Mobil putih berhenti di halaman gedung sekolah menjadi pusat perhatian para murid dipagi hari. Selama ini tidak ada murid yang datang menggunakan mobil karena peraturan sekolah melarang itu. Kecuali mereka yang membawa kendaraan bermotor seperti Andy.
Hyungsik keluar dari pintu kanan mobil, disusul Yua yang keluar dari pintu kanan belakang.
“Awas, jangan berulah kalian.” Pesan Myung Zhu yang duduk ditempat setir mobil Yua.
Yua mengangguk, ”Ne… Kajja Oppa.” Ajaknya pada Hyungsik.
Ne..Kajja Oppa = Iya... Ayo Oppa.
Yua melihat sekelilingnya, semua murid wanita terperanga memandang Hyungsik. Bukan hanya karena wajah tampan saja tapi, postur tubuh Hyungsik yang tinggi putih bersih juga datang menggunakan mobil bermerk Rocycle ke Sekolah.
“Menyebalkan sekali.” Ketus Yua membenci tatapan mereka.
Sepanjang koridor kelas, Yua dan Hyungsik menjadi bahan pembicaraan hangat di hari pertama Hyungsik masuk sekolah. Semua orang yang dilalui saling berbisik menatap kagum sekaligus menghina Yua. Seperti biasanya, Yua mengabaikan perkataan mereka yang memusuhinya sejak dari dulu, dia hanya terus berjalan menemani Hyungsik.
“Sejelek itukah dirimu dimata mereka?” Tengok Hyungsik.
“Mereka yang lebih menjijikan.” Timpal Yua, acuh.
“Pergilah.” Pinta Hyungsik.
Yua berhenti melangkah. “Mwo?”
Mworago = Apa
“Untuk apa kau mengikutiku?” Lanjut Hyungsik.
Yua menggeleng kepala. “Myung Zhu yang menyuruhku mengantarkanmu sampai ke ruang guru.” Jelas Yua.
“Pergilah, aku bukan anak kecil.”
Tapi Yua terus berjalan. Langkahnya membuat Hyungsik menarik lengannya dengan kasar.
Hyungsik merasa tidak nyaman dengan perlakuan keluarganya yang agak berlebihan mengkhawatirkan dirinya.
Tiba-tiba. “Yua.” Ucap Andy agak sedikit kaget dengan telunjuk terarah pada mereka.
“Andy, tunggu aku.” Teriak Myaren yang berlari naik tangga menyusul Andy.
Myaren membungkuk dengan nafas terperengah. “Yua…”
Sedikit terlambat, Hyungsik melepaskan tangannya ketika menyadari Myaren melihat dirinya menahan lengan Yua.
“Kau…” Ujar Myaren pada Hyungsik.
Hyungsik merasa senang, Myaren mengingatnya. Dalam beberapa detik senyum Hyungsik terhenti ketika Myaren melanjutkan perkataanya. “Pria yang sore itu?”
“Jadi kalian saling mengenal?” Tanya Yua.
Dengan wajah polos Myaren mengangguk, sementara Hyungsik merasa kesal melihat Myaren benar-benar tak mengingatnya.
Andy berpaling menatap Myaren sinis. “Jadi sore kemarin kau bersama dia? Karena itu kau lupa mengabariku? Aigoo…” Desak Andy dengan rasa kecewa.
Hyungsik menujuk Myaren. “Tidak, aku tak bersamanya, bahkan aku tak mengenalnya.”
Myaren kaget mendengar jawaban Hyungsik yang tiba berubah seperti bukan Hyungsik yang dia kenal kemarin sore.
“Aigoo, Andy. Kau pagi-pagi sudah buat kegaduhan saja.” Ujar Yua.
“Serendah itu kau berpikir?” Sindir Hyungsik pada Andy yang terlihat menahan rasa malunya.
Myaren menepuk pundak Andy. “Kau salah paham, Andy. Makanya, dengarkan dulu.”
Andy mendehem. “Lepaskan tanganmu.” Tutur Andy, pergi
Myaren mengejar. “Jadi, kau mau mendengarkan aku?”
“Menjauhlah dariku.” Andy berjalan tegap dan lurus walau Myaren menghalanginya didepan.
“Jadi, mereka bertengkar? Hanya karena kau?” Toleh Yua kesampingnya yang ternyata Hyungsik sudah pergi.
Yua mengejar Hyungsik. “Yaa… Hyungsik kau tadi, kenapa? Aku melihat mu tersenyum padanya.”
“Tidak! Aku tidak tersenyum.” Bantah Hyungsik.
“Benar, aku melihatnya. Kau tersenyum, Hyungsik!”
“Tidak, mungkin tadi matamu kelilipan upil.”
“Haha, otakmu mulai kacau.”
***
“Andy… kau masih marah padaku ?” Bisik Myaren yang duduk dibelakang Andy.
Andy mengabaikan pertanyaan Myaren. Dia memandang wali kelasnya yang sedang memberi arahan pagi.
“Dan murid yang membuat kalian penasaran seminggu lalu, hari inilah kalian bertemu dengannya.” Ucap Guru Han. “Silahkan masuk Hyungsik.”
Satu...dua... tiga... langkah Hyungsik terhenti disamping Guru Han.
“Annyeonghaseyo.” Sapa Hyungsik.
Beberapa suara teman kelas yang berteriak menyambut kedatangan Hyungsik.
“Daebak…”
“Omo…”
“Kyaa… ganteng banget!!!”
“Andy, dengarkan penjelasanku dulu.” Teriak Myaren.
Hyungsik melihat kearah pojok kelas, Guru Han dan teman-teman lainnya pun sama. Karena mendengar ucapan Myaren yang lebih keras dari mereka bersorak.
“Yaa, ada apa dengan kalian?'' Kata salah satu murid laki-laki.
Myaren tertegun, menggigit mulutnya menahan rasa malu melihat semua orang memandangnya.
“Apa kalian berdua bertengkar?” Tanya Guru Han.
Myaren menggeleng panik, sementara Andy hanya duduk menahan kesal.
''Dia benar-benar tak pandai berbohong.'' batin Hyungsik.
Guru Han memberi saran. “Baiklah kalau begitu, untuk menjaga ketertiban kelas, Hyungsik duduklah di depan Myaren. Andy, kau tukar dengan Yoo Chun untuk sementara saja agar kalian tetap fokus belajar. Saya rasa cukup pengarahannya, selamat belajar.”
“Kamsahamnida.” Seru semua murid menunduk hormat.
***
Myaren memangku dagu, menyandarkan kepalanya pada dinding. Wajahnya yang sedih menarik perhatian Yua untuk menggodanya.
“Apa ini kali pertama kalian bertengkar?”
Myaren menggeleng.
Yua tersenyum. “Sepertinya, ada sesuatu yang membuatnya cemburu.”
“Sepertinya… eh apa kata mu?”
“Benar, kan?”
“Kau terlalu jauh berpikir, Yua.” Myaren balik bertanya. “Lalu pagi tadi apa yang kalian lakukan dikoridor?”
“Maksudmu?”
“Aku sempat melihat lenganmu ditarik oleh dia. Seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar.” Jelas Myaren dengan melirik sinis pada Hyungsik.
Mendengar itu, Hyungsik berhenti menulis. “Apa maksudmu?”
“Maaf, kalau aku menyinggung kalian. Aku hanya bertanya mengenai fakta yang biasa terjadi.”
Yua hendak menjawab. “Kau me…” ucapnya terpotong.
“Yang belum kumpulkan buku tugas sastra, kumpulkan sendiri nanti, ya.” Teriak Yoo Chun dibelakang Yua.
“Yaa, kau jangan berteriak di gendang telingaku.” Bentak Yua, marah.
Hyungsik tahu bahwa Yua akan mengatakan hal yang tidak-tidak dan dia cepat menjawab Myaren. “Sepertinya kau korban drama.” Kata Hyungsik menatap Myaren.
Ketika Andy menyerahkan buku tugasnya, Andy melihat Myaren yang sedang berbincang dengan Hyungsik. “Ada apa dengannya? Mudah sekali melupakanku.”
“Jadi maksud mu, kalian bukan…” Ujar Myaren.
“Myaren, kumpulkan buku mu, kau juga anak baru.” Pinta Yoo Chun.
Hyungsik menghela nafas. “Sepertinya kau memang hobi memotong pembicaraan orang.”
“Maaf, aku sengaja. Hanya agar tugasku selesai dengan cepat.” Sahut Yoo Chun menerima buku Myaren dan Hyungsik, “Baiklah, yang belum kalian kumpulkan sendiri saja.” Lanjutnya berteriak.
Suasana kelas menjadi semakin ribut karena ocehan Yoo Chun.
“Tunggu aku, sebentar lagi.” Teriak Park Yonji.
“Baiklah, aku tunggu ladies.” Timpal Yoo Chun, bercanda.
“Kemana Sang Ho, apa dia sakit?” Tanya Myaren.
Yoo Chun berdiri didekat Myaren. “Dia sedang diruang guru.”
“Kau memang ketua kelas yang sangat menggemaskan Mr. Yoo.” Canda Park Yonji.
“Kau ini benar-benar sopan sekali Yonji.” Tutur Myaren, memuji.
“Yes, of course.” Sahut Yonji yang menoleh pada Myaren, “Yaa, Hyungsik.” lanjutnya.
Hyungsik menoleh tanpa kata.
“Ku dengar kau dari Amerika. Benar begitu?” Tanya Yonji.
Hyungsik tak menanggapi.
Yonji pun mengatakan. “Kalau begitu, sepertinya kita cocok.”
Yua kaget.“Apa ? cocok…Yaa, Park Yonji wanita pengkhianat, rupanya kau masih belum membeli kaca?.” Kecam Yua tanpa basa-basi, menunjukan kebenciannya pada Yonji.
“Aku rasa…” Yonji memperolokan Yua dengan nada yang masih sama santainya. “tak perlu aku membalas ucapanmu yang terlalu lembut seperti anak ingus bertanya, Yua Muaro.” Tekanan nadanya meningkat ketika menyebut nama Yua dengan menatap tajam.
Kelas pun hening melihat Yua bangun dari kursinya dengan emosi.
Dengan cepat, Myaren menyadari situasi dan merasakan emosi Yua. “Sudah-sudah, kau pergilah istirahat Yonji.” Pinta Myaren mencegah pertengkaran.
Andy menarik Yonji keluar kelas. “Lama kau tak mentraktirku, lemonade.”
Kemudian Yonji mengikuti Andy. “Ah, benar. Sudah lama, ya?”
Hyungsik pun pergi keluar, tak memerdulikan Yua yang sedang kesal.
“Nanti pergi makan siang bersama, sekarang tenangkan dirimu.” Ujar Myaren, menenangkan emosi Yua.
“Hyungsik... kenapa dia tak membela mu? Aku sempat berpikir dia baik beberapa menit lalu... ” Ungkap Myaren.
Yua tak berkutik.
***
Hyungsik sedang dikrumuni beberapa teman kelas yang ingin mengenalinya agar lebih akrab.
Yua dan Myaren sedang antri mengambil makan siang. Setelah mendapatkan jatah, Myaren mencari kursi yang kosong. Disitu, dia melihat Andy sedang makan bersama Yonji. “Ah… ternyata dia tidak ke pos.”
“Siapa?” Tanya Yua yang ikut melihat kearah Andy. “Aku yakin, dia cemburu padamu. Apa lagi tadi pagi, tiba-tiba menduga kau pergi dengan Hyungsik.”
“Tidak...Dia hanya benci menungguku terlalu lama.” Jawab Myaren lemas.
“Myaren!!!” Seseorang memanggilnya.
Myaren tersenyum melambaikan tangan. “Sang Ho.”
“Ada apa dengannya, cepat sekali dia berubah.” Gumam Yua.
“Ku pikir kau jatuh sakit, lagi.” Kata Myaren sembari duduk depan Sang Ho.
“Hmmm… benar, tapi rasanya aneh jika tak bertemu dengan mu walau sehari. Jadi aku memaksakan diri.”
Myaren tersipu. “Yaa… kau ini.”
Lain lagi dengan Yua yang ketus. “Menjijikan sekali, ucapanmu membuatku mual dan hilang selera makan.”
Sang Ho tak memerdulikan sosok Yua yang duduk disamping Myaren. Karena itulah, dia pun tak mendengarkan celotehan Yua yang sebenarnya menyebalkan.
“Apa kau tau, apa yang membuat Andy seperti itu?” Tanya Sang Ho yang menoleh ke belakangnya. “dia masih marah,kan?”
“Kau sendiri pun tahu dia sedang marah padaku. Apa mungkin karena hari kemarin?”
Sang Hoo meletakkan sumpitnya dan memegang dagunya dengan alis mengerut memandang Myaren. “Aku rasa kau memang sangat keterlaluan Mya… Pertama, kau bilang padanya untuk menunggu. Dan selalu seperti itu, membuatnya menunggu dan ternyata kemarin kau tidak datang sama sekali.”
“Aku sebenarnya dalam perjalanan menuju perpus, tapi tiba-tiba ada halangan lain.” Terang Myaren.
“Lalu kenapa kau tak memberi dia kabar?”
Myaren terdiam, dia merasa bersalah. Memang dia benar-benar lupa untuk mengabari Andy. Yua pun ikut berhenti menyantap untuk mendengarkan introgasi Sang Ho pada Myaren.
“Aku menduga, kau memang lupa untuk mengabarinya, kan?” Lanjut Sang Hoo. “Tapi ketika dia datang menjemputmu ke rumah, cari di kedai Akong sampai menunggumu di café. Kau tak ada disana.”
Myaren mengingat kemana dia pergi tempo hari. Dia ingat, kemarin menemani Yongki makan di restoran tepat diseberang café yang biasanya dia dan Andy kunjungi.
“Jiejie mau pesan apa?” Tanya Yongki.
“Eh, tak usah.” Jawab Myaren, sungkan.
“Tak apa, aku yang teraktir loh, hari ini.” Bujuk Yongki, memanggil pelayan.
Myaren membuka ponselnya untuk mengirim pesan pada Andy namun Yongki bertanya. “Jiejie, pesan apa?”
Myaren menyimpan ponsel kembali dalam tasnya. “Aku pesan bibimbab, minumnya jus leci saja.”
“Jadi, kau memang lupa?” Yua menyadarkan lamunan Myaren.
“Ah… benar, aku lupa.” Myaren menggaruk pipinya.
“Aku rasa, kali ini dia sedang memberimu pelajaran.” Ujar Sang Ho.
Mereka menghabiskan makan siangnya. Sampai jam siang selesai, mereka hanya duduk dan berbincang di kantin. Sedangkan Yua, pergi lebih dulu karena merasa bosan.
Hyungsik berjalan dikoridor lantai 2 menuju kelasnya. Yua mengikutinya dibelakang sampai mereka sejajar melangkah.
“Apa yang kau lakukan?” Tanya Hyungsik menatap lurus tanpa menoleh.
“Memangnya kenapa? Aku kan sudah memberimu kebebasan.”
Hyungsik berhenti melangkah. “Jangan membuat hal yang tidak-tidak.”
“Laranganmu membuatku semakin ingin melakukannya.” Yua menggandeng tangan Hyungsik.
Dan murid wanita yang berada di koridor pun terbelalak melihat Yua menggandeng Hyungsik dengan paksa. “Oppa…” Teriak Yua.
Hyungsik langsung membungkam mulut Yua yang berteriak. “nanti ku bereskan lemarimu agar lebih rapi.” samar-samar teriak Yua.
Orang-orang pun semakin kaget melihat Hyungsik membungkam Yua.
“Kau ini, jangan membuat masalah.” Omel Hyungsik, berbisik.
jangan lupa rate nya diisiiiii thanks udh setia bacaaa
Share this novel