." Ujar Yudha.
"Kelaksonin lagi! Kelamaan, nih." Pinta Myung.
Ttid tidid...
"Omo, Myung! Anak itu mau diajak kemana?"
Myung dan Yudha saling memandang dengan mata mebelalak dan mereka serentak mengatakan. "Sepertinya dia..."
"Yaa!! Kalian, bawa mobil saja seperti menggoes sepeda."
"Anak itu?" Lirik Myung.
"Ah iya, kita antar dia pulang."
Yudha dan Myung kembali saling memandang, tak menyangka.
"Hyungnim, sepertinya dugaan kita benar." Bisik Yudha.
Hyungsik melihat kearah Yudha dan Myung dengan tatapan tajam.
Yudha melihata tatapan Hyung dari kaca depan.
"Sejak kapan kau, memanggilnya Hyungnim?" Tanya Hyungsik pada yang meliriknya dari kaca.
"Ahjushi, pasti orang kaya." Ucap sang gadis.
"Ahjussi?" Myung dan Yudha cekikikan.
"Aish, apa yang kalian tertawakan, hah?" Bentak Hyungsik merasa terejek.
"Yaa, panggil dia Oppa, bukan Ahjushi." Kata Myung pada gadis yang duduk disamping Hyungsik.
"Bolehkah?" Tanya gasis menoleh Hyungsik dengan mata sembab.
Hyungsik tertawa kecil. "Haha... Geureyo."
Geureyo : Tentu saja boleh
"Odiesaseyo?" Tanya Myung.
Odiesaseyo : Dimana kau tinggal?
"Komplek Flora Garden." Sahut gadis itu.
Yudha merasa cemas. "Yaah... satu tujuan."
Anak ini terseyum, bertanya."Ahjussi tinggal disini, juga?"
"Ne, Ahjushi tinggal diapartemen sekitar sini." Sahut Hyungsik.
"Oneu?" Tanya Yudha lagi.
Oneu : Disebelah mana?
"Dekat halte bus, yang itu!" Tunjuk anak gadis tersebut.
"Sebelum atau sesudah halte bus?" Tanya Hyung-sik memastikan.
"Itu melewati Eonni-can, didepan."
"Eonni-can?" Ulang Hyungsik.
"Ne, Eonni cantik." Jelas si gadis gemuk yang menggemaskan Hyungsik.
Saat mobil mereka melewati wanita yang ditunjuk gadis kecil itu, Hyung-sik penasaran dan berusaha melihat wajah wanita itu.
Namun sayang, wajah wanita itu terhalang oleh rambutnya yang terurai.
"Behenti, Ahjushi."
"Disini?" Tanya Yudha.
"Geomapseumnida, Ahjushi." Gadis tersebut mengucapkan terimakasihnya dan berpamitan pada Myung dan Yudha.
Sementara Hyungsik turun dari mobil untuk mengantarkan anak gadis itu sampai depan pintu rumahnya.
Hyung-sik menyuruhnya masuk kedalam rumah. "Ppallihae-ppalli..."
Tapi gadis kecil menggelengkan kepalanya lalu menarik tangan Hyungsik dan memanggil wanita tadi, "Eonni..."
Mereka menghampiri wanita yang sempat membuat Hyungsik penasaran.
"Annyeong, Yoona." Sapa wanita itu tersenyum hangat pada gadis yang menghampirinya bersama Hyungsik.
"Annyeonghaseyo, Eonni-can..."
"Matamu sembab, kenapa? Apa orang ini melukaimu?"
"Aniyo, Eonni," Gadis ini menggelengkan kepalanya dan menunjuk Hyungsik, "Ahjussi baik, Ahjussi menolongku dan mengantarku pulang." ujarnya bernada manja.
Ia menarik tangan wanita untuk dikenalan dengan Hyungsik.
Dengan kepala yang menengadah pada Hyungsik. "Oppa, kenalkan ini Eonni can."
"Aya Yoona, jangan membuatku malu dengan sebutan itu didepan orang baru."
Hyungsik tersenyum dan mengulurkan tangannya.
Wanita itu membalas uluran tangan Hyungsik. "Myaren..."
Hyungsik terdiam, memandang wajah Myaren.
"Bahaya nih, kalo dibiarin terus." Ketus Myung yang sudah merasa bosan.
"Ho..." Sahut Yudha, melihat kaca sepion,"Itu, bukannya Myaren."batinnya.
"Oppa!" Teriak Yoona menyadarkan Hyungsik.
"Ne?"
Yoona melirik tangan Hyungsik yang lama menggenggam.
"Ah mianhae.... Joneun Hyungsik ieyo." Kata Hyungsik tersenyum lebar.
"Mannaseo bangawoyo." Ujar Myaren, tersenyum manis dan hangat.
"Nde, cheomnayo." Jawab Hyungsik terdengar sedikit pelan dengan mata tak berkedip sedetikpun.
"Kajja, Yoona. Eonni antar masuk."
"Oppa, kapan-kapan datanglah kemari lagi,ya." Senyum Yoona yang nampak giginya ompong.
Hyungsik mengangguk, tersenyum.
Disaat yang bersamaan Myaren menutup pagar rumah Myung keluar dari mobil.
"Yaa! Cho Hyungsik."
Myaren terhenti sesaat, "Cho Hyung-sik?" batinnya.
Setelah meniggalkan rumah Yoona beberapa menit kemudian.
"Tadi Noona anak, itu?" Tanya Yudha.
Myung menyalakan musik.
Any time every time i get lost you will find me...
you will find me...
any time every time i get lost,
you will find me...
Mendengar lagu itu, Hyungsik tersenyum manis kemudian memandang keluar jendela lalu berkata.
"Finds you..."
"Mwo?" Tanya Myung, meminta Hyungsik untuk pengulangan katanya yang tidak terdengar.
Chuuuu BERSAMMBUNG...
Mohon Kritik dan saran kesan pesan komentar kaliaaann apapun katakanlah untuk membuat q berkembang dan SEMANGATT menulis SEMANGAT berkaryaaa...
Yeaayyyy...
??????
maaf kalau banyak kekurangan, mohon koreksi agar membakar semangat q hingga membara api berkobar untuk melanjutkan ceritanyaa...
ahh iya, mengingatkan.
karena gambar tidak dapat dimuat yuk pindah ke baca ny hehe,
nggk juga ga apa sih kalau emg ga mau dan ga penasaran atau memang ga mau karena pahan alurnyaaa uuu trimakasiii semuaaa
smoga kita sehat sellluuu...
Share this novel